Catatan Redaksi: Wawancara ini merupakan bagian kedua dari sesi wawancara ekslusif bersama Gubernur NTT, Viktor B. Laiskodat.
Jika pada bagian pertama lebih banyak mengulas soal arah pembangunan NTT, pada bagian ini, VoxNtt.com mencoba mengangkat kisah hidup pribadinya sejak kecil hingga menjadi Gubernur NTT.
Namun sebelum membaca ulasan ini sebaiknya pembaca membaca dulu bagian pertama dari tulisan ini. Wawancara Ekslusif: Menguak Kisah Hidup dan Gagasan Gubernur Viktor (Bagian 1)
T: Kita beralih ke soal lain yang sifatnya pribadi. Tentang masa kecil Anda. Bolehkah diceriterakan tentang masa kecil Anda karena saya dengar Anda nakal sekali dan suka berlekahi?
J: Ya, masa kecil saya sangat tidak menyenangkan, sangat menderita. Tak hanya menderita ketiadaan uang dan makan enak, tetapi saya pun sering ditindas dan dipukul oleh teman kelas dan kakak kelas, meski saya sama sekali tidak berbuat salah. Seolah-olah saya ini tempat latihan tinju mereka. Saya pun disuruh-suruh untuk membeli rokok atau beli apa saja yang mereka suka. Setelahnya, saya bukannya dipuji atau disayangi, malah dipukul hingga babak belur. Badan saya kurus sekali hanya 41 kg. Tetapi, menjelang tamat SMA, saya berolahraga dengan tiap hari push up. Sejak saat itu tubuhku mulai terbentuk bagus dan keras. Nah, sejak itulah saya mulai berkelahi dengan semua orang yang pernah memukul saya. Saya menghajar mereka satu-satu sampai babak belur juga. Bahkan beberapa kali saya minta supaya saya dikeroyok. Meski dikeroyok, saya tetap menang. Sejak itu, selain kepercayaan diri saya naik, saya pun disegani kawan-kawan, lalu saya mulai naik bemo tidak bayar dan nakal sekali.
Sekolah saya dan literatur saya di jalanan. Jadi saya baca buku kehidupan
T: Bagaimana prestasi Anda di kelas?
J: (sambil tertawa) Saya di sekolah SLTP dan SLTA, tidak pernah jelas. Baru jelas waktu di perguruan tinggi. Saya jarang masuk kelas. Saya sibuk naik bemo rute Oepura Oeba cari duit. Saya sendiri tidak pernah bayar naik bemo. Sopir takut tagih bayaran. Takut kena pukul. Tetapi faktanya saya selalu naik kelas. Meski begitu, guru matematika pernah tempeleng saya kuat sekali. Saya pikir cukaminyak ini guru. Setelahnya saya pukul dia sampai tumbang dan saya lari. Tetapi saat itu saya sudah tahu baca tulis. Nyaris hampir semua buku ceritera saya baca. Saya kuat membaca buku sejak kecil. Novel-novel yang berkisah tentang perjuangan, buku ceritera kisah sukses para tokoh terkenal, saya baca habis. Bahkan Ko Pingho pun saya baca. Sekolah saya dan literatur saya di jalanan. Jadi saya baca buku kehidupan. Buku kehidupan adalah buku yang tak pernah dan tak akan pernah tuntas dibaca, sampai sekarang. Karena itu, sampai hari ini pun ada kebiasaan saya bangun jam 03.30 dan mulai membaca sampai jam 06.00 lalu saya sia-siap ke kantor. Kebiasaan ini saya lakukan sudah sejak lama. Sayangnya, yang orang kebanyakan mengenal saya di luar ialah saya preman. Mereka tak salah, karena kesan itu lebih menonjol dari kisah pribadi saya yang lain.
T: Apakah teman-teman yang pukul Anda dan yang Anda pukul, juga guru yang dipukul itu masih hidup?
J: Ya guru matematika itu masih hidup. Tetapi ada teman sekolah yang sudah meninggal.
T: Jadi Anda dulunya nakal sekali ya?
J: Bukan nakal tetapi hidup keras. Keras karena konteks waktu itu memang berbeda dari waktu ke waktu.
