Oleh: Hans Pohar
Alumni Ekonomi Pembangunan Unika Atma Jaya Jakarta
Lembaga survei Nasional Populi Center telah melakukan Survei Persepsi Masyarakat menjelang pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Manggarai Tahun 2020.
Hasil survei lembaga tersebut mengungkapkan, pasangan Herybertus Nabit – Heribertus Ngabut (H2N) meraih elektabilitas 48,0 persen. Sementara petahana, pasangan Kamelus Deno – Viktor Madur (DM) hanya bertengger di angka 34,3 persen.
Selisih antara kedua pasangan adalah 13,7 persen. Jarak yang begitu besar antara petahana dan penantang memberikan angin segar bagi pasangan H2N. Apalagi tren kenaikan elektabilitas H2N terus meroket sejak survei bulan Desember 2019 dengan angka 42,8 persen. Sedangkan pasangan DM saat itu hanya memperoleh 35 persen. Terlihat bahwa elektabilitas pasangan DM stagnan, sementara H2N meroket.
Survei tersebut dilakukan melalui tatap muka (face to face) dengan menggunakan kuisioner dengan pertanyaan tertutup dan terbuka. Jumlah responden dalam survei tersebut sebanyak 800 responden dengan margin of error 3,39 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Survei Persepsi Masyarakat ini dilakukan di 80 Kelurahan/Desa dengan 10 responden per Kelurahan. Metode yang digunakan adalah multystage random sampling. Artinya dalam pengambilan sample, para enumerator menggunakan acakan, bukan dengan subjektivitas peneliti. Dengan demikian, hasil survei bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Kinerja Deno Madur Buruk
Pilkada Manggarai tahun 2020 merupakan rematch dari pilkada tahun 2015. Perbedaannya terletak pada calon wakil bupati dari Herybertus Nabit yang sebelumnya Adol Gabur digantikan oleh Heribertus Ngabut.
Berdasarkan hasil survei Populi Center, job approval (tingkat kepuasaan masyarakat terhadap kinerja Deno-Madur) terhadap pasangan Deno Madur sangat rendah. Hal ini pun yang mempengaruhi elektabilitas pasangan Deno-Madur lebih rendah dari rivalnya yaitu H2N.
Beberapa kali dilakukan survei, posisi Deno Madur tetap berada pada posisi kedua dengan jarak elektabilitas yang semakin hari semakin lebar. Mengapa demikian? Salah satu yang terungkap adalah masyarakat sudah jenuh dengan pasangan Deno Madur terlebih khusus Kamelus Deno yang telah berada di pemerintahan selama 15 tahun (10 tahun menjadi wakil bupati dan 5 tahun menjadi bupati). Selain itu, 20 janji politik pasangan Deno Madur tahun 2015 belum terealisasi hingga sekarang.
Oleh sebab itu, ada fenomena politik di Manggarai yang mengatakan Ganti Bupati Gagal, Tolak Bupati Gagal. Fenomena ini pun bisa dibaca bahwa kurang lebih 5 tahun kepemimpinan Deno Madur, masyarakat belum merasakan realisasi visi misi pembangunan.
Kinerja yang tak memuaskan juga dapat dilihat dari indikator Kontruksi yakni jumlah proyek (konstruksi) yang diselesaikan tepat waktu dengan target penyelesaian 100 persen.
Berdasarkan data Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Sekertariat Kabupaten Manggarai tahun 2019, jumlah proyek (konstruksi) Kabupaten Manggarai tahun 2016 berjumlah 570 proyek, tahun 2017 berjumlah 490 proyek, tahun 2018 berjumlah 358 proyek, dan tahun 2019 berjumlah 296 proyek.
Pengerjaan proyek yang tidak tepat waktu, tahun 2016 berjumlah 30 dari 570 proyek, tahun 2017 proyek tidak tepat waktu berjumlah 80 dari 490 proyek, tahun 2018 proyek tidak tepat waktu berjumlah 7 dari 358 proyek, dan tahun 2019 proyek tidak tepat waktu berjumlah 22 dari 296 proyek.
Angka ini menunjukan, dalam kurun waktu 2016-2019, kinerja kerja proyek (konstruksi) Kabupaten Manggarai gagal memenuhi target.
