Kupang, Vox NTT-Mama Peni, demikian ia dikenal merupakan warga Kota Kupang yang bertahan dengan kehidupan serba terbatas di tengah gencarnya pembangunan infrastruktur di Kota berjuluk Kota Kasih itu.
Sekitar 2,5 tahun silam, tepatnya 2017, VoxNtt.com mendapat pesan dari Pater Paul Rahmat, SVD, Ketua Vivat Internasional di Jakarta yang juga diperkuat Gabriel Goa, Kordinator PADMA.
Isinya, meminta VoxNtt.com menelusuri dugaan kasus human trafficking yang menimpa E, putri Mama Peni yang masih di bawah umur. Kabarnya, sudah dua minggu, E menghilang dari rumah.
Tak membutuhkan waktu lama, VoxNtt.com meluncur ke lokasi, tempat Mama Peni dan suaminya tinggal.
Berkat informasi yang diterima dari dua orang yang disebutkan tadi, VoxNtt.com dengan mudah menemukan rumah Mama Peni, yang tampak sangat reyot.
Darinya, VoxNtt.com mendengar, anak keduanya itu menghilang dari rumah sejak pamit ke sekolah. Sejak itu, E tidak pernah kembali dan Mama Peni tidak mendapatkan sedikitpun informasi perihal, mengapa anaknya menghilang.
Selama dua Minggu ditinggalpergikan anaknya, Mama Peni hanya pasrah, berdoa sembari berharap Sang Putri pulang dalam keadaan baik-baik saja.
Maklum, Mama Peni merupakan orang berkebutuhan khusus (pincang) dan kemampuan komunikasi yang kurang. Tak hanya itu, suaminya juga mengalami gangguan kejiwaan.
Kondisi sang Suami kian mempersulit usaha mencari tahu ke mana, mengapa dan untuk apa sang putri pergi meninggalkan rumah.
Menurut Mama Peni, ketika itu, teman-temannya E memberitahukan jika anak tersebut dijemput oleh seorang lelaki, usia bapak-bapak menggunakan speda motor. Entah siapa bapak itu, untuk urusan apa dia membawa pergi E, hingga kini masih misteri.
Hal itu yang juga membuat media ini sulit untuk mencari tahu keberadaan E.
Sementara Mama Peni keberatan untuk melaporkan hal itu ke Polisi. Kepada VoxNtt.com, ia yakin, Tuhan akan mengantar anaknya pulang ke rumah.
Benar saja, Natal Tahun 2018, crew VoxNtt.com mengunjungi Mama Peni, sekadar mengucapkan selamat Natal dan Tahun baru dan berbagi kasih. Tiba di rumah Mama Peni, E sudah ada dan bersama Sang Ibu menyambut kehadiran crew media ini.
Kepada VoxNtt.com, E enggan bercerita ke mana ia pergi, mengapa pergi dan apa yang ia lakukan di luar sana?
Tetapi Mama Peni, secara gamblang menceritakan ke VoxNtt.com kalau putrinya itu pergi dan tinggal bersama seorang lelaki yang entah siapa, di sebuah tempat di Osmok.
Diceritakan Mama Peni, E mengakui ia dibawa ke mana-mana oleh lelaki itu dan teman-temannya.
Sejak kepulangannya itu, E lebih sering pergi dari rumah dan lebih sering dijemput oleh para lelaki yang hingga saat ini masih misteri. Mama Peni sendiri tidak kenal siapa lelaki-lelaki itu.
Tak hanya itu, E lebih sering meminta uang dalam jumlah yang cukup besar, bahkan pernah membawa lari uang Mamanya dari hasil jualan babi dan bebek.
Walau kakinya pincang, Mama Peni bukanlah tipikal orang yang pasrah dengan keadaan atau menunggu belas kasihan orang, apalagi bergantung dengan bantuan pemerintah.
Mama Peni adalah tipikal pekerja keras. Sebagai tulang punggung keluarga, ia tidak pernah mengeluh, menghidupkan keluarganya dengan memelihara babi, kambing, bebek dan menanam jagung di lahan milik orang.
Walau begitu, Mama Peni tak menolak jika ada orang berbaik hati untuk menolongnya. Beberapa waktu lalu, Mama Peni mendapat bantuan dari mahasiswa Poltekes berupa triplek yang mereka buat menjadi dinding rumah bagian dalam.
Kediaman Mama Peni sangat sederhana, hanya satu kamar tidur, itu pun kasurnya disumbang seorang janda yang berbaik hati yang dipakainya untuk tidur bersama E.
Sementara Sang Suami dan anak lelakinya tidur di dapur penuh bolong, dalam tempat tidur berukuran sangat kecil dan menggunakan kardus bekas sebagai pengganti kasur.
Setiap malam, mereka melawan angin kencang dengan dingin yang menggigi.
Tak Pernah Mendapat Bantuan Pemerintah
Nasib Mama Peni, kian tragis ketika di tengah kondisi keluarganya yang serba sulit, negara tak juga kunjung hadir membawa bala bantuan.
