Oleh: Boni Jehadin
Tulisan ini akan mengulas secara lengkap Orasi dan Janji Politik Gubernur VBL saat Kampanye dan Debat Kandidat, yang akan dipublikasikan secara berseri.
Menyambut Hari Pers Nasional (HPN) yang jatuh setiap tanggal 09 Februari lalu, seluruh wartawan di berbagai belahan Indonesia merayakannya dengan berbagai aksi. Di Nusa Tenggara Timur (NTT) misalnya, para wartawan merayakan HPN dengan membagi masker, telur dan lain sebagainya kepada masyarakat dan tenaga kesehatan (nakes).
Tentu saja ini merupakan wujud dukungan insan pers kepada pemerintah, pun para nakes yang saat ini tengah berjuang melawan Covid-19.
Sebagai pribadi, saya merayakan Hari Pers Nasional ini dengan menikmati kopi, rokok sambil menghadap labtop dan mendengar kembali Orasi Politik Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat saat kampanye di Kabupaten Sikka menjelang pemilihan Gubernur NTT dua tahun lalu, yang kemudian viral di Youtube.
Saya ingat, saat pertama kali video itu muncul di Youtube, saya segera menontonnya. Begitu menonton, saya langsung tertarik dengan kelihaian seorang Viktor Laiskodat dalam berorasi, yang menurut saya sepintas seperti “singa” (bukan singa ompong). Cara dia berorasi membuat saya kagum, walau saat itu, pilihan saya bukan dia.
Dalam video itu, Viktor betul-betul menghipnotis massa, bila mengikuti bahasa anak zaman now, Viktor memang mulut manis. Sebab kata-katanya begitu manis, ia menggambarkan NTT di tangannya seperti tengah membawa massa kampanye itu ke dunia lain, yang teramat maju dan serba mewah, lalu sehat. Dalam beberapa kesempatan, saya amati, Viktor memang seorang imajinaor ulung. Imajinasinya liar nian.
Jika didengar sepintas, kita seperti sedang mengikuti berkampanye seorang calon Presiden yang tengah bermimpi menjadi negara maju, melampaui negara-negara lain di dunia. Padahal, ia cuma seorang calon Gubernur NTT, yang menurut Tony Djogo, Staf Khusus Gubernur Viktor bidang pertanian dan Peternakan, Pertanian NTT saat ini, kalah telak dari NTB sebagaimana dituangkannya dalam opini di VoxNtt.com, 09 November 2020: Pertanian NTT Kalah Telak dari NTB: Menakar Etos Kerja, Produktivitas dan Produksi Komoditi Pertanian.
Namun pada saat itu, bagi rakyat NTT, apa sih yang tidak bisa dilakukan Viktor. Wong di awal dia sudah bilang, tidak akan mengandalkan APBD dalam membangun NTT.
Jelas saja, janji-janji manis yang ditebarkan Viktor di tengah lautan massa yang membludak itu, begitu menghanyutkan. Gelombang kata-kata “sabda” seorang calon gubernur yang terkenal kaya raya itu terasa begitu meyakinkan, bagi warga yang memang tengah haus akan perubahan. Bahkan tak hanya luar biasa, tetapi juga di luar nalar orang biasa seperti saya.
Dengan berdasarkan pada NTT sebagai daerah tertinggal, termiskin dan terbodoh menurut data statistik, Viktor berhasil membius masyarakat yang menghadiri kampanye itu. Viktor mampu menyelami relung hati rakyat yang tak sabar lagi menyambut kebangkitan dan kesejahteraan yang dijanjikan Viktor di mana-mana.
BACA JUGA: Bongkar Trik Youtubenya Viral dan Sukses, Begini Cara Jitu Deddy Corbuizer, Youtubers Wajib Paham
Menyelesaikan ketertinggalan ini, strategi Viktor sederhana, ia akan melimpahkan tugas mengurus dapur (birokrasi) kepada wakil Gubernur yang menurut dia, sebelumnya urusan seperti itu cenderung ditangani oleh Gubernur (bisa jadi, itu cikal bakal, mengapa di awal masa jabatan, dia mengklaim tak ada Wakil Gubernur di antara mereka. Yang ada hanyalah Gubernur I dan Gubernur II, yang entah bagaimana sekarang).
