Ruteng, Vox NTT- Uskup Ruteng Mgr. Siprianus Hormat, Pr mengajak umat untuk berani menolak politik primordial dan suku, agama, ras dan antar-golongan (SARA).
Umat diharapkan agar tidak memilih pemimpin hanya karena adanya ikatan kekerabatan SARA.
Sebagai informasi, primordialisme adalah sebuah pandangan atau paham yang memegang teguh hal-hal yang dibawa sejak kecil, baik mengenai tradisi, adat-istiadat, kepercayaan, maupun segala sesuatu yang ada di dalam lingkungan pertamanya.
Permintaan itu merupakan salah satu poin dalam surat gembala Uskup Sipri menjelang Pilkada 2020 di Kabupaten Manggarai dan Manggarai Barat, wilayah kewenangan Keuskupan Ruteng. Surat gembala itu salinannya diterima VoxNtt.com, Rabu (02/09/2020).
Dalam surat gembalanya pula, Uskup Sipri mengajak pemilih agar harus berani menolak “politik menghalalkan segala cara”, tertutama “politik uang”. Diharapkan tidak memilih calon hanya karena bayaran tertentu atau tergiur oleh janji politis yang mendatangkan keuntungan material.
Uskup Sipri juga mengajak agar memilih pemimpin yang memiliki pikiran, perasaan, dan hati untuk rakyat. Temukan pemimpin yang berkomitmen mengikuti gaya kepemimpinan Yesus yang datang bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani (Mrk 10:45).
Ajakan ini juga seiring dengan mottonya yakni Omnia in Caritate (Lakukan segala pekerjaanmu dalam kasih — 1 Kor 16:14).
Umat Allah Keuskupan Ruteng, kata dia, hendaknya terlibat dengan penuh semangat cinta dan nai ca anggit tuka ca leleng dalam seluruh proses Pilkada ini.
“Janganlah golput, gunakan hak pilihmu sebagai ungkapan karya kasihmu,” ajak Uskup Sipri.
Ia juga mengajak agar memilih pemimpin yang berkompeten dan berintegritas. Berkompetensi, jelas Uskup Sipri, berarti memiliki kemampuan untuk memimpin, mengayomi, dan menggerakkan masyarakat dalam mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan bersama.
Sedangkan berintegritas berarti mampu memimpin berlandaskan prinsip dan nilai kebenaran, kejujuran, keadilan dan solidaritas.
Kriteria pemimpin lainnya yang dipilih menurut dia adalah figur yang memiliki komitmen mendalam terhadap martabat pribadi manusia dan keutuhan ciptaan (ekologi).
“Dewasa ini sangat dibutuhkan pemimpin yang bervisi pembangunan holistik dalam dimensi sosial, ekonomi, politik, budaya, ekologi dan spiritual serta memperjuangkan harkat dan martabat pribadi manusia, terutama yang miskin dan terlantar (bdk. GS 27),” katanya.
Penulis: Igen Padur
Editor: Ardy Abba