Maumere, Vox NTT- Warga Pulau Pangabatang, Desa Parumaan, Kecamatan Alok Timur, Kabupaten Sikka kesulitan mengakses air bersih.
Untuk bisa minum air tawar, setiap harinya mereka harus menyeberangi lautan ke pulau seberang.
“Di sini ada air tapi asin. Kami butuh air tawar untuk minum dan masak. Kalau untuk mandi dan cuci kami pakai air asin dari sumur yang ada di pulau,” ungkap Jubair, salah satu warga Pangabatang kepada VoxNtt.com, Minggu (30/08/2020) lalu.
Ada dua tempat di mana mereka bisa mendapatkan air tawar. Pertama di Nanga dan Nebura di Desa Kojagete.
Kedua kampung tersebut berada di Desa Kojagete di Pulau Besar.
Untuk sampai ke Nebura, mereka harus melewati satu pulau yakni Dambila. Sementara untuk sampai ke Nanga mereka harus melewati satu pulau juga yakni Pulau Permaan.
Butuh waktu 30 sampai 45 menit mendayung perahu untuk sekali perjalanan ke tempat air bersih.
“Airnya kami beli, harganya Rp 1000 per jeriken ukuran 10 liter,” tandas Muhtadi, warga Pangabatang lainnya.
Air bersih memang jadi persoalan utama warga Pangabatang yang berjumlah 84 KK dari 61 rumah tangga. Meski demikian, baik Jubair maupun Muhtadi memilih bertahan di Pangabatang.
“Ini kami punya rumah sudah. Kami sudah terbiasa seperti ini. Mau pindah kemana lagi,” ungkap Jubair.
Pemdes Parumaan telah berupaya membantu warga. Tahun lalu, dengan Dana Desa Pemdes menyediakan 61 profil tank untuk setiap rumah tangga.
“Tujuannya untuk menampung air hujan agar bisa digunakan. Tentu ini tidak cukup membantu terutama di musim kemarau,” terang Kades Parumaan, Muhdir.
Menurutnya, Pemdes Parumaan butuh campur tangan banyak pihak terutama Pemda Sikka untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga Pangabatang.
Perlu diketahui, Pangabatang adalah pulau pasir putih di kawasan Teluk Maumere. Pangabatang terkenal sebagai destinasi wisata yang ramai dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara.
Penulis: Are De Peskim
Editor: Ardy Abba