Anekdot:
Suatu ketika Matius dan Mikael melakukan perjalanan jauh ke sebuah desa, tepatnya di daerah pedalaman sebuah kabupaten yang jauh dari keramaian kota dengan menumpangi sebuah bis kayu. Perjalanan yang mereka tempuh sangat melelahkan karena memakan waktu 8 jam lamanya dengan medan jalan yang begitu menantang juga sangat ekstrem. Apalagi saat itu musim hujan.
Di tengah perjalanan, mereka terpaksa berhenti karena bus kayu yang mereka tumpangi macet (tentunya bukan karena kemacetan lalu lintas). Sopir pun menyuruh semua penumpang untuk turun. Om Yance, nama sopir itu memberi komando kepada kondekturnya untuk menyiram dedak di badan jalan yang berlubang dan penuh dengan lumpur. Sang kondektur bak panglima perang dengan cekat dan sigap melakukan tugasnya. Kemudian ia memasang tali di bagian konfanger depan body kendaraan dan dibantu oleh beberapa penumpang (laki-laki) untuk menarik kendaraan tersebut. Mikael yang notabene orang dari ibukota merasa takjub dan heran dengan kejadian tersebut (orang kota mana paham).
Mikael: Mat, kenapa di siram dedak!! (seru Mikael dengan wajah keheranan)
Matius: Mik, di musim hujan begini jalanan di daerah kami harus “diselimuti” dedak takut “flu”. Kalau tidak, kita bisa-bisa gelar tikar dan tidur di tengah jalan.
Mikael: ah…kamu ada-ada saja. kok bisa???Aku jadi bingung!!
Matius: Maklumlah Mik, ini jalanan rakyat jelata, kalau mobil Plat Merah yang lewat jalanan ini pasti mulus sampai-sampai lalat pun bisa tergelincir.
Mikael: Ngomong-ngomong, melewati jalanan ini rasanya degup jantungku berpacu begitu kencang seolah-olah berlomba dengan deru mesin kendaraan ini saking takutnya. Aku kaget ternyata masih banyak daerah yang tertinggal dan perlu mendapat perhatian yang serius dari pemerintah.
Matias: Pemerintah lagi sibuk Mik, untuk menentukan siapa yang bakalan duduk di “Kursi Panas” yang kadang menjadi “Kursi Malas”. Kesejahteraan rakyat sudah bukan menjadi sebuah prioritas. Kamu lihat sendiri kan, sebenarnya perjalanan kita tadi itu adalah bertaruh dengan maut. Lucu dan sangat mengharukan!
Mikael: Benar juga ya. Eh, ngomong-ngomong HP ku lowbatt nih, padahal aku mau hubungi keluargaku di kota, Mat!
Matius: hahahaha…mendingan kamu simpan HP kamu itu di bawah koper. Tak ada gunanya sampai di sini, Mik. Hp lowbatt, listrik tak ada, HPmu hidup, sinyalnya yang tak tau entah kemana.
Mikael: Aduhh….ini sih Namanya “Sudah jatuh ketiban tangga pula”, sialnya bertubi-tubi.
Matius: hahaha…. Lain kali kalau mau datang lagi siapkan penampung arus HPmu, Mik. Dan yang paling penting lagi kamu harus beli sinyal supaya bisa hubungi keluargamu.
(Matius dan Mikael sama-sama tertawa)
Mikael: ah,,kamu ngelawak terus. Daripada kita ribut, mending kita bantu pak supir supaya kendaraannya tidak mogok lagi.
Matias: Ayooo….siapa takut!! Supaya jangan hanya NATO (No Action Talk Only) alias OMDO (ngomong doang) hahaha
Akhirnya kendaraan itu berhasil di Tarik, namun semua penumpang basah kuyub karena kehujanan.
Tentang Penulis
Flaviana Abes atau biasa di sapa Avi, lahir di Pagal, 4 september 1991. Sekarang menetap di Lempang paji, Kec.Elar Selatan, Kabupaten Manggarai Timur. Mengabdi di SMKN 2 Elar, mengampuh mata pelajaran Bahasa Inggris sekaligus Bahasa Indonesia.