Ruteng, Vox NTT- Uskup Ruteng Mgr. Siprianus Hormat, Pr membagikan bantuan Sembako untuk warga Lingko Lolok dan Luwuk, Desa Satar Punda, Kecamatan Lamba Leda, Kabupaten Manggarai Timur, Kamis (11/06/2020).
Sembako yang dibagikan berupa beras, kacang hijau, sabun, minyak goreng dan mie instan.
Pantauan VoxNtt.com, Uskup Sipri yang didampingi para imam Keuskupan Ruteng tiba di Kapela Stasi Lingko Lolok pukul 10.10 Wita.
Sesaat kemudian, Uskup Sipri langsung memimpin ibadat sabda yang dihadiri ratusan umat Stasi Lingko Lolok.
Usai ibadat sabda, mantan Sekretaris Eksekutif KWI itu kemudian memberkati Kampung Lingko Lolok, disusul acara penanaman pohon secara simbolis di depan kapela setempat.
Selanjutnya, Uskup Sipri membagikan Sembako secara simbolis kepada beberapa warga yang hadir. Sementara Sembako lainnya dibagikan oleh Ketua Dewan Stasi di samping Kapela Lingko Lolok.
Di Lingko Lolok sendiri Sembako menyasar kepada 93 Kepala Keluarga (KK).
Tidak lama berselang Uskup Sipri dan rombongan langsung menuju Kapela Stasi Luwuk. Di sana, ia juga memimpin ibadat sabda dan selanjutnya menyerahkan bantuan Sembako secara simbolis kepada beberapa utusan warga.
Sementara Sembako lainnya diserahkan ke Ketua Dewan Stasi Luwuk, Efridus Suhardi.
Dalam khotbahnya, Uskup Sipri mendoakan agar Tuhan menjaga warga Lingko Lolok dan Luwuk, sehingga mereka dijauhkan dari segala malapetaka, bencana alam, termasuk Covid-19.
Agustinus Fan, salah satu warga Luwuk mengaku, Sembako yang diberikan Uskup Sipri diterima warga di rumah Ketua Dewan Stasi, Efridus Suhardi.
Di rumah tersebut Sembako dibagikan, kata Agustinus, mulai pukul 15.00 Wita hingga 17.00 Wita.
“(Sembako) sudah terbagi, dari jam 3 sampai jam 5 . Semuanya 56 KK (yang dapat Sembako),” katanya kepada VoxNtt.com.
Ia kembali mengingatkan bahwa dari seluruh Sembako untuk 56 KK di Luwuk tersebut sudah terbagi dalam rentang waktu pukul 15.00 Wita hingga 17.00 Wita.
Ajak Rawat Lingkungan
Dalam khotbanya pula, Uskup Sipri mengajak masyarakat Lingko Lolok dan Luwuk untuk merawat lingkungan.
“Saya mengajak kita semua berdoa kepada Tuhan yang telah berkenan memulainya segala sesuatu, menciptakannya melalui diri kita, anak-anak kita, sesama kita, lingkungan kita, mari kita jaga,” ajak ketua UNIO Indonesia sejak 2014 itu di hadapan ratusan umat yang hadir.
Dalam kesempatan itu, ia juga mengajak umat di Lingko Lolok dan Luwuk untuk menjaga lingkungan mereka yang telah diwariskan secara turun temurun.
Apa yang sudah diwariskan nenek moyang, kata dia, harus dijaga agar kehidupan manusia lestari sampai selamanya.
Sebab menurut Uskup Sipri, tanah adalah sumber kehidupan yang perlu selalu dirawat dan dijaga.
Ia juga mengajak umat agat jangan membiarkan tanah yang sudah diwariskan nenek moyang menjadi rusak.
“Ingat, kita bertumbuh ketika kita merawat semua ciptaan yang Tuhan berikan kepada kita,” katanya.
Ia menjelaskan, Tuhan telah menaburkan benih yang baik. Tuhan tidak pernah menaburkan benih yang buruk.
Benih yang baik itu akan ditanam pada hati setiap manusia maupun lingkungan hidup.
Dalam Khotbahnya, Uskup Sipri mengingatkan untuk hati-hati dengan pengaruh setan yang ingin merusak benih-benih ciptaan Tuhan.
Karena setan-setan itu akan datang di saat hati mulai gelap atau dalam kesusahan.
Uskup Sipri mengingatkan pula tentang kisah setan yang menggoda Adam dan Hawa di Taman Eden, yang mengimingi-imingi mereka dengan janji manis.
“Orang yang datang mempengaruhi kita bermaksud supaya gandum yang telah ditanam. Kalau hati dan pikiran kita gelap, di situlah setan mempengaruhi kita,” ujarnya.
Apalagi wilayah Manggarai menurut Uskup Sipri, dikenal dengan tanah yang subur.
Ia pun mengajak umat untuk waspada dengan setan, yang ia sebut selalu menggoda.
Usai ibadat sabda, Uskup Sipri juga menanam pohon di depan Kapela Stasi Lingko Lolok secara simbolis.
Dalam doa dalam bahasa Manggarai sebelum menanam pohon, ia menyatakan manusia tidak bisa menciptakan tanah. Sebab itu, harus menjaga tanah yang diberikan Tuhan Sang Pencipta.
“Semua yang kita makan berasal tanah. Dari tanah tumbuh rumput untuk makanan ternak kita, dari tanah tumbuh pohon supaya ada hutan yang meresap air hujan, dari sanalah sumber air yang kita minum,” katanya.
Penulis: Ardy Abba