Ruteng, Vox NTT- Sejumlah dosen dari Unika St. Paulus Ruteng tengah serius mendampingi pengelola Desa Wisata Meler, Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai.
Salah satu usahanya yakni, para dosen Unika Ruteng menggelar bimbingan teknis bagi pengelola desa wisata yang terkenal dengan keunikan persawahan jaring laba-laba tersebut.
Bimtek tersebut berlangsung di Aula Hotel Revayah Ruteng, Kamis (08/10/2020). Kegiatan ini bekerja sama dengan Direktorat Pengembangan SDM Pariwisata Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Salah satu pemateri yang dihadirkan dalam Bimtek terhadap 25 orang pengelola Desa Wisata Meler tersebut ialah dosen Unika Ruteng, Felisitas Ndeot. Dia membawakan materi tentang kemasasan (packaging) produk pariwisata.
Baca Juga: Unika Ruteng Gelar Bimtek untuk Pengelola Desa Wisata Meler
Dalam meterinya, Felisitas mengatakan packaging Desa Wisata Meler harus menjadi daya tarik bagi para wisatawan.
Packaging sendiri, jelas dia, adalah desain kreatif yang menghubungkan bentuk, struktur, material, warna, citra, tipografi, dan elemen-elemen desain dengan informasi produk agar dipasarkan.
Menurut dia, ada beberapa poin yang harus diperhatikan dalam penyusunan packaging Desa Wisata Meler.
Poin pertama adalah tema. Terkait tema, ia mengusulkan dengan nama Lingko Meler.
Baca Juga: Lima Masalah dalam Pengembangan Desa Wisata Meler
Kedua, atraktif. Kata dia, daya tarik dan pengalaman berwisata bagi wisatawan dengan menikmati keunikan Lingko Meler, Golo Timor, kebudayaan masyarakat Meler, serta hasil kreativitas masyarakat. Packaging yang atraktif ini harus mampun mewakili esensi tempat pariwisata.
“Apa yang dapat dilakukan, dilihat, dinikmati, dibeli dan dijelajah. Misalnya, rangkuk alu, atraksi budaya seperti kapu, pande cepa,” jelas Felisitas.
Ketiga, tarif. Misalnya ia menyebut tarif transportasi, karcis, parkir, makanan, dan cenderamata.
Poin keempat ialah atribut. Menurut dia, atribut destinasi wisata harus dapat menarik wisatawan. Misalnya, pemandangan, budaya, aktivitas pertanian, dan aktivitas unik masyarakat Desa Wisata Meler.
“Misalnya tuk kopi, rojo loce, rojo roto/roka, ala re,a, huas woli, dedang, pidik, dan lain-lain,” ungkap Felisitas.
Kelima, lanjut dia, yakni durasi. Artinya, narasi tentang jarak dan waktu tempuh ke destinasi wisata. Ini juga menjadi bagian penting yang harus diperhatikan dalam penyusunan packaging pariwisata.
Keenam, daftar pengelola, dalam hal ini kelompok masyarakat sadar wisata.
Ketujuh, story telling yakni cerita tentang terbentuknya Lingko Meler dan atraksi wisata lainnya di Desa Meler.
Kedelapan, fasilitas yang tersedia. Fasilitas merupakan aspek penting dalam kelayakan sebuah desa wisata. Sebab itu, fasilitas perlu dimasukan dalam packaging.
Felisitas dalam Bimtek tersebut juga menyodor ilmu tentang elemen penting yang harus diperhatikan dalam packaging pariwisata.
Salah satunya berupa identitas produk dan jasa kemasan. Hal ini akan berfungsi agar penjualan bisa lebih banyak lagi. Sebab itu, kemasan harus menarik dengan menyebutkan ciri-ciri produk.
“Kemasan produk pariwisata harus meyakinkan wisatawan,” katanya.
Kemudian, mengembangkan keunikan. Packaging yang menarik dengan keunikannya, kata Felisitas, dapat memengaruhi wisatawan untuk bersedia membayar lebih mahal. Itu terutama bagi kemudahan, penampilan, ketergantungan dan prestise dari kemasan yang lebih baik.
Elemen packaging lainnya yakni inovasi berkelanjutan. Menurut Felisitas, packaging yang inovatif dapat memberikan manfaat bagi wisatawan dan menguntungkan pengelola destinasi wisata.
Penulis: Ardy Abba