Sikka, VoxNtt.com
“Setiap anak adalah seniman. Tetapi, anak-anak mesti dibantu mulai dari sekarang. Mereka butuh lebih banyak dimengerti dan dituntun. Mereka kecil, tapi berpengaruh dan punya mimpi”.
Kalimat ini menjadi awal yang meneduhkan dari Tety Qikan saat diwawancarai penulis pada 15 September 2020 lalu. Ia menyampaikan isi hatinya yang terdalam dengan suara bergetar dan penuh percaya diri. Matanya berkaca-kaca ketika berbicara tentang anak-anak yang adalah generasi masa depan bangsa dan dunia.
Tety memiliki nama lengkap Kristina Beatrix Nong Goa. Teman-teman masa kecilnya sering memanggilnya dengan nama Tety. Namun, sekarang Ia lebih populer disapa Qikan.
Menurut pengakuannya, Qikan ialah nama udara ketika Ia masih aktif sebagai penyiar radio Sonia Maumere-NTT. Ia dilahirkan di Mataloko, tanggal 17 Januari 1986.
Pemrakarsa dan pegiat di Komunitas Huruf Kecil Maumere
Mengikuti ayahnya yang mengepalai kantor Asuransi Jiwasraya di Alor, maka saudari Qikan pun masuk TK St. Maria Kalabahi-Alor tahun 1990-1991. Setelah itu, mereka pindah ke Maumere, dan dia mengikuti pendidikan sekolah dasar di SDK Maumere III pada tahun 1992-1998.
Kemudian, pada tahun 1998-2001, Ia melanjutkan pendidikan di SMPK Virgo Fidelis Maumere dan menamatkan SMA tahun 2004 di SMK Negeri 1 Maumere.
Tahun 2004 memulai perkuliahan di Fakultas Hukum Undana Kupang (Hukum Internasional dan tamat pada tahun 2010). Ilmu hukum yang dipelajarinya di perguruan tinggi ini menjadi bekal baginya dalam tugas-tugas harian sekarang ini sebagai pegawai bagian hukum di kantor Bupati Sikka, Maumere. Sebelum itu, dia pernah menjadi pegawai di Koperasi Obor Mas.
Selain melukis dan mewarnai, saudari Qikan juga merupakan pendukung setia klub ternama Real Madrid.
“Saya suka Real Madrid sejak kecil. Hampir semua isi kamar saya bercorak Real Madrid dan saya nyaman dengan semua itu”, tutur Qikan yang juga suka menulis puisi ini.
Walaupun disibukkan oleh berbagai pekerjaan di kantor Bupati Sikka khusus bagian hukum, ia masih tetap meluangkan waktu bersama-sama anak-anak di Komunitas Huruf Kecil.
Selain itu, ia juga aktif di Komunitas KAHE Maumere dan Komunitas Bola PRMI (Pena Real Madrid Indonesia). Kini, Tety Qikan dipercayakan menjadi Korwil PRMI untuk Bali-Nusra.
Sejarah Lahirnya Komunitas Huruf Kecil Maumere
Saudari Qikan menceritakan bahwa sebenarnya Komunitas Huruf Kecil ada secara tidak sengaja. Ketika itu, tepatnya akhir tahun 2017, dia berkesempatan menghadiri acara pameran yang diselenggarakan oleh Komunitas KAHE Maumere dalam rangka mengenang tsunami tahun 1992.
Ada banyak anak-anak yang hadir pada acara pameran tersebut. Waktu itu dipamerkan banyak lukisan menarik dan juga karya-karya lain yang memanjakan mata para pengunjung. Dalam acara pameran tersebut, lanjut Qikan, ada satu anak yang juga mau supaya lukisannya bisa dilihat orang lain.
Sejak saat itu, Qikan merasa termotivasi atau terpanggil untuk harus membantu anak-anak yang tentu memiliki bakat.
