Oleh: Yohanes A. LON
PMKRI singkatan dari Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia merupakan sebuah wadah yang ikut serta secara penuh tanggung jawab untuk memperjuangkan amanat penderitaan rakyat demi tercapainya masyarakat adil dan makmur yang berdasarkan Pancasila. PMKRI sebagai organisasi pembinaan dan pengkaderan yang selalu ekstra waspada sebagai bagian dari gerak perubahan sosial. Kewaspadaan ini terutama dalam menyikapi situasi sosial yang sulit. Di sisi lain tantangan dari sisi internal juga memerlukan perhatian khusus, mengingat pembinaan dan pengkaderan dimulai dari proses internal sebagai sarana untuk melahirkan pemimpin yang memiliki integritas diri. Melihat lebih jernih dari sisi internal, PMKRI menyadari penurunan jumlah anggota tidak hanya segi kuantitas, tetapi secara kualitas. Oleh karenanya perlu untuk membangun komitmen kaderisasi secara konsisten melihat realita yang ada serta bertumpu pada pola aksi-refleksi yang perlu menimbang diri dan kembali fokus pada upaya pembinaan dan pengkaderan generasi muda yang berintegritas. Proses kaderisasi organisasi PMKRI yang dijiwai Pancasila, Kekatolikan, serta diwarnai karakter kemahasiswaan sebagai bagian dari lapisan masyarakat intelektual harus didorong pada peningkatan kualitas kader.
Kader adalah proses pematangan seorang manusia muda. Pematangan seorang manusia muda diwarnai oleh kondisi dan situasi. Proses pematangan adalah proses mencapai keseimbangan. Keseimbanagan antara watak dan otak. Antra ilmu dan agama. Antara emosional dan mental. Keseimbangan kepribadian: matang dan dewasa! Totalitas dan integral Namun perkataan “kader” sesungguhnya selalu mengandung pengertian yang bersifat politis. W.J.S. Poerwdarnita menguraikan pengertian kader sebagai orang yang diharapkan akan memegang pekerjaan penting dalam pemerintahan juga partai politik, dan sebagainya. kader adalah orang yang bertindak dan bekerja demi kepentingan bersama. Untuk mewujudkan tujuan ini maka perlu dibuat suatu pendidikan kader yang sistematis baik secara teoritis maupun praktis. Dari pendidikan itu akan lahir kader-kader bangsa yang bertugas menjadi kepentingan umum (bonum comune) supaya senantiasa berada dalam konteks cita-cita yang menjadi tujuan bersama yakni menciptakan masyarakat adil dan sejahtera.
Kaderisasi Generasi Muda Katolik
Bertolak dari pengertian kader tersebut di atas maka PMKRI sebagai sebuah organisasi dengan sendirinya menjadi organisasi kader. Sebagai organisasi kemasyarakatan pemuda yang bertanggung jawab atas kelanjutan kehidupan perhimpunan khususnya dan kehidupan bangsa umumnya, maka peran kaderisasi PMKRI adalah penting sehingga proses regenerasi bangsa terjamin dan berlangsung dengan baik. Karena kaderisasi itu sendiri pada hakikatnya menekankan planning kepemimpinan dan regenerasi.
Tujuan Kaderisasi dalam PMKRI
Membina mentalitas iman sang kader agar sanggup melihat situasi hidup masyarakat dan hidup pribadi, dengan kaca mata Sang Putra Allah, yang rela melibatkan diri demi kesejahteraan umum dan peningkatan kesejahteraan umum.
- -Menumbuhkan dan mengembangkan sikap batin tertentu, terjadi secara berkesinambungan, di dalam seluruh watak dan kepribadian.
- -Memiliki kemampuan untuk berpikir sistematis, realistis, dialektis, logis-rasional, juga memiliki pengetahuan yang kokoh terhadap watak organisasi dan masa depan organisasi. Seorang kader adalah yang berilmu tinggi, memiliki kesadaran sosial-kemasyarakatan, yang jelih melihat dan menanggapi kebutuhan masyarakat, bangsa dan negara. Seorang kader harus berwawasan kebangsaan, meletakan kepentingan masyarakat, bangsa dan negara di atas segala kepentingan pribadi dan organisasi.
- Memiliki motivasi yang tinggi dan spiritualitas yang benar melihat yang Ilahi dalam masalah duniawi secara konsekuen dalam mengikuti Yesus Sang pembebas bagi tegaknya Kerajaan Allah untuk mewujudkan tujuan penciptaan.
Dalam suatu kaderisasi, sang kader harus dimatangkan, sampai ia bisa mematangkan dirinya sendiri, yaitu mengintrisikan motivasi perjuangan, mengedepankan motivasi itu ke dalam kematangan jiwa-raganya. Untuk itu, mutlak dibutuhkan seorang pembina, seorang motivator. Yang hadir melibatkan diri sepenuhnya, dalam alur hidup para kader. Kehadiran dan keterlibatannya menjadi penggerak (motivator) dan penjiwa (animator).