Salah satu proyek (konstruksi) adalah infrastruktur jalan. Berdasarkan data BPS Kabupaten Manggarai tahun 2019, total jalan Rusak Berat tahun 2018 mencapai 162,75 Km, meningkat menjadi 623,03 Km tahun 2019 (peningkatan 30%). Melihat data tersebut, Deno Madur gagal menjawab persoalan mendasar di Kabupaten Manggarai.
Deno Madur gagal mengambil peran dalam berkolaborasi dengan Pemerintah Pusat dengan Misi Indonesia dari pinggiran (luar ke dalam). Misi Indonesia dibangun dari luar ke dalam menjadi kesempatan memperoleh dana perbaikan infrastruktur jalan yang lebih besar dari Pemerintah Pusat.
Kinerja yang belum maksimal juga terlihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai salah satu indikator kesejahteraan masyarakat Kabupaten Manggarai. Secara rata-rata dalam 5 tahun terakhir hanya tumbuh 1,3%. Artinya tidak ada peningkatan yang signifikan selama masa kepemimpinan Deno Madur.
IPM sendiri terdiri dari empat indikator utama yaitu Usia Harapan Hidup (UHH), Harapan Lama Sekolah (HLS), Rata-rata Lama Sekolah (RLS), dan pengeluaran per kapita yang disesuaikan pada Purchasing Power Parity (PPP).
Jadi, IPM sebenarnya mau menunjukan kualitas sistem pendidikan dan kesehatan di Kabupaten Manggarai selama masa kepemimpinan Deno Madur.
Kualitas Pendidikan Buruk
Masalah pendidikan menjadi masalah sosial dan berdampak kepada Indeks Pembangunan Manusia. Berdasarkan data BPS Daerah Kabupaten Manggarai, 56,02% usia di atas 5 tahun tidak melanjutkan pendidikan (sekolah). Semakin tinggi persentase penduduk yang putus sekolah maka semakin rendah pula IPM di suatu daerah.
IPM berbicara tentang kualitas pendidikan suatu daerah. Kualitas pendidikan tercermin dari hasil rata-rata nilai UN dari setiap tingkat pendidikan. Terkonfirmasi dari data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud), kualitas pendidikan di Kabupaten Manggarai belum memuaskan.
Rata-rata nilai UN tingkat SMP di Kabupaten Manggarai selama tahun 2015-2019 mengalami kemunduran. Rata-rata nilai UN tingkat SMP dari tahun 2015 sebesar 58,68. Di tahun 2019 menjadi 51,48.
Rata-rata nilai UN tingkat SMA khusus jurusan IPA fluktuatif dan cenderung menurun dari tahun 2015 sebesar 47,86 menurun menjadi 47,71 pada tahun 2019. Rata-rata nilai UN jurusan IPS dari tahun 2015 sebesar 46,33 mengalami penurunan yang tajam pada tahun 2019 menjadi 42,12. Kemudian untuk jurusan Bahasa, rata-rata nilai UN tahun 2015 sebesar 47,45 menurun menjadi 44,78 pada tahun 2019. Terakhir, rata-rata nilai UN jurusan SMK menurun tajam dari tahun 2015 sebesar 65,4 menjadi 41,98 pada tahun 2019.
Kualitas Kesehatan Buruk
Bidang kesehatan menjadi salah satu faktor penting dalam mengukur tingkat IPM suatu daerah. Apalagi dalam visi misi Deno Madur 5 tahun lalu menekankan pentingnya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan secara merata. Berdasarkan data-data pencapaian kinerja di bidang kesehatan, Deno Madur belum mewujudkan visi misi tersebut.
Pertama, Deno Madur Gagal menurunkan angka Stunting. Stunting adalah kondisi gagal pertumbuhan pada anak (pertumbuhan tubuh dan otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Sehingga, anak lebih pendek atau perawakan pendek dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir. Umumnya disebabkan asupan makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai per Februari 2020, total kasus Balita Stunting meningkat 6.184 Balita bertambah 1.096 Balita dari 5.088 Balita tahun 2019. Sebaran kasus Balita Stunting tertinggi di Kabupaten Manggarai ada di Satarmese Raya dengan jumlah kasus 1.419 Balita. Kecamatan Ruteng dengan jumlah kasus 1.233 dan Cibal Raya dengan jumlah kasus 1.031.
