Ruteng, Vox NTT- Menjelang pemilihan kepala daerah (Pilkada) di Kabupaten Manggarai, berbagai kegiatan para bakal calon Bupati dan Wakil Bupati terus menerus dilakukan.
Pilkada mengharuskan tatap muka dengan jumlah massa yang banyak, tanpa dihiraukan lagi protokol kesehatan semisal jaga jarak. Ini menjadi agenda penting para kandidat dan tim sukses.
Di lain sisi, ada data mengejutkan yang berpotensi buruk terhadap kesehatan dan keselamatan dari segenap warga masyarakat Manggarai.
Data itu berhubungan dengan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Terbaru, jumlah orang yang terjangkit Covid-19 di Manggarai sebanyak 8 orang.
Data yang diperoleh dari akun Facebook resmi Pusdalops-PB Provinsi NTT dan Protokol Kabupaten Manggarai ini menunjukan bahwa tujuh dari delapan kasus tersebut merupakan klaster transmisi lokal. Sedangkan satu kasus lainnya merupakan pelaku perjalanan dari Makassar, Sulawesi Selatan.
Baca: Waspada! Tujuh dari Delapan Kasus Baru Covid-19 di Manggarai, Klaster Transmisi Lokal
Di samping itu, terdapat lima orang pelaku perjalanan telah dinyatakan reaktif rapid test dan sedang menjalani isolasi. Dua orang lainnya kontak erat dengan pasien positif.
Situasi ini memantik komentar dari dosen Fisip Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Yohanes Jimmy Nami.
Yohanes mengatakan, satu-satunya upaya tempuh dalam memutus mata rantai penyebaran corona saat ini yaitu hanya dengan taat pada tata protokol kesehatan.
Untuk itu, Yohanes mengharapkan agar pemerintah menjadi pemandu dalam misi pemutusan mata rantai penyebaran Covid-19.
“Pemda harus menjadi garda terdepan untuk selalu mensosialisasikan protokol kesehatan,” ungkap Yohanes ketika dihubungi VoxNtt.com, Kamis (03/09/2020) pagi.
Ia juga mengingatkan agar pemerintah tidak boleh menganggap sepele terhadap virus mematikan ini.
“Jangan sampai hiruk pikuk politik lalu membuat kita lengah, apalagi sampai menganggap remeh,” tegasnya.
Alumni PMKRI ini juga mengingatkan agar kampanye tatap muka wajib menjalankan pembatasan tertentu, jangan sampai menciptakan cluster baru.
“Masing-masing tim wajib taat protokol, harus bisa jadi contoh masyarakat yang dikunjungi,” katanya.
Tantangannya saat ini menurut Yohanes, yaitu masih masifnya penyebaran virus corona. Apalagi jika tidak disiplin pada protokol kesehatan.
Yohanes menegaskan, semestinya ada konsekuensi bagi masyarakat yang tidak taat pada protokol kesehatan sesuai instruksi pemerintah secara nasional.
Konsekuensi itu bisa bermacam-macam tinggal disesuaikan dengan kondisi. Hal ini bertujuan untuk membangkitkan kepahaman masyarakat terkait dampak -dampak muncul karena keteledoran.
“Sifatnya bukan menghukum ya, tapi edukatif/melindungi masyarakat sehingga kesadaran masyarakat bisa muncul dan paham terkait bahaya virus corona,” tutupnya.
Penulis: Igen Padur
Editor: Ardy Abba