Oleh: Anselmus Kaki Reku
Saat ini World Health Organization (WHO ) sedang dalam pengembangan vaksin antikovid melalui WHO Blueprint on Covid -19 (cetak biru penelitian pengembangan WHO untuk Covid -19). Di indonesia proses pendistribusian vaksin anti virus telah dilakukan ke berbagai provinsi sejak awal Januari 2021. Saat ini sedang dalam proses vaksin sesuai target dan gelombang yang sudah dijadwalkan oleh pemerintah. Upaya pemulihan ekonomi nasional masih menunggu kepastian, setelah dilanda oleh bencana nasional Covid-19 sepanjang tahun 2020. Bahkan tidak menutup kemungkinan akan ada keberlanjutan pada tahun 2021 bila upaya pencegahan dan pengobatan tidak maksimal. Lalu pertanyaan refleksinya bagaimana dengan petani dalam kehidupan bertani?.
Bila kita cermati dinamika yang terjadi di dunia akibat pandemi Covid-19, tentu ada banyak dampak. Bagi pemerintah pengambil kebijakan maupun masyarakat dan elemen lainnya sebagai sasaran kebijakan. Upaya pemulihan ekonomi nasional hari ini masih menunggu kepastian dari dua alternatif skenario yaknik ada atau tidaknya gelombang ke-2 Covid-19 dan kecepatan respon pemerintah secara global (Sekretariat Kabinet RI). Meski demikian sejak Juni 2020 pemerintahan Ri telah meluncurkan berbagai bantuan sosial melalui kementerian yang ada kepada seluruh lapisan masyarakat sesuai ketentuan dan syarat yang berlaku. Hal tersebut bertujuan untuk menopang ekonomi masyarakat pada masa pandemi ini.
Apresiasi perlu kita berikan kepada pemerintah Indonesia dan lembaga nonpemerintah yang telah meluncurkan berbagai bantuan baik secara tunai maupun non tunai tepat sasaran. Upaya tersebut perlu kita pandang dari aspek sosial bukan aspek politik, karena berhubungan dengan kemanusiaan yang adil bukan golongan yang berkepentingan. Penyaluruan bantuan kepada masyarakat dampak Covid-19 tidak sebatas pada proses sesuai mekanisme melainkan juga perlu diperhatikan soal aspek pemanfaatan oleh penerima apakah sudah sesuai maksud bantuan ataukah diluar dari maksud bantuan, sehingga dapat tercapai pemanfaatan yang tepat.
Ancaman kovid saat ini telah membatasi hubungan sosial masyarakat secara langsung melalui mekanisme aturan pemerintahan yang berlaku sebut saja membatasi jarak agar tidak tertular virus baik pada lingkup kerja formal maupun pasar sebagai pusat ekonomi masyarakat. Fenomena yang terjadi diberbagai daerah yang pemerintahannya sangat tertib terkait kebijakan tersebut tentu menyulitkan petani tradisional kita untuk mengakses pasar secara langsung. Situasi tersebut mengharuskan petani kita untuk lebih kreatif menghidupkan ekonomi rumah tangga dengan segala keterbatasan yang mereka miliki.
Petani dan cara hidup baru (New Normal)
Pola hidup baru yang berlaku di indonesia selama perjalanan pandemi mengharuskan semua lapisan masyarakat untuk hidup sesuai ketentuan umum standar Covid-19 yakni jaga jarak, pakai masker dan mencuci tangan yang populer disebut dengan istilah protokol kesehatan. Ini adalah cara sederhana, namun tentu menjadi rumit bagi petani tradisional kita yang sejak lama telah terbiasa dengan kegiatan pertanian, maka bila dikaitkan dengan standar pencegahan kovid mungkin sangat berbalik arah. Meski demikian ini adalah keharusan bagi seluruh masyarakat sehingga dapat memutuskan mata rante penyebaran covid.
Pratik protokol kesehatan saat ini masih dilakukan oleh masyarakat kita dalam menjalankan kegiatan. Sebuah perubahan yang baik terkait pola hidup sehat tidak saja sekadar untuk menjalankan protokol kesehatan, namun lebih dari itu untuk mencegah penyakit lainnya seperti diare, dan penyakit menular. Hal ini merupakan pembelajaran positif terhadap masyarakat kita.
Ruang lingkup petani tentunya adalah komunitas masyarakat diwilayah kampung dan juga kebun bila ada penambahan kebutuhan sembako mungkin juga kepasar terdekat. Inilah siklus petani secara rutin yang kita ketahui bersama dan Kebun adalah hal yang sangat melekat dengan identitas petani. Dalam keseharian sebagai petani tentu kegiatan yang paling rutin adalah berkebun sebab mereka menyadari bahwa kebun adalah pusat kehidupan yang nyata. Bila kita analogi secara sederhana bahwa kebun adalah sumber kepastian satu contoh sederhana ketika petani menanam benih jagung yang jelas hasilnya pasti tumbuh jagung yang kemudian dimakan untuk bertahan hidup. Gambaran siklus petani di atas, tentu saja peluang penyebaran Covid-19 sangat sedikit bila protokol kesehatan telah dijalankan secara baik.