“Karena daerah ini, daerah tertinggal, maka kami menyiapkan diri, yang satu sebagai orang yang akan mengurus dapur dengan baik, mengurus pekerjaan-pkerjaan yang hari ini diurus oleh Gubernur. Tapi yang satu ingin membawa propaganda hebat, membangun mindset dan arah pikir, baik pemimpin NTT maupun masyarakat Nusa Tenggara Timur menuju masyarakat yang modern dan mengedepankan teknologi,” tandas Viktor Laiskodat.
Dalam menggolkan Visi Mewujudkan NTT Bangkit menuju Sejahtera, Viktor mengatakan beberapa syarat yang harus dimiliki masyarakat NTT.
Pertama: Sumber Daya Manusia yang Cerdas
Menurut dia, Sumber Daya Manusia (SDM) yang cerdas adalah syarat mutlak suatu daerah atau negara bisa bangkit dari segala keterpurukan.
“Yang pertama, sebuah daerah bisa bangkit, negara bisa bangkit, organisasi bisa bangkit, kalau, satu, syaratnya, sumber daya manusia yang cerdas. Kalau di NTT, sumber daya manusianya? Sekolahnya terbatas, Guru yang mengajar terbatas, sertifikasi Guru saja problem, bagaimana kita berpikir untuk lompatan yang luar biasa? Tidak mungkin, kecerdasan sumber daya manusia itu, terukur pada saat menyiapkan diri,” ujarnya.
Menurut dia, selama ini di NTT, begitu lapangan pekerjaan dibuka, justru orang dari luar daerah yang mengisi pekerjaan itu. Hal itu karena masyarakat NTT tidak disiapkan dengan baik dari sisi SDMnya.
Mengatasi masalah SDM ini, dia berjanji, akan mengirimkan, sedikitnya 2000 pemuda NTT setiap tahun untuk belajar di luar negeri.
“Sedikit-sedikitnya, 2000 pemuda akan kita kirim pertahun ke luar negeri, untuk belajar. Belajar bahasa dunia dan belajar tentang skil, keterampilan yang dibutuhkan provinsi ini,” ujarnya meyakinkan.
Rendahnya kualitas SDM di NTT, terang dia menimbulkan masalah lain sebagai ikutannya yakni rendahnya kualitas produk makanan dan minuman yang dihasilkan masyarakat NTT.
Dia mengangkat contoh moke atau sopi, minuman beralkohol khas Flores. Menurut dia, moke atau sopi yang dihasilkan masyarakat selama ini, tidak layak dikonsumsi. Bahkan kata dia, moke cenderung membuat perut sakit dan dapat membawa kematian. Dia lalu membandingkan dengan Sake, minuman alkohol produksi Jepang.
“Nusa Tenggara Timur ini, hanya untuk minum alkohol saja tidak layak kita pakai. Bayangkan Jepang yang terkenal dengan minuman yang namanya Sake dari beras, itu harga perbotolnya Rp 150.000.000,- mengalahkan Skotlandia yang selama bertahun-tahun, berabad-abad terkenal dengan minuman itu. Tapi kita, minumannya minuman moke yang cenderung membuat perut sakit dan membawa kematian,” katanya.
Karena itu, dia meyakinkan, NTT bisa menghasilkan minuman sekelas Sake, dan bahannya ada di NTT, yang dibutuhkan adalah kemampuan SDM untuk mengolahnya menjadi minuman kelas dunia. Karena itu, dia menjanjikan akan mengirimkan pemuda NTT ke luar negeri untuk belajar tentang itu untuk menunjang Pariwisata di NTT.
Tak hanya itu, dia juga menyoroti daging sapi olahan orang NTT yang bisa membuat mata melotot-melotot saat memakannya, saking kerasnya daging tersebut.
“Kita belajar juga tentang bagaimana membuat daging yang baik. Kita punya daging kalau makan, melotot-melotot mata kita karena saking keras daging itu. Sapi yang lari dari Flores Timur, sampai Manggarai baru kita potong. Itu Sapi Pelari,” imbuhnya disambut tawa massa.
“Kita harus buat daging sapi yang enak dimakan. Itu harus sekolah. Bukan semua sekolah harus jadi insinyur, jadi sarjana hukum tetapi tidak ada yang keterampilan untuk mengisi kekosongan yang saat ini ada di Nusa Tenggara Timur,” tambahnya.
Bahkan menurut dia, mencari orang untuk pasang tehel atau keramik saja, di NTT tidak ada. Sehingga ketika membangun 1000 hotel di NTT, pekerjanya pasti didatangkan dari luar. Bersambung