Tuhan Aku Tidak Paham

Tuhan aku tidak paham.

Tapi aku hanya ingin puisi

Yang seperti ini.

……. (namanya)

Terimakasih, aku merasa cukup.

Dan kami berakhir.

Dalam gelak tawa tiga cucu.

Aku mati

Teruntuk Jiwa

Teruntuk jiwa yang kupuja.

Kini aku kian tersesat dalam binar matamu.

Seakan hidup berotasi pada lakumu.

Puan, aku hanya tersesat dalam binar matamu.

Dan kau tak juga memberi arah untuk aku pulang.

 

Teruntuk jiwa yang kupuja.

Biarkan aku melangkah,

jika menetap bukan lagi kita.

Menjelma Satu

Puan, senyap semakin menggerogotiku

Di antara lamunan tentangmu yang membisu

Aku dalam tualang pencarian makna

Hatiku kian berotasi pada lakumu merona

Entah angin apa yang menghadirkan harum pelukmu di jaketku

 

Aku tahu kita telah usai

Tapi kenangan menjelma satu dalam rinai

Ego

Tuhan aku mau dia.

Menggenap

Puan, sudah kuiyakan.

Tuan, sudah kuaminkan.

 

Tentang Penulis

Muhammad Zaini berasal dari Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan. Saat ini ia merupakan mahasiswa aktif Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Menyukai kopi.