Konsep So’o, Uma dan Rega (Rumah, Kebun dan Pasar )
Ketika dunia dihebokan dengan perbincangan dengan peningkatan ankga kematian yang cukup drastis dari berbagai daerah, manusia diracuni dengan rasa cemas, kekhawatiran dan bahkan berpikir tentang dirinya apakah mampu bertahan hidup tidak saja takut covid, melainkan juga takut dengan persediaan makanan. Hal ini sesungguhnya mengajak kita untuk berpikir tentang petani dalam kehidupan bertani.
Istilah Sa’o, Uma dan Rega (Rumah, Kebun dan Pasar) dipopulerkan oleh sebuah Lembaga Swadaya Masayrakat Yayasan Tananua Flores – Ende. Sebuah LSM yang sangat konsisten berjuang untuk keberlanjutan masa depan petani dan masyarakat desa. Selama berkarya bersama petani istilah tersebut sebagai spirit dasar untuk petani dalam situasi apapun. Sebab petani adalah penggerak utama dan kebun adalah industri yang nyata. Memang tidak etis ketika kita dipaksakan untuk menjalankan sebuah konsep sederhana di atas. Namun apalah arti menjaga sebuah nilai ke-etisan bila konsep yang baik dan realistis harus kita abaikan.
Sebagai petani “sa’o” (rumah) merupakan pusat perkumpulan bagi segenap anggota keluarga dalam merencanakan dan evaluasi semua perjalanan dan kegiatan keluarga sepanjang hari dan “uma” (Kebun) adalah pusat penghidupan yang nyata, sesuatu untuk kehidupan dunia ini berawal dari kebun dan dihasilkan oleh tangan petani lalu diantar ke pasar( Rega). Pertanyaan lanjutan masih relevan konsep tersebut sebagai spirit di masa pandemi?.
Peran berbagai pihak yang bersentuhan langung dengan keberlanjutan petani mesti menjadi landasan dasar yang harus dilakukan dalam berbagai kegiatan, sebagaimanapun kondisi petani dalam berbagai ancaman tidak bisa terlepas dengan urusan rumah Kebun dan pasar. Kita membayangkan bila makna “di rumah saja” di saat pandemi, diterjemahkan secara lurus oleh petani kita, maka bagaimana dengan kebun sebagai sumber penghidupan yang nyata bagi manusia. Kita dapat berpikir dan mencari solusi bila perut telah diisi dengan makanan yang bersumber dari kebun petani. Idealis kita akan runtuh bila energi dalam tubuh masih kosong dan kekosongan itu akan terjadi jika petani kita hanya di rumah saja.
Hal berikutnya adalah pasar, konsep pasar modern saat ini sebetulnya adalah sebuah sistem yang mempermudahkan akses, bukan soal substansi pasar yang ideal. Pasar modern hanya bisa diakses secara langsung oleh elemen masyarakat menengah ke atas, dan sangat sulit dijangkau oleh masyarakat akar rumput atau petani. Para petani tradisional hanya mampu mengakses pasar lokal yang sesungguhnya masih ideal dengan substansi pasar. Karena itu konsep pasar lokal mestinya juga harus dikuatkan melalui sistem yang efektif dan terjangkau sehingga tetap menjadi peluang bagi petani kita untuk mengakses.
Konsep Sa’o, Uma dan Rega, sebagai spirit sangat ideal bagi petani kita. Meski digambarkan hanya sebuah siklus, namun perlu kita menjunjung tinggi profesi petani, yang sudah menyelamatkan jutaan jiwa manusia lewat hasil kebun mereka. Sikap solider dari petani memang sangat tinggi meski tak perlu mendapatkan penghargaan seperti dokter dan tenaga medis di masa pandemi yang berjuang merawat pasien, dengan dua konsekwensi sembuh dan mati. Kepedulian petani tidak saja terbatas pada pasien kovid, namun sampai pada kelurga para medis dan pemerintah dengan satu konsekwensi yakni bila persediaan makanan habis maka mati.
Peran semua pihak terhadap kondisi petani memang harus sejalan dengan urusan Covid-19 saat ini. Selain bantuan tunai dan nontunai terhadap masyarakat yang telah tersalur selama ini, juga hal penting lainnya adalah kita diajak untuk terus menghidupkan spirit petani. Upaya menghidupkan spirit petani dilakukan dengan banyak cara baik secara langsung maupun melalui metode yang efektif agar petani dikuatkan dengan spirit baru yeng bertujuan untuk menjaga konsisten dan keberlanjutan bertani. Pemerintah harus lebih kreatif untuk memperhatikan kondisi petani kita disaat pandemi ini, sebab keterbukaan informasi terkait pemberitaan terbaru mengenai Covid-19 di berbagai daerah akan berpengaruh terhadap psikologi petani dalam melakukan kegiatan rutinnya. Menghidupkan spirit petani dimasa pandemi ini merupakan langkah yang tepat untuk dilakukan. Karena spirit merupakan kemenagan yang menjadi prinsip bagi setiap manusia dalam berkarya.
Penulis adalah Staf Yayasan Tananua Flores