Oleh: Krispin Farianto
Tim Sukses Edi-Weng
Pariwisata super premium yang berbasis pariwisata bahari di Manggarai Barat adalah berkah melimpah, jika pemerintah daerah memiliki kemampuan strategis menarik banyak uang dari pulau ke darat. Sayangnya hal itu tidak pernah dilakukan bupati dan wakil bupati, Agustinus Ch Dula dan Maria Geong selama lima tahun.
Malah ada trend sekitar 60 persen wisatawan menginap di hotel terapung. Wisatawan datang ke Labuan Bajo langsung ke kapal, dari laut lalu pulang ke bandara. Ini tentu kerugian besar untuk Mabar. Risikonya, Mabar tak mendapat berkah dari pariwisata super premium yang menjadi incaran wisatawan asing dan domestic dan incaran investor global-lokal di sektor pariwisata.
Dari data BKPM, sebesar 6.000 USD dana investasi mengalir ke Labuan Bajo selama 3 tahun terakhir, terhitung mulai tahun 2016-2020. Sementara, jumlah pengunjung baik wisatawan asing maupun nasional berkunjung ke Mabar mencapai 180.000 per tahun 2019. Sayangnya, dana yang begitu besar gagal menjadi berkah bagi rakyat Mabar, karena kepemimpinan Agustinus Ch Dulla dan Maria Geong gagal menarik kue itu untuk rakyat Mabar.
PAD Mabar hanya 10 % dari APBD Mabar dan pendapatan per kapita rakyat Mabar hanya Rp 1 juta per bulan. PAD yang begitu kecil tentu membuat ruang gerak fiskal pemda Mabar tak leluasa membiaya pembangunan dan melayani rakyat Mabar.
Jika ditarik lebih jauh, masalah leadership adalah persoalan mendasar yang harus dibenahi. Selama ini keberanian dan kemampuan bernegosiasi dengan multi-kepentingan yang masuk Mabar nyaris tak terlaksana. Bisa jadi pemda juga tak terlalu jeli berhadapan dengan investor untuk mencari dana mana yang seharusnya masuk ke kantong pemerintah daerah. Ya, pemerintahan seperti itu tak bisa diharapkan lagi memimpin Mabar ke depan. Mabar butuh pemimpin baru yang mampu menarik banyak uang dari sektor pariwisata untuk membangun sektor pertanian, meningkatkan kesejahteraan PNS Mabar dan meningkatkan standar hidup rakyat Mabar.
Berkaitan dengan isu ekonomi, pasangan calon Edistasius Endi dan Yulianus Weng (Edi-Weng) mencoba membuat strategi dan kebijakan jitu untuk menarik dana dari pulau ke darat. Dari desain program yang terbaca melalui pemberitaan di media kelihatan jelas. Langkah yang paling awal adalah menata kota Labuan Bajo bekerja sama dengan pemerintah pusat agar menarik minat wisatawan berlama-lama berada di Labuan Bajo dan menyisihkan dana untuk konsusmsi di Labuan Bajo.
Semakin besar konsumsi sebuah kota, semakin bagus pertumbuhan ekonominya. Kota yang ditata rapi membuat orang betah untuk tinggal dan berlama-lama tinggal. Apalagi kota hebat seperti Labuan Bajo, wisatawan pasti sangat betah dan ingin berlama-lama menetap. Jika mereka lama menetap, hitung saja berapa banyak uang yang mereka belanjakan di Labuan Bajo. Untung kan untuk Mabar.
Yang lebih menarik adalah, selain menata kota Labuan Bajo, dalam program yang dibeberkan di media, Edi-Weng melakukan sesuatu yang tak dilakukan pasangan calon bupati dan wakil bupati lain di Mabar. Edi-Weng menciptakan pertumbuhan-pertumbuhan baru di luar kota Labuan Bajo dengan cara membangun kota sawah di dua kecamatan Mabar dengan cara bekerja sama pendanaan bersama pihak swasta, tentu dengan proposal bisnis yang menjanjikan. Ini bagi saya menarik. Membangun dua kota itu saya kira tidak membutuhkan dana terlalu besar.
Dana bangun kota saya kira tidak akan lama pengembalian modalnya, karena dengan pengembangan dua kota itu, wisatawan asing dan domestik semakin tertarik berkunjung ke luar kota Labuan Bajo dan itu insentif bagi dana masuk ke kampung-kampung. Desain itu perlu disambut meriah. Membangun kota kecil tentu menarik agar ada banyak konsumsi di luar Labuan Bajo.
Edi-Weng akan membuat atraksi budaya dan ekowisata berbasis desa, berupa pemberdayaan gua-gua, sungai-sungai dan tarian caci. Pusat-pusat tenunan juga dikembangkan. Ini roh yang bisa menghidupkan kampung-kampung di Mabar. Itu adalah ide besar yang membuat Mabar bukan hanya pulaunya saja yang hidup, tetapi Mabar secara keseluruhan mendapat porsi proporsional dari pembangunan pariwisata. Jika ini teralisasi, siap-siap saja, Mabar akan disulap menjadi kabuten kaya di Indonesia Timur.
Dana dari sektor pariwisata juga nanti akan digunakan membiaya pembangunan pertanian Mabar yang sangat potensial. Pertanian sawah di Lembor dan Terang adalah berkah besar bagi pertanian Mabar. Gula aren dan pengembangan enau di Kuwus, Masang Pacar dan Ndoso dan pusat perkebunan lainnya menjadi berkah bagi pertanian Mabar.
Edi-Weng kelihatan ingin fokus menyingkronkan sektor pariwisata dan pertanian. Mereka ingin membangun pertanian berbasis zonasi agar produksi pertanian menjadi besar dan dana pengembangan pertanian disubsidi dari sektor pariwisata. Ini semua ini bernas yang perlu kita sambut meriah. Ayo mari kita bangun Mabar Mantap.