Betun, Vox NTT- Pasangan Simon Nahak dan Kim Taolin (SN-KT) fokus pada program pembangunan yang dimulai dari desa, jika terpilih pada Pilkada Malaka 9 Desember nanti.
Selain program SAKTI, Simon Nahak juga menawarkan program yang dimulai dari desa. Salah satunya adalah membangun balai adat di setiap desa dan memberi upah kepada para pemangku adat.
Para pemangku adat tersebut yang akan menjadi tuan rumah di balai adat yang akan dibangun.
Simon menjelaskan, Kabupaten Malaka merupakan daerah otonomi baru di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Berdiri sejak 2013 lalu, Kabupaten Malaka di bawah pimpinan dr. Stefanus Bria Seran belum tergolong maju alias masih tertinggal.
Buktinya, kata dia, sebanyak 13 dari 22 kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur masih dikategorikan sebagai daerah tertinggal.
Ketetapan ini dapat dilihat dalam Peraturan Presiden (Perpers) Nomor 63 tahun 2020 tentang penetapan daerah tertinggal tahun 2020-2024 yang ditandatangani oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 8 Mei 2020.
Di antara 13 kabupaten tersebut, ada Kabupaten Malaka di dalamnya.
Setidaknya ada 6 kriteria terkait penetapan daerah tertinggal, seperti dijelaskan Pasal 2 Pepres Nomor 63 tahun 2020 meliputi, perekonomian masyarakat, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, kemampuan keuangan daerah, aksesbilitas dan karakteristik daerah.
Bupati Malaka Stefanus Bria Seran tidak menampik itu. Ia mengakui Kabupaten Malaka memang masih tertinggal dari segala aspek pembangunan.
Menurut dia, adalah sebuah realita dan sangat wajar.
“Keadaan yang terjadi di Malaka masih butuh perhatian ke depan, seperti jumlah penduduk miskin masih banyak, jalan raya masih di bawah standar, baik akses antar-kabupaten, kecamatan dan desa,” katanya kepada VoxNtt.com di aula kantor Bupati Malaka, Senin (11/05/2020).
Melihat ketertinggalan ini menjadi alasan Simon Nahak kembali calon sebagai Bupati Malaka.
Visinya adalah menjadikan Malaka sebagai kabupaten yang berbudaya dan bebas dari KKN.
Untuk mewujudkan visinya tersebut, Simon bersama Kim berniat membangun Malaka mulai dari pinggiran yang titik fokusnya ada di desa.
“Malaka adalah tanah yang subur dan kaya. Jangan sampai kita hidup susah di atas tanah yang kaya dan subur ini. Mari bersama paket SN-KT membangun Malaka dengan program SAKTI,” kata Simon.
Simon dan Kim Taolin tidak sendirian dalam mewujudkan visi dan misinya.
Dalam kampanye paket SN-KT di Desa Wekeke, keduanya didukung oleh para diaspora Malaka yang sukses di tanah rantauan.
Herman Seran Koordinator Solidaritas Diaspora Malaka untuk koalisi kerakyatan menyerahkan buku Membangun Indonesia dari Pinggiran, kepada calon Bupati Malaka Simon Nahak.
Herman Seran memilih Nunfutu sebagai lokasi penyerahan buku tersebut untuk menegaskan bahwa daerah pinggiran jangan dijadikan sebagai tempat pembuangan.
Menurut Herman daerah pinggiran harus dibangun dengan mengalokasikan sumber daya manusia yang memadai dengan anggaran yang memadai pula.
Ia menyatakan, orang Nufutu adalah orang-orang hebat Malaka yang menjaga wilayah perbatasan.
Mereka tidak pantas dijadikan tempat pembuangan karena memiliki hak atas pembangunan yang berkeadilan setara saudaranya di kota.
Pemerintahan Kabupaten Malaka merupakan titisan kerajaan Wewiku-Wehali yang menganut prinsip para penjaga batas,’rola is no beran atu rodi tur hatos rai, no sesu Haluan rai’.
“Kerena itu bukan daerah pembuangan seperti yang sering dipraktikkan oleh para penguasa yang yang tidak memiliki spirit peradaban Wewiku-Wehali,” tutur Herman Seran.
Dalam kesempatan itu, Herman meminta agar SN-KT membangun Malaka dari pinggiran. Sebab kesejahteraan Malaka ditentukan oleh kemampuan pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat.
Herman mengungkapkan buku itu ditulis oleh diaspora Malaka yang tersebar di mana-mana sebagai kontribusi untuk pembangunan kabupaten tersebut seutuhnya.
Buku ini juga merupakan bukti bahwa dengan berjejaring, maka dapat bersinergi dan berkolaborasi menghasilkan sesuatu untuk kebaikan bersama.
Karena itu kehadiran diaspora merupakan jejaring yang dapat digunakan di Malaka untuk mengoptimalkan pembangunan dari berbagai lini.
Diaspora terdiri dari profesional dan entrepreneur di berbagai bidang yang menjadi modal dasar pembangunan Malaka.
“Sekarang abad informasi dan tulang punggung informasi adalah jaringan. Diaspora hadir sebagai jaringan pembangunan untuk Pemkab Malaka,” pungkas Herman Seran.
Menurut dia, penentuan titik kampanye paslon SN-KT di Nunfutu merupakan bukti komitmen Koalisi Kerakyatan untuk membangun Nunfutu dengan mendorong penyediaan infrastruktur dasar seperti air dan akses jalan.
Penulis: Frido Umrisu Raebesi
Editor: Ardy Abba