Kupang, Vox NTT- GMIT Klasis Kota Kupang dan Pemerintah Kota Kupang menggandeng RS Bintaro Jakarta melaksanakan webinar dengan topik Covid-19 dan Kaitannya Dengan Penyakit Penyerta (Komorbid), Jumat (20/02/2021) siang.
Webinar itu dihadiri oleh kurang lebih 80 peserta. Sebagian adalah pengurus GMIT Klasis Kota Kupang, masyarakat, Wakil Wali Kota Hermanus Man dan jajaran manajemen RS Bintaro Jakarta.
Ketua Satgas Penanganan Covid-19 GMIT Klasis Kota Kupang Robert Fangidae, pada awal webinar menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Kota Kupang dan jajaran RS Bintaro Jakarta atas terselenggaranya kegiatan itu.
“Hari ini kita bersyukur karena masih ada kesempatan untuk webinar kedua,” kata Robert.
Ia mengungkapkan, data per Jumat, 20 Februari 2021, ada sebanyak 4342 pasien Covid-19 di Kota Kupang, dengan tingkat kesembuhan 45%. Sedangkan, masih dirawat sebanyak 1407 pasien.
Kemudian, ada sebanyak 47% pasien Covid-19 ada di Kota Kupang.
“Bagi kami ini menjadi tantangan bersama gereja dan pemerintah agar bersama menanggulangi penyebaran Covid-19,” ujar Robert.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Kupang Hemanus Man mengatakan, pihaknya bersyukur karena mengadakan kegiatan dengan nilai kemanusiaan yang tinggi.
Ia juga mengungkapkan, jumlah kematian akibat Covid-19 di Kota Kupang sebanyak 176 orang.
Kasus kematian tidak hanya pada usia 60-an ke atas tetapi masuk juga pada usia produktif. Mereka yang meninggal sebagian dengan komorbid yang serius dan kesembuhan hanya 65-66 %.
“Hari ini kita mendapat edukasi yang sangat baik. Semoga setelah kita peroleh pengetahuan ini mampu merubah perilaku yang bersih dan sehat,” ujar Herman.
Diketahui, pihak RS Bintaro Jakarta menghadirkan dr Ariska Sinaga selaku pembicara dalam webinar tersebut.
Dokter Ariska menjelaskan, sebagian besar pasien Covid-19 dengan penyakit penyerta atau komorbid memiliki risiko kematian yang sangat tinggi.
Menurut dia, di Indonesia Komorbitas yang paling banyak adalah darah tinggi, diabetes dan jantung.
“Kalau sudah ada Covid -19 lalu tekanan darah tidak terkontrol maka risiko kematian tinggi sekali,” jelasnya.
Penulis: Ronis Natom
Editor: Ardy Abba