“Kalau saya bisa membantu Komunitas KAHE dalam acara pameran lukisan, kenapa saya tidak bisa membantu anak-anak di sini (kota Maumere) untuk memberi ruang berekspresi bagi mereka dan mengembangkan bakatnya dalam melukis, menggambar dan bakat-bakat lainnya. Mungkin ini panggilan saya, menuntun dan membimbing anak-anak”, ceritanya.
Qikan melanjutkan bahwa beberapa hari setelah pameran di Komunitas KAHE itu, ada sekitar 20-an anak bersama orangtuanya datang ke warung makan DapoerSoenda Flores. Mereka bergabung bersama Tety Qikan dan kawan-kawan dan memberi mereka ruang untuk melukis, mewarnai, bercerita atau sekadar bermain.
Akhirnya, tepat pada tanggal 14 Februari 2018 bersama dengan kawan-kawannya, saudari Qikan mendirikan Komunitas Huruf Kecil yang dikhususkan bagi pengembangan bakat dan karakter anak-anak. Jadi, pada tahun 2020 ini, Komunitas Huruf Kecil sudah berusia 2 tahun.
Seiring perjalanan waktu, anggota Komunitas Huruf Kecil sampai sekarang ini adalah berjumlah 120-an orang. Mereka datang dari anak-anak berumuran TK, SD, SMP sampai SMA, dan satu orang sudah semester 3 di Undana Kupang.
Sebagaimana komunitas-komunitas lain yang berjalan dalam spirit dan filosofi yang khas, Komunitas Huruf Kecil juga memiliki spirit dan filosofi khasnya tersendiri.
“Spirit yang menjadi pegangan kami dalam komunitas ini ialah ‘Ada Cinta di Setiap Warna’. Maksudnya, cinta selalu ada di mana-mana tergantung kita yang merangkainya. Cinta itu berdaya menyatukan, walau kita berbeda-beda”, jelas Qikan dengan penuh percaya diri.
Adapun filosofi khas dari Komunitas Huruf Kecil yakni huruf kecil muncul setelah huruf besar, namun tetap memiliki peran untuk melengkapi dan menyempurnakan. Begitu pula anak-anak kecil. Mereka kecil dan lugu, tetapi tetap berpengaruh, bisa menopang dan memiliki mimpi untuk menjadi besar. Anak-anak kecil tidak boleh disepelekan.
Fokus Pada Pendidikan Karakter Anak
Sejak berdirinya pada tanggal 14 Februari 2018, Komunitas Huruf Kecil yang diprakarsai oleh saudari Qikan lebih menekankan pada pendidikan karakter anak. Wadah pengembangan karakter anak itu terjadi melalui aktivitas melukis, mewarnai, menyanyi, menari, bercerita, dan bermain.
Tety Qikan mengisahkan, dirinya dan kawan-kawan tidak memperhatikan hasil dari kreasi anak-anak.
“Ketika melukis, mewarnai sambil bermain atau bercerita sembari mengganggu teman-teman, anak-anak sebenarnya sedang belajar banyak hal. Mereka memetik banyak nilai dalam proses yang ada. Sesungguhnya, proses itulah yang menjadi jembatan bagi masa depan yang lebih bagi anak-anak”, tutur Qikan.
Secara tidak sadar anak-anak sedang belajar berkomunikasi, terbuka dengan orang lain, peka, saling berbagi, saling membantu dan mendukung. Dalam kegiatan setiap hari sabtu sore, mereka diajarkan 4 hal penting yang harus dipegang baik, yakni minta tolong, terima kasih, permisi dan maaf.
Tety Qikan (berbaju hitam) sedang mendampingi anak-anak dalam aktivitas melukis dan mewarnai di halaman depan Pastoran Thomas Morus Maumere, Sabtu, 19 September 2020 (Foto: Komunitas Huruf Kecil).
Tempat pelaksanaan kegiatan Komunitas Huruf Kecil ini terjadi di beberapa tempat yang berbeda-beda, sesuai dengan kesepakatan bersama. Sengaja dibuat di tempat berbeda supaya anak-anak tidak cepat bosan. Kegiatannya bisa terjadi di dalam ruangan atau tempat terbuka. Intinya, anak-anak bisa mengekspresikan diri mereka secara bebas dan tidak terikat oleh hal apa pun.
