Bajawa, Vox NTT-Dinas Pertanian Kabupaten Ngada tengah intens mengembangkan sistem pertanian berbasis organik dengan memanfaatkan lahan pekarangan yang sempit sebagai solusi dalam mengahadapi persolan stunting.
Salah satu caranya adalah melalui model demplot atau metode penyuluhan langsung kepada petani dengan membuat lahan percontohan pekarangan untuk mendorong produktivitas dan hasil pertanian dalam program pemanfaatan pekarangan lestari (P2L).
Pilotproject-nya sebagaimana dikembangkan oleh kelompok tani Bulan Putih di Desa Nginamanu, Kecamatan Wolomeze, Kabupaten Ngada.
Bupati Ngada Paulus Soliwoa mengatakan, Nginamanu merupakan desa dengan angka stunting tertinggi di Kabupaten Ngada.
Tahun 2017 lalu, sebut Paulus, persentasi angka stunting di Kabupaten Ngada mencapai 63 persen. Angka itu memang terus menurun selama tiga tahun terakhir.
Penyebab tingginya angka stunting di Kabupaten Ngada, menurut Bupati Paulus dikarenakan tingginya tingkat konsumsi masyarakat pada sumber makanan yang tidak higienis dengan penggunaan pupuk-pupuk anorganik.
“Salah satu sebab tingginya angka standing kita adalah kita mengkonsumsi bahan-bahan yang tidak higienis. Kita menggunakan bahan-bahan makanan dengan bahan-bahan pupuk yang anorganik,” katanya saat membuka kegiatan itu pada 7 Juli 2020 lalu.
Sementara Ketua kelompok tani Bulan Putih, Marianus Inyo Tade mengatakan, demplot pertanian milik kelompok itu mengembangkan komoditas hortikultura.
Itu seperti sayuran, jenis kacangan, tomat, buncis, mentimun, terung serta buah dan sayuran lainya. Mereka menanam di setiap halaman rumah anggota kelompok.
Untuk mendukung kegiatan ini, Pemerintah Kabupaten Ngada mengalokasikan anggaran sebesar Rp 75 Juta.
Anggaran sebesar itu direncanakan untuk mendukung upaya petani seperti pengadaan polibag, pembelian musa, benih dan biaya olah tanah lainnya.
Penulis: Patrick Romeo Djawa
Editor: Ardy Abba