Orientasi Peran Kaderisasi
Kaderisasi memang merupakan warna dominan pada kegiatan-kegiatan pemuda dan mahasiswa di Indonesia. Seluruh proses kegiatan suatu organisasi kaum muda pada dasarnya merupakan pengaderan bagi anggotanya. Semakin banyak kegiatan organisasi, lebih-lebih yang dirancang secara khusus untuk program pengaderan maka makin baik pengaderanya pada peningkatan kualitas kader-kader itu sendiri.
Pola kaderisasi yang dikembangkan selalu disesuaikan dengan tuntutan zaman. Maka tidak dapat disangkal bahwa dewasa ini arus umum kaderisasi diarahkan pada bidang politik. Dan karena itu maka orientasi kaderisasi dihampir semua ormas pemuda termasuk PMKRI adalah pembinaan dan pengembangan bentuk kepemimpinan politik. Kepemimpinan politik yang dimaksudkan di sini adalah kepemimpinan pada posisi politik baik di lembaga kenegaraan maupun kemasyarakatan.
Oleh karen itu maka orientasi pengaderan sendiri mempunyai tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Kepentingan jangka pendek program kaderisasi dalam setiap ormas pemuda termasuk PMKRI untuk memperbanyak jumlah kader yang dapat memelihara keseimbangan dalam organisasi. Sedangkan pembinaan kader dalam jangka panjang seperti pembinaan calon-calon pemimpin bangsa di masa yang akan datang. Dan untuk mendapatkan kader pembinaan yang tangguh maka orientasi pengaderan terarah kepada kader yang memiliki wawasan kebangsaan dan wawasan keimanan.
Sebagai organisasi mahasiswa yang dijiwai nilai-nilai kekatolikan, PMKRI konsisten untuk terlibat dalam membela kepentingan rakyat. Bersama dengan seluruh elemen bangsa, kader PMKRI mesti menyikapi situasi dan kondisi bangsa demi mewujudkan keadilan sosial dan kemanusiaan serta peesaudaraan sejati. Kadr hasil binaan PMKRI adalah sarjana yang ahli (aspek kemahasiswaan) dan sarjana yang katolik serta sarjana yang pancasialis. Sarjana dengan kualitas seperti ini adalah putra-putri bangsa yang mampu memenuhi tuntutan Anggaran Dasar PMKRI dan adalah harapan umat Katolik Indonesia.
Kader yang Berkebangsaan
Kader-kader PMKRI harus menampilkan diri sebagai bagian dari masyarakat. Paradigma organisasi yang elastis harus diubah ke paradigma populis. Dengan itu kader-kader PMKRI bukan saja merupakan bagian dari organisasi formal secara legastis tetapi adalah anggota yang betul-betul mencerminkan organisasi yang bertanggung jawab untuk kelangsungan hidup negara Republik Indonesia dan terus berjuang untuk menebus amanat penderitaan rakyat.
Tujuan Pembinaan
Pada dasarnya pembinaan formal mempunyai tujuan untuk membentuk atau menghasilkan kader-kader yang tangguh dan mampu menangkap serta membaca tanda-tanda zaman dengan daya dukung intelektualnya. Kader PMKRI haruslah potensial, militan, antisipatif, kreatif, inofatif dan berdedikasi tinggi dan selalu berpedoman pada tiga benang merah perhimpunan yakni kristianitas, intelektualitas, dan fraternitas. Dengan adanya keselarasan tiga benang merah tersebut, kader PMKRI diharapkan akan senantiasa berkembang searah dengan globalisasi dan konsep pembangunan bangsa yang tengah dilaksanakan.
Selain itu tujuan dan konsep pembinaan tetap berpatokan pada konsep pembinaan sebagaimana yang tertera dalam Anggaran Dasar PMKRI, yaitu pembinaan yang diarahkan kepada pengembangan potensi iman katolik. Menumbuhkan integritas dan memperkaya penalaran, meningkatkan intelektualitas dan profesionalitas serta menatapkan dan mempertebal wawasan kebangsaan menuju terciptanya sarjana pripurna sebagai kader bangsa baik dalam tatanan konsep maupun operasional.
Strategi Dasar Pembinaan
Seperti telah disinggung di atas bahwa pola pembinaan PMKRI selalu berpedoman pada tiga benang merah perhimpunan. Benang merah ini senantiasa menjiwai seluruh aktivitas perhimpunan. Karena maka strategi dasar dari pembinaan-pembinaan yang ada dalam erhimpunan juga tetap berpatokan atau dijiwai tiga benang merah tersebut.