Demi tujuan pengembangan karakter yang dimaksud, setiap anak pun wajib menaati satu persyaratan paling penting dari Komunitas Huruf Kecil, yakni no gadget. Setiap kali kegiatan pada hari Sabtu sore (dari pukul 16.00-18.00), anak-anak tidak diperkenankan untuk memegang HP. Mereka harus bebas dari berbagai tawaran yang tersaji dalam gadget dan menyibukkan diri dengan aktivitas melukis, mewarnai, bercerita dan lain-lain.
Sebagai teladan, para pendamping Komunitas Huruf Kecil pun dilarang mengutak-atik HP saat mengikuti kegiatan bersama anak-anak. “Kami para pendamping juga menahan diri untuk tidak boleh menggunakan hp saat bersama anak-anak. HP bisa digunakan hanya untuk mengambil gambar dan cari musik di youtube untuk mendukung jalannya kegiatan dengan anak-anak. Selebihnya kami fokus pada komunikasi dengan anak-anak”, jelas Tety Qikan.
Dengan berbagai kegiatan yang cocok dan nyaman bagi anak-anak, maka sejatinya Komunitas Huruf Kecil adalah rumah kedua bagi anak-anak. Oleh karena itu, anak-anak bisa bebas untuk datang atau tidak. “Komunitas Huruf Kecil sendiri bukan menjadi kewajiban bagi anak-anak untuk harus ikut setiap hari sabtu sore. Kapan mereka senang datang, silakan datang. Kita fleksibel. Kita paham bahwa anak-anak masih dipengaruhi oleh mood mereka masing-masing”, kata Qikan.
Guna mengajarkan nilai kesetaraan dan sikap saling menghargai satu sama lain, Komunitas Huruf Kecil sendiri tidak memiliki ketua atau satu pemimpin struktural. Semua pendamping dan anak-anak adalah sama. Karena itu spirit yang mereka pegang bersama dalam Komunitas tersebut ialah ‘no leader, just together’. Tidak ada yang mendominasi. Semua sama dalam proses belajar untuk menjadi lebih baik di masa mendatang.
Masih dengan maksud dan tujuan yang sama, Komunitas Huruf Kecil juga menjalankan program celengan huruf kecil. Program ini sebenarnya hendak melatih anak-anak untuk memberi dan berbagi sejak dini. Pemberian itu haruslah tulus dan secara sukarela. Memberi itu biar sedikit tapi memiliki efek yang positif.
Berkenaan dengan program ini, Qikan selalu meneguhkan anak-anak dengan kata-kata berikut ini: “tidak ada manusia yang benar-benar kaya, jadi dia tidak butuh orang lain atau juga tidak ada manusia yang miskin sekali sampai dia tidak bisa kasih apa-apa untuk orang lain”. “Bahkan kita bisa kasih senyum untuk orang yang susah atau kita bisa kasih telinga kita untuk mendengarkan keluh kesah orang lain”, tegasnya.
Dalam banyak kesempatan saudari Qikan dan para pendamping yang lain juga mengajarkan sikap antikorupsi kepada anak-anak, mulai dari waktu sampai pada penggunaan barang-barang dan uang.
Tety Qikan dan kawan-kawan tidak berjalan sendiri dalam membimbing dan menganimasi anak-anak untuk berkembang ke arah yang baik. Praktisnya, para orangtua dari anak-anak yang tergabung dalam Komunitas Huruf Kecil ini juga memiliki peran dan dukungan yang sangat berarti.
Komunikasi orangtua dengan para pendamping Komunitas Huruf Kecil bisa terjadi secara langsung maupun lewat WA grup. Selain itu, ada banyak juga dukungan dari pihak lain yang memiliki perhatian yang sama bagi pengembangan bakat dan karakter anak-anak.
