Vox NTT – Ancaman lebih besar menanti umat manusia pasca pandemi Covid-19. Sebuah analis baru Institute for Economics and Peace (IEP) menyebut, lebih dari 1 miliar manusia terancam harus mengungsi pada tahun 2050 nanti.
Dilansir Kontan.co.id, Rabu (09/09/2020), krisis yang disebut ancaman ekologi global ini didorong oleh pertumbuhan populasi yang cepat, kurangnya akses ke makanan dan air, serta meningkatnya paparan bencana alam yang harus dihadapi manusia.
IEP menyusun indeks terorisme dan perdamaian tahunan berlabel Ecological Threat Register menggunakan data dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan sumber lain untuk menilai delapan ancaman ekologi.
Wadah pemikir global yang berkantor pusat di Sydney, Australia dengan cabang di New York City, Mexico City dan The Hague itu juga memprediksi negara dan wilayah mana yang paling banyak terpapar risiko.
Dengan perkiraan populasi dunia akan meningkat menjadi hampir 10 miliar pada tahun 2050 dan meningkatnya perebutan sumber daya yang memicu konflik, penelitian menunjukkan sebanyak 1,2 miliar orang yang tinggal di daerah rentan di sub-Sahara Afrika, Asia Tengah dan Timur Tengah mungkin saja dipaksa untuk bermigrasi pada tahun 2050.
Sebagai perbandingan, laporan tersebut mencatat faktor ekologi dan konflik menyebabkan pengungsian sekitar 30 juta orang pada 2019.
“Ini akan memiliki dampak sosial dan politik yang besar, tidak hanya di negara berkembang, tetapi juga di negara maju, karena perpindahan massal akan menyebabkan arus pengungsi yang lebih besar ke negara-negara paling maju,” kata Pendiri IEP, Steve Killelea.
Daftar tersebut mengelompokkan ancaman menjadi dua kategori besar yakni kerawanan pangan, kelangkaan air dan pertumbuhan populasi, dan bencana alam termasuk banjir, kekeringan, angin topan, naiknya permukaan laut, dan kenaikan suhu lainnya.
Hasilnya adalah analisis yang menilai berapa banyak ancaman yang dihadapi masing-masing dari 150 negara dan kapasitas mereka untuk menahannya. Beberapa negara seperti India dan Cina, paling terancam oleh kelangkaan air dalam beberapa dekade mendatang.
Killelea mengatakan pasokan air bersih di dunia saat ini sudah berkurang 60% dibanding 50 tahun lalu. Sementara permintaan akan makanan diperkirakan akan naik 50% dalam 30 tahun ke depan, sebagian besar didorong oleh perluasan kelas menengah di Asia.
Faktor-faktor tersebut, dikombinasikan dengan bencana alam yang mungkin meningkat frekuensinya karena perubahan iklim, berarti bahkan negara yang stabil saat ini pun akan menjadi negara rentan pada tahun 2050.
Penulis: Yohanes