Kepada Fajar
Kepada fajar yang mengintip dari balik bebukit
Awan-awan kapas berkumpul menyajak langit cerah nan elok
Seonggok harap terbias seiring kristal embun beranjak dari dedaun pagi
Seiring gelap yang perlahan terusir pergi, berganti rona merah menghampiri
Seberkas mimpi berdiri menunggu dijemput bukti
Pagi beringsut menuju siang,
Dedaun kering memilih pergi dari genggam ranting-ranting rapuh
Sekawan kutilang menukik di balik rerumpun bambu
Kemudian berpindah mencium bebunga jambu
Sebelum memeluk erat dahan pohon mangga itu
Bahwa dunia ini fana dan selalu berganti peran
Bertualang sesuai kata hati
Sebelum kembali kepada pagi dengan sorot merah
Pada sumringah fajar berpendar padah wajah bocah-bocah pemimpi semangat padi
Menyulam cita-cita menggunung dalam hangat peluk sinar
Surabaya, Juni 2020
Kita yang Hendak Pisah
Mata bening itu memancar dengan sayunya
Kemudian berurai rindu yang meluap perlahan dari sudut kelopaknya
Bukannya tak sanggup jauh dari setiap derap langkah
Tapi belum siap menopang rindu kala jemari tak lagi erat dalam genggam
Kecuali hatimu, tetap padaku
Kemudian kapalmu membawamu pergi
Tak memedulikan aku yang gemetar khawatir
Malam ini samudra raya memeluk dingin tubuhmu
Bukan aku
Angin laut mengusapmu manja kala senyummu dirundung sedih
Bukan aku
Kemudian bebuih ombak, juga lumba-lumba yang berenang mesra
menemani tatapmu
Dan lagi lagi bukan aku
Aku?
Aku tengah melantunkan semoga untuk keselamatanmu
Surabaya, Juni 2020
Pesakitan Rindu
Sementara lesung pipimu masih menari-nari
Menghanyutkan sisa-sisa reruntuhan waktu
Aku terpenjara rindu dalam belenggu sunyi
Kemudian dipaksamu tersenyum memeluk luka
yang oleh karenamu
Perih bukan?
Sayangnya rindu tak sebercanda itu
Ketahuilah,
Merindumu adalah kesakitan yang paling disengaja
Menancap luka lebih dalam pada hati
yang tengah merangkak memetik luka
Senin, Juni 2020
Memangkas Jarak
Bintang gemintang sudah lama tanggal
Tinggal lampu kota bagai lantunan nada pisah
Ucapan selamat tinggal sudah fasih dalam inti jantungku
Aku percayakan dirimu pada kenangan kita subuh itu
Kala aku membenamkan diri dalam dekapmu
Aku mempercayakanmu pada harum tubuhku
Yang kau genggam subuh itu pula sebelum keberangkatanmu
Biarkan doa memeluk rindu
Biarkan rindu memangkas jarak dalam doa
Surabaya, Juli 2020
Bunga di Simpang Jalan
Dibalik pagi yang gugup
Dia menunggu kekasih gelapnya
Di persimpangan jalan
Di antara lorong waktu yang sayu
Ia bercengkerama dengan bayangan
Berbaur debu yang menari ria dihembus angin
Kepada setangkai bunga yang dihinggapi kupu-kupu,
Kemudian lebah madu,
Berganti burung kolibri menikmati manisnya
Kemudian berlalu
Tetiba,
Dia menunduk, merenung
Lalu tangisnya pecah
Surabaya, Juni 2020
*Penulis adalah mahasiswa Sastra Inggris Universitas Wijaya Putra Surabaya. Berasal dari Golo Ngawan, Sambi Rampas, Manggarai Timur.