Khusus Kecamatan Satarmese, Desa Wewo menduduki posisi persentase tertinggi mencapai 100 persen dengan kasus 49 Balita Stunting.
Kemudian di Kecamatan Cibal, jumlah kasus Stunting tertinggi ada di Desa Nenu dengan jumlah kasus 71 Balita Stunting, yang mana Desa Nenu berdampingan dengan Kelurahan Pagal sebagai Ibukota Kecamatan Cibal dan hanya berjarak 20 Km dari Ibu kota Kabupaten Manggarai.
Kecamatan Langke Rembong yang merupakan Ibu Kota Kabupaten Manggarai tak luput dari kasus Stunting dengan jumlah 321 Balita Stunting.
Kedua, Deno Madur Gagal menekan Angka Kematian Ibu dan Bayi. Data Angka Kematian Ibu meningkat di tahun 2019 sebanyak 12 kasus dari 6 kasus di tahun 2016. Data Angka Kematian Bayi juga ikut meningkat dari 74 kasus tahun 2016 menjadi 83 kasus 2018.
Ketiga, Deno Madur Gagal menurunkan kasus Gizi Buruk. Jumlah Balita Gizi Buruk meningkat pada tahun 2020 sebanyak 317 Balita dari 207 Balita tahun 2019.
Keempat, Deno Madur Gagal mengatasi kasus Bayi Lahir Mati yang masih tinggi. Banyaknya Bayi Lahir Mati mencapai 76 bayi pada tahun 2019.
Dapatlah dikatakan perhatian Deno Madur terhadap peningkatan kualitas pelayanan kesehatan sangat buruk. Not action talk only (Nato). Kualitas pendidikan dan kualitas kesehatan yang buruk berdampak langsung terhadap IPM yang buruk di Kabupaten Manggarai.
Kualitas Birokrasi Buruk
Untuk mewujudkan refomarsi birokrasi dapat diterapkan dengan 10 metode, antara lain: 1) standardisasi pelayanan, 2) rasionalisasi penataan organisasi, 3) mengintegrasikan administrasi pelayanan perizinan, 4) pengembangan penatalaksanaan, 5) aplikasie-Office, 6) rekrutmen dan promosi aparatur secara terbuka, 7) perbaikan remunerasi, 8) assessment center, 9) balanced score card, dan 10) zona integritas menuju wilayah bebas dari korupsi.
Dari 10 metode reformasi birokrasi di atas, Deno Madur gagal melakukan perbaikan kinerja birokrasi. Terbukti dari data Indeks Profesionalitas ASN Instansi Wilayah Kerja Kantor Regional X- Provinsi NTT, Kabupaten Manggarai menduduki peringkat ke 18 dari 22 Kabupaten Kota dengan nilai Indeks 28,68.
Indeks Profesionalitas ASN Kabupaten Manggarai jauh di bawah nilai Indeks Kabupaten Manggarai Barat dengan nilai 33,73. Jika dibandingkan dengan kabupaten Manggarai Timur yang masih seumur jagung yang menempati peringkat ke 5 dari 22 dengan Indeks 45,01.
Salah satu indicator perhitungan indeks profesionalitas ASN diukur dari Kinerja ASN. Kinerja ASN di Kabupaten Manggarai hanya sebesar 3,36. Nilai ini mencerminkan selama kepemimpinan Deno Madur tidak ada reformasi birokrasi menuju tata kelola pemerintahan yang baik. Apabila dibandingkan dengan nilai Kinerja ASN di Kabupaten Manggarai Timur yang 20,68, tingkat produktivitas kerja ASN di Manggarai sangat buruk.
Litani kegagalan di atas merupakan sebagian dari banyak alasan lain mengapa elektabilitas Deno Madur terpuruk. Deno Madur harus menyadari bahwa tidak ada capaian besar yang diraih untuk Kabupaten Manggarai selama menjadi pemimpin.