- Fraternitas
Pengembangan fraternitas PMKRI lebih menitiberatkan pada nilai-nilai etis dan moral kristiani. Nilai-nilai kristiani ini akan menjadi landasan dalam pembentukan suatu spiritualitas yang khas bagi anggota PMKRI. Semangat Ilahi yang menjadi jiwa dan daya dorong anggota PMKRI. Senantiasa mengarahkan mereka kepada perjuangan untuk menebus amanat penderitaan rakyat. Oleh karena itu maka penghayatan dan pengamalan nilai-nilai kristiani itu diwujudnyatakan dalam bentuk koinonia/persekutuan yang menimbulkan kebersamaan dan kesatuan dalam iman kristiani Martiria/kesaksian yakni pendalaman dan penghayatan iman kristiani dalam seluruh sejarah kehidupan. Kerugama/pewartaan untuk menyatakan atau mengembangkan iman, harapan dan kasih dalam kehidupan. Liturgia atau ibadat yakni merayakan kehidupan dalam iman kristiani, serta diakonia atau pelayanan pada karya-karya karitatip yang nyata dalam masyarakat.
Dari sekian bentuk perwujudan dan pengalaman-pengamalan nilai-nilai kristiani tersebut, PMKRI lebih menitikberatkan pengalaman kristianitas itu pada kesaksian hidup dan pelayanan. Hal mana selaras dengan eksistensi PMKRI sebagai organisasi kemasyarakatan yang di dalamnya berkicambung kaum muda atau kaum awam katolik. Dan sebagai organisasi kemasyarakatan maka opsi terbesarnya adalah pada situasi sosial politik masyarakat. Pada medan bakti inilah mereka diutus menjadi saksi Kristus dalam seluruh pelayanan kemasyarakatannya.
- Intelektualitas
Intelektualitas merupakan salah satu poin penting dari organisasi perjuangan perhimpunan sebagaimana termaktub dalam tiga benang merah perhimpunan. Untuk itu maka pengembangan kualitas intelektual anggota sangat ditekankan pada penguasaan informasi dalam bentuk penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga dapat memberikan kontribusi yang berguna bagi pengembangan organisasi. Tetapi tidak cukup kiranya dengan penguasaan iptek. Para anggota PMKRI harus dibekali dengan pengetahuan etika dan moral sehingga akan muncul seseorang intelektual yang bernafaskan semangat kristiani. Seorang intelektual kristiani adalah seseorang yang memiliki visi etis dalam penerapan serta mampu merefleksikan dan merespon setiap gejolak kehidupan masyarakat. Atau dengan kata lain pembinaan intelektuualitas meliputi alih ilmu pengetahuan dalam karya-karya nyata di tengah masyarakat.
- Kristianitas
Pembinaan-pembinaan di PMKRI sangat menekankan aspek persaudaraan dimana para anggota PMKRI diharapkan semangat kebersamaan dan cinta kasih kepada sesama dalam arti yang luas dan medalam. Jadi dalam hal ini pengembangan kepribadian; serta Pembinaan inter-personal yang meliputi pengembangan konsilidasi dalam kelompok yang dinamis; Dan pembinaan sosial dengan titik berat pada pengembangan solidaritas demi masyarakat.
Sebagai organisasi pembinaan dan kaderisasi, PMKRI dalam keseluruhan keberadaannya berjuang untuk membentuk kader yang integral demi menjaga nilai-nilai Kekatolikan dan semangat perjuangan para pendahulu. Secara nasional PMKRI telah melahirkan 70 cabang diseluruh bumi nusantara, dan ditingkat Cabang PMKRI tetap melakukan upaya regenerasi kader disetiap priode kepemimpinan. Kader bukan sekedar menjalankan aturan dan rutinitas organisasi tetapi lebih dari itu, berupaya untuk mampu mengundung dan melahirkan kader-kader muda yang siap untuk dibina dan membenah diri serta berjuang dengan terlibat sesama umat dan masyarakat. Semboyan misioner Pro Ecclesia et Patria hendaknya bisa diinternalisasi dan diaplikasikan dalam kehidupan masyarakat. Semboyan ini menjadi pemberi semangat kepada kaum muda untuk berani memperjuangkan keadilan dan kebenaran tanpa harus menoleh dan bermain mata dengan tawaran pragmatis yang bisa meruntuhkan nilai-nilai dasar spiritualitas atau tiga benang merah (TIBERA) perhimpunan yakni, Kristianitas, Fraternitas, dan Intelektualitas. Ketiga benang merah ini bermuara pada pembentukan kader intelektual populis yang bersatu dengan Gereja dan terlibat dengan umat (pro ecclesia et patriae). Ideal ini bersepadan dengan hakikat dan tujuan dari PMKRI yang memiliki kepedulian terhadap gereja dan bangsa.
Penulis adalah Mahasiswa Awam STFK Ledalero, Semester VIII