Ende, Vox NTT-Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (PK) Kabupaten Ende, Mathildis Mensi Tiwe memberi kelonggaran bagi pihak sekolah yang berada di wilayah zona hijau Covid-19.
Kelonggaran sekolah dengan sistem pembelajaran tatap muka disesuaikan dengan kurikulum darurat yang dirilis oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Satuan pendidikan dalam kondisi khusus dapat menggunakan kurikulum itu sesuai dengan kebutuhan pembelajaran di sekolah.
“Kurikulum khusus itu untuk memberikan fleksibilitas terhadap pembelajaran di sekolah. Bisa belajar mengajar seperti biasa, tatap muka begitu,” kata Mensi saat dikonfirmasi Wartawan pada Jumat (02/10/2020) siang di ruang kerjanya.
Namun demikian, lanjut Mensi, mesti dilaksanakan beberapa syarat sebagaimana diatur dalam kurikulum khusus tersebut.
Misalnya, tetap mentaati protokol kesehatan baik siswa maupun guru kemudian tidak memberlakukan jam istirahat.
Syarat lain yang wajib dijalankan dalam kebijakan sekolah tatap muka ialah berdasarkan persetujuan dari masing-masing pihak misalnya sekolah, komite, orang tua maupun pemerintah setempat.
“Jadi itu syarat utama dalam kebijakan itu. Semua pemangku harus bersepakat baru bisa dilaksanakan,”katanya.
Kadis Mensi mengingatkan kepada pihak sekolah tidak memaksa sekolah tatap muka bila kewajiban itu belum disiapkan. Pemerintah sendiri, kata dia, masih berkoordinasi dan meminta sejumlah pendapat atau gagasan dalam rangka penerapan pembelajaran tatap muka di Kabupaten Ende.
“Keluhan masyarakat variatif, ada yang mengeluh pembelajaran daring tidak menjamin perkembangan kemampuan anak. Macam-macam juga keluhan, termasuk biaya internet,”terang Kadis Mensi.
Mengenai pembelajaran daring, kata Mensi, bahwa pihaknya telah mengevaluasi secara menyeluruh. Metode pembelajaran secara daring disebut tidak efektif diterapkan di Kabupaten Ende.
“Metode daring belum efektif, kita banyak dapat masukan. Kita bisa terapkan sekolah tatap muka, asalkan jalankan kewajiban. Misalnya, setiap meja siswa harus ada hand sanitizer, wajib bermasker,”katanya.
Sementara salah seorang orang tua siswa asal Kecamatan Maurole, Martina Wula Sana berantusias atas peluang sistem pembelajaran tatap muka di wilayah zona hijau.
Menurut Martina, kebijakan itu justru memberi dampak positif bagi orangtua maupun siswa.
“Kami stres waktu anak-anak lebih banyak bermain. Kalau tidak (sekolah) tiap hari hanya bermain saja. Kita di kampung hanya bertani, nah anak-anak ini berkeliaran saja begitu,” tutur dia.
Ia berharap, agar secepatnya dilakukan pertemuan agar kebijakan sekolah tatap muka bisa dijalankan seperti biasa.
“Kita sebenarnya ingin anak-anak kita sekolah seperti biasa. Syaratnya bagaimana pun, kan nanti dibicarakan. Kita disini (Covid-19) aman-aman saja, tapi kita memang tetap waspada selalu,”kata dia lantas berharap agar sekolah tatap muka dijalankan.
Penulis : Ian Bala