Padahal, keluarga Mama Peni, mestinya adalah warga negara yang patut menjadi perhatian negara. Di tengah pemerintah menawarkan banyak macam bantuan bagi keluarga miskin, seperti bantuan rumah layak huni, PKH dan lain sebagainya, Keluarga Mama Peni menjadi bagian yang tak beruntung untuk mendapatkan bantuan tersebut.
Setiap kali menyaksikan orang-orang di sekitarnya mengantri panjang untuk menerima bantuan, Mama Peni hanya bisa menyaksikan barisan massa yang siap menerima bantuan tersebut.
Apa yang salah dengan Mama Peni, dia merupakan warga yang senasib dengan orang-orang yang ada dalam barisan antri bantuan itu.
Tetapi mengapa dia tak ada di sana. Mengapa dia hanya bisa menontonnya dari jauh sembari berdoa, semoga suatu waktu dia mendapat keberuntungan, sama seperti orang-orang itu.
Bahkan di tengah Pandemi Covid-19, ketika orang-orang di sekitarnya mendapat bantuan dari pemerintah, Mama Peni dan keluarga hanya bisa meratapi nasib.
Beruntung, suatu ketika ada Babinkamtibmas yang peduli, mengantarkan mereka beras 5 kg, indomie dan telur. Juga anak-anak dari Poltekes yang berbaik hati merehab seadanya di bagian dalam rumah Ma Peni.
Butuh Pertolongan Segera
Minggu, 6 September. Waktu menunjukkan sekitar pukul 18.00, secara kebetulan VoxNtt.com menemukan Mama Peni di bilangan jalur 40 Sikumana, Kota Kupang sedang berjalan kaki sambil menggenggam sebuah kantongan kecil.
Karena sudah merasa dekat dengan Mama Peni, motor yang sedang melaju harus berhenti. Menyeberangi jalan dan menanyakan Mama Peni hendak ke mana, berjalan kaki di jam begitu.
Mama Peni menyampaikan, jika dirinya hendak ke RS. S K Lerik, Kota Kupang.
E, anaknya yang sempat hilang itu kini hamil dan HB-nya turun sehingga harus dilarikan ke RS, hari kemarinnya.
Sementara Mama Peni harus pulang, meninggalkan anaknya tanpa penjaga untuk mengurus surat-surat di RT dan Lurah agar bebas biaya.
Mengapa jalan kaki, Mama Peni saat itu hanya mempunyai uang Rp 5 ribu rupiah, Rp 3 ribu sudah dibelikan jagung goreng tiga bungkus, untuk makanan E.
Di tangannya tersisa Rp 2 ribu. Karena itu, Mama Peni, nekat ingin berjalan kaki ke RS. Kota yang jauhnya bukan main. Belum lagi dengan kondisi Mama Peni yang menderita pincang pada kaki sebelah.
VoxNtt.com yang prihatin dengan Mama Peni, hanya dapat memberinya uang secukupnya agar bisa menyewa ojek ke rumah sakit.
VoxNtt.com menjanjikan, esok akan ke RS menemui Mama Peni dan E, sekadar mengantar makan siang sambil memikirkan bagaimana caranya agar Mama Peni dan E segera dibantu.
Tengah hari esoknya, VoxNtt.com menuju RS. S K Lerik, namun naas, di bawah Mama Peni dan E tidak ditemukan.
Kata para bidan, mereka sudah meninggalkan RS. Anehnya, di ruang pendaftaran pasien E, masih terdata sebagai pasien.
Saat petugas dari ruangan pendaftaran pasien menghubungi petugas yang menangani E, mendapat jawaban bahwa mereka pulang karena permintaan sendiri.
VoxNtt.com tidak ingin berlama-lama di sana, karena memilih mencari Mama Peni dan E di rumahnya di Belo, tepat di belakang RS. Boromeus.
Belum lagi karena merasa tak nyaman dengan perlakuan Satpam yang sangat taat Protokoler Covid-19. Satpam hanya memperbolehkan satu orang yang masuk.
Sementara saya yang menunggu di luar, harus bertengkar karena ingin duduk di ruangan tunggu Poli yang lagi kosong.
Kata Satpam yang gagah itu, saya tidak boleh duduk di situ karena takut Covid.
Orang Miskin Hanya Boleh Dirawat 3 Hari
Kepada VoxNtt.com, saat ditemui di rumahnya, Mama Peni mengatakan, mereka terpaksa harus keluar di hari ke-3 anaknya itu dirawat.
E dirawat karena kata dia, mereka orang miskin. Jadi hanya bisa 3 hari di RS.
“Karena mereka bilang, orang miskin hanya bisa dirawat tiga hari,” jawab Mama Peni ketika ditanya mengapa keluar dari RS.
Saat ini, Mama Peni khawatir anaknya itu tidak bisa ditangani secara medis saat lahir nanti. Sementara menurut perkiraan, E akan melahirkan sekitar tanggal 22-24 November tahun ini.
Ia berharap, ada tangan-tangan yang bersedia mengulurkan bantuan untuk anaknya E.
Untuk diketahui, E hamil tanpa suami setelah menjadi korban human trafficking ke Medan dan berhasil kabur. Kasusnya sementara ditelusuri VoxNtt.com.
Penulis: Boni Jehadin