Ruteng, Vox NTT- Kelompok Diaspora Manggarai Raya mengajak Pemerintah Daerah Manggarai Timur-Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) segera mengelola secara maksimal potensi pariwisata ketimbang pertambangan.
Koordinator Kelompok Diaspora Manggarai Raya Flory Santosa Nggagur menjelaskan hal itu saat menggelar seminar di Aula Paroki Reo, Kabupaten Manggarai, Sabtu (22/08/2020).
Seminar tersebut bertajuk “Pentingnya Kawasan Karst dan Cekungan Air Tanah: Menimbang Tambang Batu Gamping dan Pabrik Semen di Lengko Lolok dan Luwuk Manggarai Timur”
Flory menilai potensi pariwisata yang cukup banyak di Kabupaten Matim, terutama di Kecamatan Lamba Leda, tempat yang dalam rencananya bakal dijadikan lokasi tambang batu gamping dan pabrik semen.
Menurut dia, potensi pariwisata di Kecamatan Lamba Leda harus diolah dan dikembangkan agar memberikan kontribusi maksimal bagi kesejahteraan masyarakat setempat.
Dalam kaitan dengan ini, Flory pun mendorong Pemda Matim segera memanfaatkan dengan baik keberadaan Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores (BOP-LBF). Sebab BOP-LBF diamanatkan oleh Peraturan Presiden untuk menjadi koordinator pengembangan pariwisata di Pulau Flores.
“Tambang dan pabrik semen, selain berdampak pada kerusakan lingkungan dan kerusakan cadangan air tanah juga tidak ramah bagi pariwisata, oleh karena itu harus ditolak,” tegas Advokat senior itu.
Flory menegaskan, kelompok diaspora tidak anti tambang dan pabrik semen. Namun menempatkan kelestarian lingkungan, kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan menjadi prioritas dalam ekologi pulau kecil seperti Flores.
Oleh karena itu, kelompok diaspora akan bekerja sama dengan instansi terkait dan para ahli untuk mengembangkan pembangunan ekonomi alternatif.
Pembangunan ekonomi kreatif tentu saja diharapkan bisa memberikan perlindungan maksimal pada lingkungan dan manfaat ekonomis maksimal juga bagi masyarakat.
Berdasarkan pemaparan Dekan Fakultas Pertanian Undana, Dr. Damianus Adar bahwa, daerah gersang bisa dikelola menjadi lahan pertanian konservasi yang sangat menguntungkan kalau dikelola dengan baik.
Fakultas Pertanian Undana kata dia, siap membantu Pemkab Matim untuk pengembangan pertanian di daerah itu.
Karts Perlu Dilindungi
Sebagai informasi, wilayah Desa Satar Punda Kecamatan Lamba Leda, tempat yang dalam rencananya bakal dibangun pabrik semen dan tambang batu gamping merupakan kawasan karts. Tangki raksasa penyimpan air di bawah tanah itu perlu dilindungi.
Flory menegaskan, upaya perlindungan karst dan cekungan air tanah wajib dilakukan bukan untuk generasi masa kini saja, akan tetapi untuk generasi pada masa mendatang – anak cucu atau generasi muda selanjutnya.
Sebab itu, pihaknya telah menyampaikan beberapa poin penting bahwa Pemda Manggarai Timur melalui pemaparan Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Kelompok Diaspora memiliki kesamaan pandangan dan referensi yuridis terkait perlindungan karst dan cekungan air tanah.
Tokoh asal Poco Ranaka Matim itu menjelaskan, dalam konteks penyelidikan karst, Pemda Manggarai Timur tidak perlu mengalokasikan dana dan effort. Sebab, kewenangan itu akan dilakukan oleh Badan Geologi Kemeterian ESDM.
Pemda Matim kata dia, hanya perlu mengajukan surat permohonan penyelidikan karst ke Kementerian ESDM sebagai syarat formal sesuai Permen ESDM Nomor 17/2012.
Koordinator Justice, Peace, and Integration of Creation (JPIC) Keuskupan Ruteng, Pastor Marten Jenarut mengatakan, hasil studi tersebut telah memberikan banyak informasi berkaitan dengan potensi tambang di wilayah utara Keuskupan Ruteng.
Pembahasan potensi kawasan karst mendapat perhatian khusus dalam diskusi tersebut di mana terbentang dari Reo, wilayah Kabupaten Manggarai sampai Riung, wilayah Kabupaten Ngada.
Pastor Marten menegaskan, karts membawa fungsi yang sangat vital sebagai penyimpan dan pengatur sumber mata air. Karena karts itu penting, maka semua pihak harus menjaga dan melestarikan kawasan tersebut.
Karena itu, Gereja Katolik Keuskupan Ruteng sangat menolak kegiatan-kegiatan yang berpotensi merusak kawasan karts termasuk kegiatan pabrik semen di Luwuk maupun eksplorasi batu gamping di Lengko Lolok.
Pastor Marten meyakini bahwa pilihan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat tidak hanya melalui aktivitas pertambangan saja. Sektor pertanian, sebut dia, paling cocok untuk dikembangkan.
Gereja Katolik Keuskupan Ruteng dalam konteks pembangunan berkelanjutan sangat setuju dengan konsep pertanian konservasi integratif yang digagas oleh Dekan Fakultas Pertanian Undana, Dr. Damianus Adar dalam presentasenya.
Koordinator JPIC OFM Indonesia, Pastor Alsis Goa mengatakan, rencana pembangunan pabrik semen dan penambangan batu gamping pada ekosistem karst di Desa Satar Punda, Kecamatan Lamba Leda bisa mengakibatkan kawasan itu kehilangan sumber mata air.
Pastor Alsis menjelaskan, ekosistem karst, yang menjadi lokasi pembangunan pabrik semen adalah tempat penyimpanan dan regulator air untuk seluruh wilayah pantai utara Flores.
Apabila fungsi karst sebagai regulator air terganggu, maka sumber-sumber mata air juga akan mengering.
Tanpa sumber air yang cukup, kegiatan pertanian akan terdampak. Bahkan berimbas terhadap ketahanan pangan masyarakat Flores menjadi terancam.
Ia menambahkan, masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan karst umumnya juga sangat bergantung pada sumber mata air. Sebab sebagain besar menggantungkan hidup mereka pada sektor pertanian.
“Dengan kondisi ini, bersama warga, bersama komunitas-komunitas kami menolak kehadiran perusahaan tambang juga pabrik semen yang akan beroperasi. Karena lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya, lebih banyak kehancuran yang ditimbulkan daripada kebaikan,” tegas Alsis Goa.
Untuk diketahui, kegiatan seminar ini menghadirkan perwakilan Kelompok Diaspora yakni, Koordinator Kelompok Diaspora Flory Santosa Nggagur; Pembina Kelompok Diaspora Dami Ambur; Tim Hukum Kelompok Diaspora, Egi Bonur, SH.
Setidaknya ada 150 peserta menghadiri seminar itu meliputi; perwakilan Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur, masyarakat lingkar tambang, perwakilan beberapa Paroki di Kevikepan Reo, masyarakat tolak tambang, masyarakat pro tambang, Kelompok Diaspora Manggarai Raya, JPIC OFM, JPIC SVD, JPIC Keuskupan Ruteng dan Biarawati dari beberapa biara di sekitar Reo.
Penulis: Ardy Abba