Saya tidak punya beban pribadi kepada siapa pun. Karena itu saya tidak punya musuh pribadi. Musuh utama saya adalah kemiskinan NTT, keterbelakangan, ketidakadilan, korupsi dan semua jenis penyebabnya.
T: Ada satu hal yang agak menggangu saya kebiasaan tutur Anda sebagai pemimpin NTT yang selama ini agak berbeda dengan para pemimpin yang lain yaitu Anda suka sekali berkata dengan nada keras, kasar dan kadang tidak sopan. Bagaimana Anda menjelaskan itu?
J: Pertama, patut disadari bahwa benar saya berkata lugas, lurus, terus terang dan cenderung dianggap kasar, karena saya jujur, saya mau telanjang. Bagi saya kata telanjang itu adalah metafora, yang mewakili totalitas kejujuran. Saya berkata lurus dan terus terang itu karena saya jujur adanya. Saya melakukan refleksi dan introspeksi yang sangat serius. Jika saya mengatakan, orang miskin dan bodoh tidak pantas masuk surga, jangan pernah Anda kira pernyataan itu tanpa ada refleksi teologisnya. Tuhan itu, maha penguasa Ilmu Pengetahuan, Dia alfa dan omega. Orang bodoh dan miskin itu hanyalah fenomena puncak dari totalitas pengelolaan kehidupan empirik manusia yang jauh dari ilmu pengetahuan.
Jika manusia jauh dari ilmu pengetahuan dan karena itu sulit baginya mencapai kebenaran, maka manusia akan jauh dari kebenaran jauh dari Tuhan. Lalu mengapa manusia bodoh dan miskin bercita-cita masuk surga jika dia tidak mengenal Allah? Tetapi, mengapa mereka jauh dari ilmu pengetahuan, jauh dari hidup makmur dan jauh dari Allah? Mereka menjadi jauh itu bukan sebab, tetapi akibat dari pola dan interaksi sesama manusia yang tidak adil dan tidak jujur. Nah, di situlah peran pemimpin. Pemimpin harus membawa rakyatnya ke tanah terjanji dengan jujur lugas dan penuh tantangan. Untuk itu Anda perlu melakukan refleksi serius atas peristiwa Musa membawa bani Israel keluar dari Mesir melewati laut Merah.
Kedua, saya tidak punya beban pribadi kepada siapa pun. Karena itu saya tidak punya musuh pribadi. Musuh utama saya adalah kemiskinan NTT, keterbelakangan, ketidakadilan, korupsi dan semua jenis penyebabnya. Karena itu saya mengajak semua pihak untuk melihat kenyataan NTT ini dengan sangat serius dan komprehensip, lalu sama-sama kita berperang melawan kemiskinan ini. Waktu bagi kita dalam ziarah hidup ini, tak pernah berjalan surut bahkan tak akan pernah berjalan surut. Jadi, Anda harus lugas, jujur dan terus terang. Saya mencintai NTT ini karena saya lahir dari rahim pengalaman manusia NTT.
Ketiga, saya mencintai dan menyukai keindahan. Keindahan itu tuntas dan telanjang. Karena itu, jujur itu pada dirinya sendiri indah adanya. Yang mencintai keindahan pastilah orang jujur. Orang munafik itu mahluk paling sial (sambil tertawa).
T: Omong-omong, kata banyak orang Anda ini kaya sekali. Berapa sih jumlah kekayaan Anda?
J: Jika Anda tanya apakah sekarang saya punya duit di rumah saya atau di saku celana saya? Dengan tegas saya jawab, saya tidak pegang duit. Tetapi, saya pikir tanda tangan saya cukup berpengaruh. Nama saya dan tanda tangan saya, sanggup mendatangkan uang dalam jumlah besar dalam waktu singkat.
T: Dari mana saja duit itu?
J: Dari teman-teman dekat saya.
Catatan: Tentu masih banyak serpihan obrolan dan diskusi menarik selama perjalanan bersama Gubernur NTT, termasuk aneka jenis kenekadannya, misalnya, mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi di jalan berbatu-batu, suka tantangan dan karena itu sebaiknya jangan ditantang, juga mengentalnya humanisme yang kental dalam perilaku harian di rumah pribadinya di kawasan Walikota Kupang.