Maumere, VoxNtt.com- Selama beberapa bulan belakangan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Nusa Nipa Maumere tengah melakukan riset.
Menariknya riset tersebut hendak mencari tahu biogas yang dihasilkan dari beberapa jenis limbah.
Limbah-limbah yang dijadikan bahan penelitian yakni limbah dapur rumah tangga, limbah peternakan, limbah pertanian dan limbah industri.
“Ada dua hal yang melatarbelakangi riset ini yakni keterbatasan energi dan pengendalian limbah,” ungkap Oktavianus Mago, staf pengajar Prodi Pendidikan Biologi sekaligus Koordinator Tim Riset kepada VoxNtt.com pada Selasa (25/8/2020) lalu.
Oktavianus mengatakan kotoran sapi, sisa makanan, limbah panen padi dan jagung, serta ampas tahu bisa menjadi penghasil energi alternatif. Sementara itu, materi sisanya dapat dijadikan pupuk.
Kotoran sapi dijadikan bahan dasar dalam setiap campuran.
Tidak ada perlengkapan yang luar biasa. Semua dilakukan dengan peralatan sederhana. Ada jerigen untuk menampung limbah, ada tabung ukur berisi air untuk menampung gas.
Mereka menggunakan selang biasa untuk menghubungkan elemen-elemen tersebut. Tim peneliti bahkan mendesain ban dalam kendaraan sebagai tempat penampungan gas metan yang dihasilkan.
Kata Oktavianus, dari semuanya, campuran kotoran sapi dan limbah pabrik tahu lah yang paling cepat dan lebih banyak menghasilkan gas.
Memasak dan Penerangan
Oktavianus tidak sendirian. Ia bekerja bersama Yohanes Nong Bunga (Prodi Pendidikan Bilogi), M.A. Yohanita Nirmalasari (Prodi Pendidikan Kimia) dan Agustina Du’a Kuki (Prodi Pendidikan Kimia). Mereka juga melibatkan satu mahasiswa yakni Aljefridus Misa.
Selain sisa fermentasi bisa dijadikan pupuk, gas metan yang dihasilkan dapat digunakan untuk memasak.
“Target akhirnya adalah bagaimana gas metan ini bisa digunakan untuk penerangan,” tambah Agustina Du’a Kuki.
Khusus untuk penerangan, mereka akan mengkonversi gas yang dihasilkan menjadi energi listrik.
Untuk ini, perlu ada kombinasi dengan alat bernama termoellectric generator. Bentuk sederhana dari alat ini bisa ditemukan pada dispenser air.
Sementara itu, Yohanes Nong Bunga mengklaim hasil penelitian mereka bisa diaplikasikan oleh masyarakat.
“Ini membutuhkan perlatan sederhana tetapi hasilnya komplit. Petani dan peternak bisa mendapatkan hasil ganda. Masyarakat juga bisa berdaya mengolah limbah,” ungkapnya.
Penulis: Are De Peskim
Editor: Irvan K