Oleh: Fersi Darson
Pertarungan Pilkada antara paslon Herybertus GL Nabit dan Heribertus Ngabut (Hery-Heri) dengan paslon Deno Kamelus dan Victor Madur (DM) merupakan suatu hal yang mencuri perhatian publik Manggarai. Pertarungan politik kedua paslon ini menjadi topik wajib yang dibahas setiap hari dalam masyarakat. Perkiraan antara menang dan kalah masing-masing jargon mulai dibayangkan di setiap kepala orang Manggarai.
Memang hal itu adalah kewajiban setiap orang Manggarai, karena pertarungan politik yang dilaksanakan beberapa pekan ke depan sangat menentukan nasib masyarakat Manggarai lima tahun ke depan. Bagaimana tidak, pada hakekatnya, pemerintah itu adalah penguasa. Penguasa yang menguasai lingkup wilayah tertentu. Kemerdekaan segala bidang kehidupan di suatu wilayah bergantung pada pemerintah daerah itu sendiri. Maka, wajib hukumnya masyarakat Manggarai mesti memperkirakan sekaligus merefleksi dan memperjuangkan kemenangan paslon yang didukung dan dianggap pantas memimpin selama satu priode jabatan ke depan.
Namun, tidak hanya sebatas membayangkan kemenangan paslon yang didukung. Strategi untuk kemenangan itu pun diciptakan oleh kelompok pendukung. Bukan hanya dilakukan oleh paslon, kelompok komplotan pendukung juga bekerja keras di sana. Bahkan komplotan pendukung itu menjadi kaki tangan paslon untuk bekerja. Komplotan itu bekerja keras untuk menciptakan strategi tersebut untuk memperoleh suara terbanyak di setiap Tempat Pemungutan Suara (TPS).
Hal itu merupakan suatu kewajaran selagi upaya-upaya yang dilakukan itu bersifat etis dan tidak menyimpang Undang-undang dan tradisi Manggarai. Yang menjadi dasarnya adalah memperjuangkan nasib Manggarai lima tahun ke depan. Memperjuangkan kemenangan dari satu pasangan calon itu tentu karena didasari pandangan bahwa dengan pasangan calon itu Bonum Commune yang menjadi impian masyarakat dapat diciptakan oleh pasangan calon yang mereka acungkan itu. Sehingga untuk kemenangan paslon itu komplotan pendukungnya berjuang mati-matian dengan berbagai strategi. Tentu, harapannya adalah strategi atau cara yang digunakan untuk memperjuangkan kebaikan umum ini menggunakan cara yang etis, damai, baik adanya, dan tidak melanggar Undang-undang dan tradisi.
Namun tidak luput juga hal yang kontoversial terjadi pada musim Pilkada Manggarai sekarang. Kini, suhu politik Pilkada Kabupaten Manggarai semakin hari semakin memanas. Di media sosial, pendukung ramai-ramai memosting dan mengomentari fakta keunggulan masing-masing paslon. Sambil melirik pihak/oposisi. Apa yang dilirik, tentu kekurangan atau kelemahannya yang menjadi bahan publikasi yang dapat mempengaruhi pandangan masyarakat. Semua orang berusaha untuk menjadi kritis dan teliti melihat kejelekan pihak oposisi. Memang hal wajar untuk dilakukan. Namun yang menimbulkan kontoversial dan tidak wajar adalah menciptakan fiksi seolah-olah itu fakta. Media sosial menjadi ruang promosi dengan berbagai daya kreasi pendukung paslon agar mempengaruhi pandangan masyarakat luas.
Namun, bukan hanya di media sosial, segala macam cara di medan masyarakat juga dilakukan, baik melalui pertuturan atau komunikasi maupun tindakan dilakukan. Tentu tidak lain, tujuannya hanya untuk memperjuangkan kemenangan paslon yang mereka dukung itu. Semua Tim Sukses (TimSes) dan pendukung fanatik berjuang keras di sana. Cara tersebut juga dilakkukan untuk mensenjatai pandangan masyarakat.
Tentu tidak luput juga, strategi dan upaya lain yang menyimpang dan mengakibatkan terjadiya kontoversial. Akhir-akhir ini memang kontroversial antara pendukung paslon nomor satu dengan pendukung paslon nomor dua sudah tampak sering terjadi. Baik terjadi di ruang media sosial yang selama ini acap kali terjadi maupun secara langsung di masyarakat. Kontroversial yang terjadi pada pertrungan politik di Manggarai ini dapat dipandang sebagai tindakan yang merusak citra demokrasi Indonesia. Kontoversial itu bahkan paling sengit dilakukan oleh para pendukung atau komplotan pendukung.
Di media sosial, selain mencari titik lemah paslon lain, caci maki, olok-olok, dan kata-kata kasar yang dibumbui dengan gaya bahasa sindiran pun menjadi pemicu konflik. Sementara, yang terjadi secara langsung di masyarakat adalah penghalangan terhadap paslon yang bukan idola mereka untuk berkampanye di kampung mereka. Hal ini tentu menjadi racun yang mematikan kebebasan para calon untuk berkampanye.
