Labuan Bajo, Vox NTT- Tinggal empat bulan lagi, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) akan kembali menggelar Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).
Tahun 2020, kabupaten yang telah berusia 17 tahun itu akan menggelar Pilkada untuk keempat kalinya.
Dalam tahapan KPU, pendaftaran bakal calon Bupati dan Wakil Bupati baru akan dimulai pada bulan September mendatang.
Sejumlah nama bakal pasangan calon (paslon) pun sudah mulai melakukan sosialisasi untuk mendapatkan suara masyarakat.
Ada bakal paslon yang sudah meraih dukungan partai politik. Ada juga yang sudah sejak lama memasang baliho mereka dari kota hingga ke desa-desa.
Sebut saja sejumlah nama bakal paslon yang menyatakan untuk maju di Pilkada Mabar yaitu Adrianus Garu-Anggalinus Gapul (Andry-Gapul), Maria Geong-Silverius Sukur (Misi), Mateus Hamsi-Tobias Wanus (Hati), Ferdinandus Pantas-Andi Risky Nur Cahya (Pantas Risky), Abdul Asis-Andre Djemalu (Asis-Andre), Blasius Jeramun-Christo Mario Pranda (Praja Muda), dan Edistasius Endi-Yulianus Weng (Edi-Weng).
Dalam penggelaran Pilkada Mabar tahun 2020, Pengamat Politik Yohanes Jimmy Nami menyebut kabupaten yang terkenal dengan Komodo itu membutuhkan seorang eksekutor.
“Mabar butuh seorang eksekutor. Pariwisata super premium, menjadi pusat perhatian pemerintah pusat dan provinsi dalam pembangunan pariwisata. Eksekutor akan menjdi contoh bagi masyarakat lewat kerja-kerjanya bukan lewat omongannya,” ungkap Jimmy saat dihubungi VoxNtt.com, Senin (10/08/2020).
“Kenapa saya bilang tipe eksekutor karena masyarakat sekarang sudah cerdas dalam merespon manfaat dari proses pembagunan,” lanjut Dosen Ilmu Politik Undana Kupang itu.
Baca Juga: Saling Klaim Dapat Parpol di Pilkada Mabar, Pengamat: Politik Itu Sangat Dinamis
Jimmy mengatakan, membangun daerah itu tidak hanya butuh ahli pikir. Sebab ahli pikir sudah banyak tersebar dalam perangkat daerah.
“Probelm kebanyakan daerah, apakah yang kita pikirkan, desain, mau kita kerjakan?” tukas Jimmy.
Jimmy menegaskan butuh komitmen yang kuat dari kepala daerah ketika status pariwisata super premium menjadi prime mover ekonomi Mabar.
Ketika pemerintah pusat dan pemerintah provinsi fokus membangun pariwisata Mabar kata Jimmy, harus gayung bersambut dengan kerja pemerintah daerah. Sehingga masyarakat bisa adaptif dengan konsep tersebut dan ikut terlibat sinergis dengan pemerintah daerah.
Saat ditanyai terkait langkah apa yang harus dilakukan oleh calon pemimpin Mabar soal sektor pendukung pariwisata, Jimmy menegaskan jika prime mover-nya pariwisata maka konsekwensinya sub sistem lain harus bisa menopang.
Contoh simpel kata Jimmy, sektor Pertanian masyarakat. Dirinya mengatakan sektor Ini butuh kerja keras.
“Jangan sampai konsep premium-nya hanya dinikmati oleh korporasi besar karena supplie chain dikuasai oleh pihak luar dan masyarakat jadi penonton. Butuh pemimpin pekerja yang jeli melihat ini,” tegasnya.
Pemimpin Mabar nantinya kata Jimmy, harus terlebih dahulu paham terhadap konsep-konsep yang jadi subsistem dari pariwisata itu sendiri.
Pemimpin itu harus mampu mengelaborasi potensi daerah. Mesin birokrasi dan partisipasi masyarakat nantinya, jika disatukan dalam satu sinergitas pembangunan Mabar, maka Jimmy meyakini daerah tersebut tentu akan maju.
Penulis: Sello Jome
Editor: Ardy Abba