Kegiatan di Masa Pandemi Covid-19
Selama masa pandemi Covid-19 ini, karya kemanusiaan Tety Qikan tetap fokus pada pendidikan karakter anak-anak. Qikan mengakui bahwa pihaknya tetap menganimasi anak-anak untuk tetap melukis, mewarnai dan menyanyi di rumah atau bisa berkumpul di tempat tertentu dengan wajib menaati protokol kesehatan.
“Kita tetap membimbing dan mengajak anak-anak untuk berkreasi, memberi apresiasi dan menghargai karya-karya yang telah mereka hasilkan. Pandemi Covid-19 bukan menjadi halangan untuk berkreasi. Tetap ada ruang bagi anak-anak untuk mengembangkan diri mereka” jelas Qikan.
Salah satu kegiatan besar yang dibuat pada masa pandemi ini ialah Pandemic Fun Camp yang persis terjadi pada tanggal 25-26 Juli 2020 di pantai Paris-Maumere. Kegiatan ini diikuti oleh 10 orang anak yang didampingi langsung oleh para pendamping Komunitas Huruf Kecil dengan tetap mengikuti protokol kesehatan yang ada. Pada kesempatan itu, anak-anak diberi kesempatan untuk membuat tenda, bekerja sama dan saling membantu antara satu dengan yang lain.
Selain itu, ada kegiatan menanam pohon dan pilih sampah. Tety Qikan menegaskan bahwa tanggung jawab mereka bukan hanya menanam banyak anakan pohon, melainkan setelah itu dibagi waktu untuk menyiramnya. Hal ini menyadarkan mereka untuk harus berani bertanggung jawab menuntaskan semua pekerjaan yang sudah dimulai.
Karya kemanusiaan lain yang dijalankan Tety Qikan selama masa pandemi ini ialah berkolaborasi dengan Komunitas Jalan Kaki Maumere mengunjungi anak-anak di Dusun Wairbukan, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka pada tanggal 27 Juni 2020. Tujuan mulia dari kunjungan itu adalah melihat dan mengalami secara langsung situasi pendidikan anak-anak di dusun Wairbukan.
Ia menceritakan bahwa anak-anak SD di Wairbukan tidak mendapatkan pendidikan yang layak. Banyak dari mereka yang tidak tahu membaca dan menulis, padahal sudah ada yang duduk di kelas I SMP. Gedung sekolah pun tidak layak untuk dijadikan sebagai tempat untuk belajar. Qikan dan tim sempat mengajarkan mereka membaca, menulis, berhitung dan menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Lebih jauh, sejak tanggal 15 sampai 20 September 2020, sebagai bentuk solidaritas kemanusiaan yang nyata di masa pandemi ini, Komunitas Huruf Kecil bekerja sama dengan 90’S KID BARBERSHOP, QUQUQIQAN, JE’ES, ALDO FERNANDEZ dan RENDY TATTOO mengumpulkan donasi untuk perbaikan pendidikan anak-anak SD dan SMP di Wairbukan.
Dana yang terkumpul setidaknya dapat dialokasikan untuk pengadaan alat tulis dan lain-lain yang berkaitan langsung dengan proses pendidikan mereka sebagai generasi masa depan bangsa dan dunia.
Akhirnya, Komunitas Huruf Kecil tetap menjadi rumah bagi anak-anak yang ingin mengembangkan bakat melukis, mewarnai, menyanyi dan lain-lain. Tety Qikan tanpa kenal lelah akan selalu mendampingi anak-anak, memberi mereka ruang untuk mengekspresikan diri dan mengapresiasi setiap karya yang mereka hasilkan.
Qikan akan tetap menjadi malaikat bagi anak-anak yang punya mimpi untuk menjadi besar di kemudian hari. Bukan hanya terjadi pada masa pandemi Covid-19, kerja kemanusiaan Komunitas Huruf Kecil akan tetap berlanjut di masa-masa yang akan datang dengan tetap fokus pada pendidikan karakter anak.
Penulis: Arsenius Nega, Mahasiswa STFK Ledalero-Maumere