Ruteng, Vox NTT- Uskup Ruteng Mgr. Siprianus Hormat, Pr mengajak umat di Manggarai dan Manggarai Barat agar tidak golput atau tidak ikut memilih dalam Pilkada serentak 9 Desember 2020 mendatang.
Permintaan tersebut terungkap dalam surat gembala Uskup Sipri menyongsong Pilkada 2020 di wilayah kewenangan Keuskupan Ruteng.
“Janganlah golput, gunakan hak pilihmu sebagai ungkapan karya kasihmu,” ajak Uskup Sipri dalam surat gembala yang salinannya diterima VoxNtt.com, Rabu (02/08/2020).
Ia juga mengajak agar memilih pemimpin yang memiliki pikiran, perasaan, dan hati untuk rakyat. Temukan pemimpin yang berkomitmen mengikuti gaya kepemimpinan Yesus yang datang bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani (Mrk 10:45).
Baca Juga: Uskup Ruteng Ajak Umat Berani Menolak Politik Primordial dan SARA
Ajakan ini juga seiring dengan mottonya yakni Omnia in Caritate (Lakukan segala pekerjaanmu dalam kasih — 1 Kor 16:14).
Umat Allah Keuskupan Ruteng, kata dia, hendaknya terlibat dengan penuh semangat cinta dan nai ca anggit tuka ca leleng dalam seluruh proses Pilkada ini.
Tak hanya itu, Uskup Sipri kemudian mengajak agar memilih pemimpin yang berkompeten dan berintegritas.
Berkompetensi, jelas Uskup Sipri, berarti memiliki kemampuan untuk memimpin, mengayomi, dan menggerakkan masyarakat dalam mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan bersama.
Sedangkan berintegritas berarti mampu memimpin berlandaskan prinsip dan nilai kebenaran, kejujuran, keadilan dan solidaritas.
Kriteria pemimpin lainnya yang dipilih menurut dia adalah figur yang memiliki komitmen mendalam terhadap martabat pribadi manusia dan keutuhan ciptaan (ekologi).
Baca Juga: Uskup Ruteng Ajak Pilih Pemimpin yang Punya Pikiran, Perasaan, dan Hati untuk Rakyat
“Dewasa ini sangat dibutuhkan pemimpin yang bervisi pembangunan holistik dalam dimensi sosial, ekonomi, politik, budaya, ekologi dan spiritual serta memperjuangkan harkat dan martabat pribadi manusia, terutama yang miskin dan terlantar (bdk. GS 27),” katanya.
Uskup Sipri juga mengajak pemilih atau umat agar berani menolak politik primordial dan SARA. Diharapkan untuk tidak memilih pemimpin hanya karena adanya ikatan kekerabatan, suku, agama, ras dan antar-golongan.
Kemudian, pemilih harus berani menolak “politik menghalalkan segala cara”, tertutama “politik uang”. Tidak boleh memilih calon hanya karena bayaran tertentu atau tergiur oleh janji politis yang mendatangkan keuntungan material.
Penulis: Ardy Abba