Cinta Yang Kesepian
Cinta yang kesepian adalah cinta tanpa keluarga
Ayah memeluk amnesia di malam yang paling larut
Ibu beranjak pergi dari kehangatan musim gugur yang tidak ramah
Kaka meninggalkan duka kabar pada angin yang tak bernyawa
Adik yang menepi jumpa pada langit tua renta
Siapa cinta itu sebenarnya?
Kepada air mata, duka,derita,
ia tak akan pernah tau
bahwa waktu pernah berlari dan amat manis.
Jiwa Yang Anarkis
Jiwa anarkis yang mendiam menerkam rasa
Menusuk batu karang jiwa
Menggusur mimpi cita-cita
Otak dihantui kekerasan
Bergegas memberontak pada luka-luka lama
Kata berwajah penindasan
Senantiasa tersenyum mengejek pelu
Sakit rasanya bila sesekali menggeliat dalam ingatan
Tertanam deru dan air mata
Berkelut kelu dan apa makna kebencian?
Bila cuma amarah jadi oksigen pencintraaan.
Hidup seperti apakah?
Mengepung bungkam
dalam harmoni pembodohan diri
Rumah
Rumah yang paling nyaman adalah diri sendiri
Semua jurus pemanas ada di situ
Ingatan yang hangat
Pelukan tanpa jarak
Kesepian yang menepi
Kesendirian yang menyendiri
Pada Jalur-jalur Kedinginan
Melipat jarak, menyeret jumpa
Menanggal sepi pada sepasang kekasih yang mengada-ada
Rindu itu menulis di langit malam
dan bulan yang mengeja jadi malu-malu
Seribu dua ribu bintang mendadak insomnia
Julur-julur kedinginan jadi kekal dilahap gelap
“Aku lahir malam ini, aku dipeluk kekasih”
Sesaat akan tiba urusan dan ajakan-Nya bersetubuh di langit malam
Suara Kerinduan
Kota dengan penghuni yang bising
Bunyi klakson-klakson ketergesahan
Kaki kaki yang pemalas
Penghuni akan perlahan mati di kota ini
Kepada mereka yang krisis isi perut
Haus melanda, meninggalkan kegelisahan tanpa jejak
Penyakit-penyakit menular
Sedang sesekali di trotoar itu
Anak-anak meminta sisa belas kasihan dan pengampunan
//dan semua itu adalah tentang kerinduan.
Sajak Tubuhmu
Sajak tubuhmu terperangkap dalam kata
Menyelusup liar menggeliat
Mengendap penuh arti
Menikam jantung bahasa
Menusuk sampai di dasar lautan arti
Sajak tubuhmu isyarat kaya bahasa
Mengingat huruf per huruf
Menjahit menjadi kata yang terpenjara
Selepas itu kemanakah sudah kata itu?
Aku menjawab,
tertahan berpuluh-puluh abad lamanya
Di Beranda Facebook
Kepada isak pilu di beranda Facebook
Menggeliat pada pagi buta dengan menanak beban
Tampilan foto berparas lesu
Memamerkan lebam di bawa mata sayup
Saat waktu tiba
Pengguna Facebook melongo
tampilan beranda
Sesekali diberi emoticon sedih
Berkomentar belas kasihan, bertanda simpatik.
Layak seorang Dokter kepada pasien barunya
Kisah Dunia Maya memang selalu meninggalkan candu
Tertahan lama, tanpa mengingat waktu
Pengguna Facebook memang begitu
Isinya ringan, berat dipikul beban
Menetap di pikiran
Mampuslah Dunia .
Kesen(diri)an
Beranjak dari pikiran kacau menyapa
Membuka mata yang kemarin sempat terlelap
Serasa rentetan sunyi menyergap
Entah!!!
‘Membayangkan luka selaksa apa’?
Kenapa aku jadi paku
Ratap pilu membekas masa lampau
Menyelinap dalam kesendirian
Sesekali berteriak menggema…
Kupikir hantu berwujud dalam aku
Seru siapa, menyapa saja
Itu aku, dalam aku serasa paku
Mengikat tangis kesepian
Kesendirian yang tragis
Tak ada penolong di situ
Percaya saja!!
Amarah dan kesepian menghubungkan mimpi semalam.