Berita yang diturunkan media VoxNtt.com pada Rabu 4 November lalu, berisi tentang sebuah insiden yang membenarkan bahwa kondisi demokrasi di Manggarai sedang tidak baik-baik saja. Berita itu menerangkan sebuah kejadian di Desa Satar Loung, Kecamatan Satarmese, Kabupaten Manggarai. Di sana terjadi sebuah konflik yang disebabkan karena ulah kelompok pendukung paket Hery-Heri yang diduga menghalangi berjalannya kampanye paket DM. Meskipun itu masih bersifat dugaan dan belum menemukan kebenarannya, tetapi hal itu sudah dianggap sebagai sebuah masalah. Dianggap masalah karena massa oposisi yakni paslon DM sudah melaporkan yang terduga ke pihak ketiga yakni kepolisian. Kejadian kontriversial itu tentu sudah menjadi perusak citra politik demokrasi Pilkada di Manggarai.
Kejadian itu sangat berpotensi untuk memberikan ruang kepada masyarakat Manggarai maupun masyarakat daerah lain untuk berasumsi bahwa tindakan itu merupakan ulat yang membusukkan marwah demokrasi Indonesia. Atau dengan sebutan lain yakni sebagai momok yang mencederai demokrasi Indonesia yang sudah bertahun-tahun berkiprah.
Namun, yang sangat disayangkan adalah hal itu tidak hanya dipandang sebagai tindakan untuk menodai politik demokrasi Manggarai. Tetapi hal itu juga akan membuka ruang yang lebih spesifik dan substansial kepada masyarakat, yakni citra kepribadian paslon dari pendukung yang menciptakan kontroversi tersebut. Insiden tersebut akan membuka ruang kepada masyarakat umum untuk menciptakan opini bahwa yang menjadi dalang dari tindakan kontroversial itu adalah paslon itu sendiri.
Ditambah juga, kronologis kasus dalam berita di atas bahwa, anggota kelompok pendukung Paket Hery-Heri yang dengan sebutan lumrah di telinga kita, yakni Laskar 88 melakukan perekaman terhadap prosesi kampanye Paslon DM.
Saat bersamaan, warga berinisial A yang diduga anggota Laskar 88 juga masuk dan keluar melalui pintu belakang tanpa izin pemilik rumah. Kejadian itu sekitar pukul 18.00 Wita.
Setelah itu seorang anak berinisial RF (17) melakukan perekaman video. Setelah ditanya tentang siapa yang menyuruh mereka mengambil video, RF kemudian mengakui bahwa ia disuruh oleh anggota Laskar 88 berinisial A dan RN.
Baca Juga: Massa Paket Deno- Madur Laporkan Anggota Laskar 88 ke Polres Manggarai
Upaya komplotan pendukung di atas menggambarkan dan merepresentasi upaya pasangan calon yang bersangkutan. Insiden itu akan dipandang sebagai strategi pasangan calon Hery-Heri. Apakah strategi itu etis? Jawabannya, “mungkin tidak”. Benar jika memang hal itu dianggap sebagai upaya yang tidak etis. Mengapa demikian, tentu hal ini akan menjalar kepada perlindungan hak cipta. Seseorang yang merekam tanpa seizin pemiliknya tentu tidak baik. Apalagi untuk kepentingan tertentu yang bersifat rahasia. Maka hal ini dapat dipandang sebagai upaya yang tidak etis dari paslon Hery-Heri.
Kenapa upaya tidak etis dari paslon Hery-Heri? Dan kenapa bukan komplotan pendukung Hery-Heri? Jawabannya adalah tindakan dan upaya kelompok pendukung merupakan representasi upaya para calon. Artinya adalah, semua yang dilakukan oleh baik TimSes maupun kelompok pendukung itu atas sepengetahuan paslon itu sendiri. Bahkan strategi kemenangan yang dilakukan oleh TimSes dan kelompok pendukung itu merupakan persetujuan dan bahkan instruksi pasangan calon yang bersangkutan. Misalnya, pendukung paket A menyusun dan melakukan sebuah strategi demi kemenangannya dalam pertarungan politik melawan Paket B. Rencana dan strategi yang diciptakan oleh pendukung A mesti atas sepengetahuan dan persetujuan dan bahkan instruksi paslon A sendiri.
Jika memang masyarakat berasumsi demikian, maka tidaklah salah. Karena kronologis peristiwa itu memang menggiring masyarakat untuk berasumsi demikian. Dan saya sangat yakin masyarakat umum lebih khusus masyarakat Manggarai memandang dan bahkan menciptakan opini atas strategi tidak etis dari paslon yang bersangkutan itu.
Masyarakat memang perlu menciptakan asumsi dan opini terhadap hal di atas. Mengapa demikian? Karena, hal di atas memang membutuhkan sikap kritis dari masyarakat. Masyarakat mesti mampu menilai tujuan dari setiap tindakan yang terjadi di dalam masyarakat. Dan masyarakat tentu harus kristis dalam menilai para calon dan semua strategi kemenangan yang diciptakan oleh pasangan calon itu.
Untuk menjaga nama baik pasangan calon, maka pengontrolan terhadap pendukung atau komplotan pendukungnya sendiri mesti dilakukan secara ketat. Dengan demikian, kelompok ataau komplotan pendukungnya tidak melakukan tindakan yang kontroversial terhadap pihak oposisi. Selain itu, agar masyarakat tidak membangun asumsi dan opini kecurangan politik yang merusak demokrasi yang ada. Ketika paslon lengah dalam hal ini, maka komplotan pendukung akan menjerumuskan pasangan calon sendiri ke dalam masalah politk, sosial, dan sebagainya.
Penulis adalah mahasiswa Unika Santu Paulus Ruteng