Ruteng, VoxNtt.com-Mantan anggota DPRD Manggarai dua periode, Rafael Nanggur mengungkapkan, jangan memilih nabi-nabi palsu pembangunan.
Ungkapan itu disampaikan Rafael pada momentum kampanye terbatas paket Deno-Madur di Raci desa Wae Codi Kecamatan Cibal Barat, Manggarai pada Senin, (12/10/20) malam.
Di hadapan massa kampanye, Rafael mengungkapkan maksud nabi-nabi palsu pembangunan yang disampaikannya.
Nabi palsu pembangunan menurut Rafael adalah orang yang belum berbuat apa-apa tetapi sudah menebar janji yang baik kepada semua masyarakat.
“Nabi palsu pembangunan itu dia belum buat apa-apa, belum rencanakan apa-apa tetapi dia omongnya bagus bahkan memecah belah masyarakat. Itu nabi-nabi palsu. Karena itu kami datang benar-benar mewartakan sebagai nabi pembangunan yang sekarang ini,” ujar Rafael di hadapan massa kampanye.
Ia juga menceritakan perjalanan politiknya dari tahun 2015. Ia berkisah, tahun 2015 dirinya menjadi ketua tim pemenangan paket Heri-Adol, paket yang menjadi rival pasangan Deno-Madur.
“Saya tahun 2015 itu jadi ketua tim Heri-Adol. Paket yang berlawanan dengan paket Deno-Madur waktu itu. Dan suara yang kami peroleh di TPS 04 ini sebanyak 10. Total yang ada di Wae Codi ini 124 orang. Sedangkan total untuk Cibal Barat 2.120 orang dan total untuk Cibal Raya karena kami kerja waktu itu adalah 5.817 suara,” aku Rafael di hadapan massa kampanye.
Kini, lanjut Rafael, dirinya lebih memilih bergabung untuk memenangkan pasangan Deno-Madur. Ia kemudian membeberkan alasan sehingga Ia kemudian memilih Deno-Madur. Alasan itu yakni karena dirinya tidak menghendaki paket yang didukungnya kalah berkali-kali.
“Saya tidak mau memilih pemimpin yang kalah apalagi untuk berkali-kali. Karena itu akan membuang suara rakyat,” tegasnya.
Alasan lain kata Rafael, karena melihat kapasitas yang dimiliki oleh calon.
“Seorang bupati itu harus punya ilmu. Saya tahu. Saya 12 tahun di DPR. Jadi saksi hidup pembangunan di Manggarai ini. Tidak bisa tanpa ilmu. Dan sekolah yang paling tinggi untuk mendapatkan segudang ilmu adalah doktor. Dan itu ada pada pak Kamelus ini,” tambah dia.
Rafael mengungkapkan, perencanaan pembangunan di Manggarai tidaklah gampang. Apalagi berhadapan dengan puluhan ribu program, ratusan ribu kegiatan dan dengan anggaran yang berjumlah triliunan.
Selain itu, alasan lain mengapa butuh ilmu, lanjut dia, karena melihat jumlah rakyat Manggarai yang sangat banyak.
“Tidak gampang. Butuh ilmu. Karena apa? Memimpin rakyat Manggarai ini 340 ribu jiwa. Tidak bisa memimpin rakyat 340 jiwa itu tanpa ilmu,” tambah Rafael.
“Kecerdasan yang berikut adalah wai lime ga. ASN itu kurang lebih 3.000. 3.000 tidak gampang. Butuh orang ilmu,” ujar Rafael.
Rafael juga mengungkapkan perbedaan orang baru dan orang yang pernah memimpin.
“Orang baru itu masih pikir tujuh keliling untuk memikirkan apa yang dia buat, mau dibawa ke mana Manggarai ini dan saya menang atau tidak. Masih berpikir. Orang baru pusing cari menang,” ungkap dia.
Karena saking pusingnya, lanjut Rafael, dia mencari tim sukses nabi-nabi palsu pembangunan setiap kampung dan setiap desa yang belum mengerti proses dan perencanaan pembangunan.
“Tetapi omongnya hebat, hebat, hebat. Dan saya pikir ada di Raci ini. Ada di Desa Wae Codi ini,” tambahnya lagi.
Perbedaan lain, ungkap Rafael yakni dari segi pengalaman mencari uang. Menurutnya, orang baru kesulitan mencarikan uang APBD karena belum mengenal orang-orang Jakarta.
“Mana lata lau Jakarta. Weki toe pecing ranga toe tanda. Toe neng tei seng. Eme toe tei seng apa latang iten? Neka nanang tombo kanang ata weru. Cai kole eme kalah poli hitu,” tambahnya.
Deno-Madur Memiliki Bekal Pengalaman
Di hadapan massa kampanye, Rafael berkisah tentang pasangan Deno-Madur yang diusungnya. Menurutnya, Deno-Madur adalah pasangan yang cukup memiliki bekal pengalaman dalam mengelola daerah Manggarai.
Pengalaman itu menurut dia, terbukti dengan mendatangkan APBD Manggarai sebanyak 1,2 triliun.
“Dan karena cerdas 1,2 triliun itu dikelola dengan baik dan mendapatkan WTP. Bahkan mendapat hadiah 39 M. Karena cerdas juga air minum. Hadiah 10 M tiap tahun mulai tahun 2016-2019,” lanjut Rafael.
Dia menegaskan, dirinya mengetahui itu karena pernah menjabat sebagai ketua Komisi B DPRD Manggarai.
“Saya tahu dan saya omong ini karena saya mantan ketua komisi B. Di komisi saya semua itu. Keuangan juga di komisi saya. Saya tahu persis,” ujar Rafael.
Penulis: Igen Padur