Ruteng, Vox NTT-Angka kematian babi di Kabupaten Manggarai akhir-akhir ini sudah mencapai 77 ekor.
Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Manggarai Konstantinus Dan mengatakan, angka kematian mencapai 77 ekor tersebut merupakan akumulasi dari Januari hingga Agustus 2020 yang tersebar pada 12 kecamatan di kabupaten itu.
Menurut dia, babi mendadak mati tersebut disebabkan oleh serangan virus Streptococcus Suis.
Atas situasi tersebut, pihak Konstantinus sudah berupaya melakukan tindakan pencegahan demi memutus mata rantai penularan penyakit.
“kegiatan rutin yang kita dilakukan yaitu vaksinasi,” tutur Konstantinus kepada VoxNtt.com di ruang kerjanya, Rabu (14/10/2020).
Selain upaya vaksinasi, pihaknya juga telah melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya pembersihan kandang.
Tidak hanya itu, Konstantinus mengimbau agar jangan menggunakan bahan hasil limbah restoran yang mengandung babi untuk dikonsumsi ternak.
“Tidak boleh keluar masuk produk baik babi hidup maupun daging olahan. Ambil contoh misalnya pergi ke Kupang dan pulang bawa se’i babi. Itu tidak boleh. Sekarang dilarang itu,” terang Konstantinus.
Manggarai Bebas ASF
Konstantinus mengatakan, hingga kini Manggarai masih tergolong kabupaten bebas penyakit African Swine Fever (ASF).
Kematian puluhan babi yang ada di Manggarai selama ini, kata Konstantinus, bukan disebabkan penyakit ASF melainkan Streptococcus Suis.
“Kita bersyukur karena sejauh ini penyakit ASF yang terjadi di beberapa kabupaten lain tidak terjadi di kabupaten kita,” ujar Konstantinus.
Walaupun kabupaten Manggarai masih tergolong bebas ASF, pihaknya tetap berupaya untuk melakukan tindakan-tindakan pencegahan.
Tindakan pencegahan yang dilakukan selama ini yakni menyemprot cairan disinfektan di kandang babi milik masyarakat.
“Kita juga sudah sosialisasikan kepada masyarakat melalui mimbar gereja agar kandang harus dalam keadaan selalu bersih,” tutup Konstantinus.
Penulis: Igen Padur
Editor: Ardy Abba