Labuan Bajo, Vox NTT- Amanah Presiden Republik Indonesia Joko Widodo pada awal pembentukan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata Ekonomi Kreatif yakni agar ekonomi kreatif dapat dirasakan oleh masyarakat-masyarakat di daerah.
Pengembangan ekonomi kreatif tidaklah hanya berorientasi kepada para pelaku yang berada di wilayah perkotaan atau urban, melainkan juga pedesaan atau rural.
Merespon hal tersebut Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif melalui Direktorat Industri Kreatif Musik, Seni Pertunjukan dan Penerbitan menggagas program Aksilarasi.
Aksilarasi sebagai akronim dari Aksi, Selaras dan Sinergi merupakan sebuah program pendampingan yang mementingkan keterhubungan pemerintah pusat dan daerah.
Dalam kegiatan ini, kerja sama antara pelaku kreatif berbasis urban, digital dan akademik dengan pelaku kreatif di wilayah destinasi yang berbasis tradisi, rural dan komunal.
Labuan Bajo sendiri dipilih menjadi lokus kegiatan Aksilarasi karena Labuan Bajo telah ditetapkan sebagai destinasi super prioritas oleh pemerintah pusat.
Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Ekonomi Kreatif Muhammad Neil El Hilman menegaskan, dengan pendampingan pada empat subsektor ekraf akan mendukung terciptanya tata kelola usaha kreatif yang mumpuni dan terinstitusi di kawasan DP/DSP, baik formal maupun informal, dari hulu hingga hilir.
Selain itu, Neil menyampaikan bahwa dari program kolaborasi ini akan tercipta produk kreatif pendukung pariwisata kawasan destinasi prioritas/destinasi super prioritas yang terintegrasi dalam menciptakan pengalaman wisata yang khas, sehingga akan meningkatnya jumlah wisatawan, baik kunjungan perdana maupun kunjungan berulang.
“Yang terpenting adalah terciptanya produk kreatif khas kawasan DP/DSP yang berdaya saing, serta menjadi sumber ekonomi bagi masyarakat setempat, dan berkelanjutan. Dengan demikian infrastruktur yang sedang dibangun pemerintah dapat menjadi ruang presentasi bagi produk kreatif unggulan,” pungkasnya kepada awak media, Rabu (18/11/2020).
Sementara itu, Direktur Musik Seni Pertunjukan dan Penerbitan, Mohammad Amin menyatakan, kegiatan pendampingan program Aksilarasi sudah dimulai sejak bulan September 2020.
“Pendampingan dilakukan dalam bentuk daring dan luring. Inkubasi dilakukan mulai tanggal 3 sampai 16 November untuk menghasilkan 16 produk unggulan yang akan terus disempurnakan pada masa lima tahun program pendampingan ini. Pada tanggal 19 November kita akan adakan uji publik secara daring agar karya-karya tersebut dapat dinikmati sekaligus kami mengundang penanggap karya untuk memberikan masukan konstruktif terhadap produk yang dihasilkan,” ujar Amin.
Lebih lanjut, Amin mengatakan, pada tahun 2020 ini adalah tahun produksi yang merupakan keberlanjutan program Aksilarasi dari September 2020 lalu.
“Tahun 2020 ini merupakan tahun produksi. Jika tahun ini belum sempurna maka masih ada tahun berikutnya,” tegas Amin yang juga seorang etnomusikolog.
Sementara itu, Direktur Utama BOPLBF, Shana Fatina menyatakan, dirinya dan jajarannya mendukung penuh kegiatan Aksilarasi.
“Komunitas kreatif di Labuan Bajo akan berperan penting untuk pertumbuhan kota dan mendukung terwujudnya produk pariwisata berkualitas di Labuan Bajo dan Flores yang memiliki alam dan budaya berkualitas premium. Ke depan pemerintah hadir untuk menjaga ekosistem ini tumbuh,” ujar Shana Fatina.
Lebih lanjut ia menegaskan, berjejaring dan berkolaborasi itu penting bagi sebuah komunitas kreatif khususnya di Labuan Bajo Flores yang telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai destinasi pariwisata super prioritas.
“Keberagaman dan kebudayaan itu adalah esensi dari wisata premium. Kita akan mengemas para pelaku industri kreatif ini hingga lima tahun kedepan, kita akan damping sehingga menghasilkan produk kreatif baru, yang nantinya akan menjadi ikon identitas dari Labuan Bajo Flores,” pungkas Shana.
Untuk diketahui, program Aksilarasi di Labuan Bajo Manggarai Barat yang digagas oleh Direktorat Musik Seni Pertunjukan dan Penerbitan, Deputi Ekonomi Digital dan Ekonomi Kreatif ini melibatkan 195 peserta dan komunitas yang tinggal di Kabupaten Manggarai Barat.
Hadir pula sejumlah seniman/artisan yang berasal dari wilayah kabupaten lain di Flores terbagi dalam 4 sub sektor dengan pendamping tim kreatif sebagai berikut: subsektor musik didampingi oleh Ivan Nestorman; subsektor seni pertunjukan tari didampingi oleh Anti Yank, Jecko Siompo, Bambang Prihadi; sub sektor seni rupa didampingi oleh Heri Pemad, Elia Nurvista, Hendra Hehe; dan sub sektor penerbitan didampingi oleh Windy Ariestanty dan Dicky Senda.
Aksilarasi juga merupakan program pendampingan penciptaan produk kreatif di destinasi super prioritas yang menghubungkan pusat dengan daerah, pemerintah dengan masyarakat dan pihak-pihak terkait untuk bersama-sama menciptakan ekonomi kreatif berkelanjutan.
Secara umum, program Aksilarasi dilaksanakan di beberapa lokus destinasi prioritas dan destinasi super prioritas seperti Labuan Bajo (Manggarai Barat), Mandalika (Lombok), Danau Toba (Sumatera Sumatera Utara), dan Likupang (Sulawesi Utara).
Tahapan program inkubasi karya di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat dilaksanakan pada tanggal 1 hingga 20 November 2020, kegiatan Aksilarasi diakhiri dengan kegiatan Uji Publik Aksilarasi pada tanggal 19 November 2020 sebagai bentuk perayaan kerja-kerja kreatif seniman, artisan, pegiat literasi.
Kegiatan ini dilaksanakan sesuai dengan protokol CHSE (Cleanliness, Health, Safety, dan Environment).
Program yang digagas oleh Direktorat Musik Seni Pertunjukan dan Penerbitan ini juga didukung oleh Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores Kemenparekraf/Baparekraf mengambil tema besar “Merawat Ingatan Merayakan Peradaban”.
Tema ini merupakan semangat pemangku kepentingan tim kreatif dan peserta program Aksilarasi di Labuan Bajo-Pusat yang merespon keberadaan komunitas/masyarakat dan identitas sejarah budayanya dalam menciptakan ekosistem ekonomi kreatif yang berkelanjutan.
Program ini akan dilaksanakan selama 5 tahun dengan tahapan per tahun yang telah direncanakan adalah proses pendampingan terhadap komunitas/kelompok/masyarakat.
Kegiatan Aksilarasi di Labuan Bajo juga didukung penuh oleh Badan Otorita Labuan Bajo Flores (BOPLBF), Kemenparekraf/Baparekraf.
Penulis: Sello Jome
Editor: Ardy Abba