Kupang, Vox NTT – Badan Nasional Penanggulan Terorisme (BNPT) bekerja sama dengan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menggelar kegiatan #Ngopi Coi (Ngobrol Pintar Cara Orang Indonesia).
Kegiatan itu melibatkan aparatur kelurahan dan desa tentang literasi informasi dalam rangka pencegahan terorisme melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) NTT tahun anggaran 2020.
Kegiatan yang mengusung tema “Indonesia Adalah Kita” itu berlangsung di Hotel Aston, Kota Kupang, Rabu (22/07/2020).
Ketua Panitia yang juga Kepala Bidang Media Massa dan Humas FKPT NTT, Imanuel Lodja mengatakan penyebaran berita bohong, ujuran kebencian, informasi, dan lainnya hingga saat ini terus saja terjadi.
“Saat ini terus terjadi terutama di media sosial,” kata Imanuel dalam laporan panitianya.
Berita bohong itu kata dia, bisa mengakibatkan mudahnya masyarakat terpapar oleh paham radikal.
“Berita bohong, ujaran kebencian, dan informasi-informasi negatif lainnya akan menjadi produk terorisme kalau sengaja atau tidak disaring untuk bisa sebarluaskan oleh masyarakat juga oleh kalangan media pers,” katanya.
Kegiatan itu jelas dia, merupakan kerja sama antara BNPT dan FKPT NTT.
Ia berharap kegiatan ini dapat pemahaman dengan baik dari stakeholders yang terlibat.
“Sehingga kita bisa menjadi pioner untuk mencegah terorisme di NTT,” pungkasnya.
Terpisah, Ketua FKPT NTT Johanna Lisapaly mengatakan pihaknya terus melakukan upaya-upaya pencegahan.
“Kita terus melakukan upaya-upaya yang kanternya itu ke positif,” katanya.
NTT ini kata dia, daerah yang terus menjaga toleransi.
“Oleh karena itu kami terus mendukung Pemerintah daerah dalam upaya-upaya pencegahan terhadap radikalisme dan terorisme,” pungkasnya.
Sementara itu, Kasi Partisipasi Masyarakat BNPT Setyo Pranowo mengatakan aksi terorisme menjadi ancaman nyata bagi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Hal ini jelas dia, setidaknya tergambar dari hasil survei nasional tentang daya tangkal masyarakat terhadap radikalisme dan terorisme dilaksanakan BNPT tahun 2017 dan 2018.
“Dengan nilai rata skors 42,58 dari rentan 0 sampai 100,” kata Setyo dalam sambutannya.
Ia menegaskan data penanganan konten radikalisme dan terorisme tabun 2017 sampai Maret 2019 sudah 13.000,32 konten.
“Dan hasil survei nasional tentang daya tangkal masyarakat terhadap radikalisme dan terorisme yang dilaksanakan oleh BNPT tahun 2019 penggunaan medsos dalam mencari Informasi mengenai Agama termasuk tinggi skors 39,89,” pungkasnya.
Ia mengungkapkan dalam internalisasi kearifan lokal termasuk pemahaman agama penggunaan medsos yang cukup tinggi merupakan tantangan.
“Karena menjadi media yang efektif penyebaran konten radikal. Tetapi menjadi peluang emas untuk intensifikasi penyebaran konten kontra radikal,” ujarnya.
Situasi ini harap dia, patut diwaspadai bersama karena bermula dari sikap anti keberagaman dan intoleransi.
pada kesempatan itu, ia juga menyampaikan terima kasih kepada FKPT NTT yang menginisiasi kegiatan tersebut.
“Dengan menggandeng seluruh lapisan masyarakat untuk bersama-sama mewaspadai radikalisme dan terorisme,” ucapnya.
Ia juga menyampaikan terima kasih semua pihak yang turun ambil bagian dalam kegiatan tersebut, sehingga bisa berjalan dengan baik.
Penulis: Tarsi Salmon
Editor: Ardy Abba