SoE, Vox NTT- Kepala Desa Netpala, Kecamatan Mollo Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Djetron G.E Mnune, termasuk salah seorang kepala desa berprestasi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Pria kelahiran Kapan-TTS, 21 Juni 1965 ini, hanya dalam kurun waktu setahun yakni tahun 2018 , berhasil membangun 55 unit rumah layak huni untuk masyarakatnya.
Saat diwawancarai VoxNtt.com, belum lama ini, Djetron mengatakan, pertama kali menjabat sebagai Kepala Desa Netpala tahun 2018 lalu, dia menemukan kondisi masyarakat, umumnya masih tinggal pada rumah beratap ilalang, berdinding pelupuh bambu, belum berlantai, serta minim MCK.
Kendati demikian, pada tahun 2016 itu, ia tidak langsung melaksanakan program membangun rumah.
“Saya lihat kondisi rumah masyarakat masih sangat memprihatinkan saat itu. Walau demikian, saya tidak langsung membangun rumah. Saya skala prioritas lebih dahulu jalan 4 kilometer di dua dusun. Kenapa harus jalan, agar bisa ada akses kendaraan masuk. Lalu, masyarakat petani juga bisa lebih muda menjual hasil pertanian maupun ternak ke Kota SoE,” jelasnya.
Setelah jalan mulai membaik, lanjut Djetron, dirinya mulai berpikir untuk program perumahan. Pada tahun 2018, kata dia, ada bantuan dari Dinas Pekerjaan Umum (PU) Provinsi NTT sebanyak 30 rumah layak huni kepada masyarakat.
Karena bantuan itu terealisasi dengan baik, maka Desa Netpala mendapat penghargaan sebagai pelaksana program perumahan terbaik di NTT.
Atas prestasi yang diraih, ujar Kades Djetron, Dinas PU Provinsi NTT memberikan bonus lagi 25 rumah layak huni. “Maka di tahun yang sama, kami bangun 25 rumah layak huni lagi,” terangnya.
Ia menambahkan, Program perumahan yang dikucurkan oleh Dinas PU Provinsi NTT itu senilai Rp15 juta untuk setiap rumah. “Model rumahnya setengah tembok dengan ukuran 6×9 meter,” katanya.
Melihat platform anggaran demikian, tidak segan-segan Djetron harus merogoh koceknya sendiri untuk membantu.
“Jadi, saya ubah ke tembok penuh. Ukuran juga menjadi 7×9 meter, bukan lagi 6×9 meter,” ujar Djetron.
Merogoh kocek, bukan berarti sang Kades seolah-olah mau memanjakan masyarakatnya.
“Karena saya sudah kumpul lebih dulu, maka saya panggil anak-anaknya dan keluarga dekat dari masyarakat yang hendak dibangunkan rumah. Saya bilang ke mereka, saya sudah kumpul lebih dulu, sekarang keluarga harus ikut kumpul dan kerja untuk sama-sama kita bangun rumah keluarga ini,” kisah Djetron.
Djetron mengatakan, sebelum menjabat sebagai Kades, dirinya sudah mempelajari dengan baik kebiasaan masyarakat setempat.
“Jadi, saya bilang ke mereka. Keluarga yang hendak kita bangun rumah ini harus kita bantu agar hidup lebih baik. Jangan sampai sudah meninggal dunia baru kita jual sapi, jual babi untuk kubur. Namun selama hidup, dia sangat susah. Dan, masyarakat mulai sadar,” ceritanya lagi.
Ia menambahkan, jika ditambah dengan dana desa untuk perumahan, maka total rumah layak huni sudah sekitar 90 lebih unit rumah.
“Sekarang nyaris sudah tidak ada lagi rumah yang kurang layak. Semua sudah baik,” tutupnya.
Penulis: Long
Editor: Ardy Abba