Ende, Vox NTT-Sejak pandemi Covid-19 merebak Tanah Air pada Maret 2020 lalu, semua aktivitas masyarakat serentak terhenti, tidak terkecuali pembelajaran di sekolah. Pemerintah menyiasati itu dengan beragam cara, salah satunya menerapkan sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Lalu, bagaimana terhadap anak berkebutuhan khusus dengan ragam disabilitas di lembaga Sekolah Luar Biasa (SLB)? Apakah metode PPJ efektif bagi mereka?
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Sekolah SLB Negeri Ende, NTT Yulita D. Dhambo ternyata telah menyiapkan metode pembelajaran khusus terhadap para siswanya. Salah satu metode yang diterapkan ialah layanan bimbingan konseling ‘home visit’ atau kunjungan rumah.
Yulita menjelaskan bahwa anak berkebutuhan khusus ialah individu yang memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual, emosional dan sosial. Sehingga anak-anak sangat memerlukan penanganan khusus yang berbeda penanganan anak normal biasanya.
“Wabah ini memang tantangan buat kita di lembaga pendidikan. Sejak tahun ajaran baru, KBM kami lakukan dengan cara kunjungan rumah per masing-masing anak. Jadi, ini metode yang kami terapkan,” ujar Yulita kepada VoxNtt.com, Kamis (05/11/2020) siang.
Selama proses pembelajaran kunjungan rumah, para guru tetap menerapkan tata protokol kesehatan. Hal itu berdasarkan anjuran pemerintah demi menekan penyebaran virus corona.
Yulita menerangkan terhadap anak berkebutuhan khusus sistem pembelajaran cenderung fokus pada keterampilan yang menjurus langsung pada dunia kerja.
“Berbeda dengan anak normal karena dominan pada sisi akademik. Kita fokus pada keterampilan anak,”katanya.
Ia menyebutkan, untuk siswa pada tingkat SMA luar biasa sistem pembelajaran keterampilan 80 persen dan akademik 20 persen. Sedangkan SMP luar biasa 60 persen keterampilan dan 40 persen akademik.
“Jadi damping per masing-masing siswa dari hari Senin sampai Jumat. Hari Sabtu itu nanti guru terima LKS,” ujar Yulita.
Adapun tantangan selama penerapan pembelajaran metode home visit terhadap anak-anak. Mereka kurang berkonsentrasi mengikuti pembelajaran dan rentan lebih dekat dengan orangtua.
“Kalau mereka tahu ada guru mau datang, mereka lari ke orangtua. Kurang konsentrasi dan lebih suka bermain. Berbeda sikap mereka selama di sekolah sebelumnya,” kata Yulita.
Penulis: Ian Bala
Editor: Ardy Abba