(Catatan Jurnalis Frido Umrisu Raebesi)
PILKADA serentak tahun ini diikuti sembilan kabupaten di Nusa Tenggara Timur (NTT). Tahap demi tahap menuju puncak tanggal 9 Desember 2020 berjalan lancar dan kini memasuki pendaftaran bakal pasangan calon (paslon).
Satu dari sembilan kabupaten yang menggelar Pilkada adalah Malaka. Daerah otonomi baru yang dimekarkan dari Kabupaten Belu itu menyelenggarakan Pilkada keduanya setelah Pilkada 2015 lalu.
Suhu politik saat ini terasa mulai memanas. Apalagi konsentrasi masyarakat, terutama yang memilih sebagai pelaku politik, hanya tertuju pada dua paslon. Pertarungan head to head pun tak terhindarkan ketika bakal paslon lainnya gagal sebelum bertarung.
Kini panggung Pilkada Malaka menjadi arena pertarungan Stefanus Bria Seran yang berpasangan dengan Wendelinus Taolin (SBS-WT) dengan penantangnya Simon Nahak-Kim Taolin (SN-KT).
Pertarungan keduanya, oleh sejumlah pihak dipandang tanding yang tak sebanding. Mengapa demikian?
Stefanus Bria Seran (SBS) merupakan Bupati Malaka pertama. Masih berkuasa saat Pilkada berlangsung. Ia menggaet mantan legislator sekaligus pengusaha Wandelinus Taolin (WT).
Diusung oleh enam parpol, yakni Golkar, NasDem, Demokrat, Hanura, Gerindra dan PDI Perjuangan, paslon yang mengusung tagline “lanjutkan” ini memboyong 20 dari 25 kursi DPRD Malaka. Hebat kan?
Sementara penantang petahana merupakan pasangan pengacara dan politisi. Simon Nahak merupakan seorang pengacara kondang yang saban hari menjadi dosen di Universitas Warmadewa Bali.
Sedangkan Kim Taolin merupakan politisi muda PKB. Sebelumnya merupakan mantan anggota DPRD Provinsi NTT.
SN-KT hanya bisa menghimpun lima kursi DPRD dari tiga partai yang tersisa, yakni PSI, Perindo, dan PKB. Lima melawan 20 kursi DPRD.
Di atas kertas, pertarungan ini memang tampaknya diungguli SBS-WT. Ketua tim pemenangan petahana, Devi Hermin Ndolu sangat yakin meraih kemenangan telak 60-70%.
“Target kita untuk kemenangan SBS-WT di Pilkada saat ini akan mencapai 60-70%. Saya sangat yakin dan percaya bahwa kita akan menang di Pilkada mendatang. Karena 20 kursi melawan lima kursi DPRD di Kabupaten Malaka,” ujarnya.
SBS-WT memang bagai raksasa dalam Pilkada kali ini. Ia tampak digdaya. Namun apakah SN-KT yang hanya didukung lima kursi tersisa itu patut dipandang lemah? Tentu saja tidak.
Meskipun hanya diusung koalisi tiga parpol, SN-KT merupakan satu-satunya paslon yang tampil sebagai penantang petahana. Berpengalaman dalam bidangnya masing-masing, tentu saja menjadi modal untuk membangun Malaka jika mayoritas rakyat memberinya mandat.
“Kami cukup lima saja. Intinya memenuhi syarat pendaftaran di KPU Malaka nantinya. Sekali lawan tetap lawan dan 20 kursi dukungan DPRD belum menjamin kemenangan,” kata Kim Taolin, saat dihubungi pada Jumat (04/09/2020).
SN-KT menjadi satu-satunya alternatif jika masa kepemimpinan SBS-WT selama periode pertama, tak sesuai harapan rakyat. Apalagi Kim Taolin memiliki pengalaman bertarung dari sang ayah alm. Taolin Ludovikus yang pernah menjabat Wakil Bupati Belu.
Meskipun sang ayah mengalami kekalahan melawan SBS lima tahun silam, setidaknya, darah petarung mengalir dalam diri KT.
Percaya diri yang tinggi pada kubu petahana, bisa menjadi pelecut semangat bagi kubu penantang. Mereka tinggal mengevaluasi kepemimpinan petahana. Atau membandingkan realita selama lima tahun masa kepemimpinan dengan janji-janji kampanye dan visi misi yang dijanjikan saat Pilkada 2015 lalu.
Janji-janji perubahan yang ditawarkan, jika mampu meyakinkan masyarakat, bukan tidak mungkin, petahana tumbang di tangan sang penantang.
Saya teringat kisah Alkitab, Daud melawan Goliat. Goliat merupakan prajurit Filistin yang sangat ditakuti bangsa Israel. Ia memiliki postur tubuh di atas rata-rata. Boleh dibilang, Goliat bagai raksasa. Kekuatan yang luar biasa terlihat dari pakaian perang, senjata, dan pengawalnya.
Daud? Dia bukanlah prajurit. Dia hanya seorang anak gembala. Muncul di Medan perang hanya karena kebetulan mengantarkan bekal bagi ayah dan saudaranya yang menghadapi serangan tentara Filistin.
Ia diremehkan oleh Goliat dan pasukannya kala memberanikan diri untuk tampil menantang pasukan Filistin. Namun ia percaya akan kekuatan Tuhan. Ia pun meminta restu Saul, sang ayah dan hanya dengan bermodalkan umban dan batu, Daud mampu merobohkan Goliat.
Apakah Pilkada Malaka 2020 ibarat perang Daud melawan Goliat? Apakah SBS-WT sebagai petahana dengan kekuatan besarnya bisa memukul mundur SN-KT? Ataukah SN-KT mampu menumbangkan SBS-WT ibarat Daud menumbangkan Goliat?
Jawabannya ada pada realita pembangunan Malaka selama lima tahun, visi-misi kandidat, dan strategi untuk merebut hati rakyat. Pada akhirnya, rakyat yang akan memutuskan. Rakyat akan memilih, memberikan mandat kepada SBS-WT atau SN-KT.
Dua paslon yang kini bertarung merupakan putera-putera terbaik yang dimiliki Malaka.
Saatnya masyarakat memilih yang terbaik. Jangan golput, ayo berpartisipasi dalam membangun demokrasi yang sehat di Malaka.
Editor: Yohanes