Seperti Tiba Musim Gugur
Jou, setiap napas detik telah kita rangkai
Dan yakinlah tak satupun waktu kita tanggalkan disana
Seperti angin berhembus lalu hilang lenyap
Kini sudah kau tahu apa maksud waktu.
Bagaikan aksara waktu memberi arti
Pada sebait syair yang sibuk menyanyi
Di penghujung aksi yang telah mati
Kini kami lalui hanya siap menafsir arti.
Jou, saat malam bersanding kembali
Kau pun ikut melontarkan kata-kata pahit berlapis tangis
Saat semua sibuk menghitung detik di bibir pantai
Dan teringat seketika dibenakku akan suatu petisi yang berbunyi”Tak ada yang abadi”.
Nita, 22-02-2021
Menghitung Dentuman Waktu
Mataku tertuju pada dinding tua yang sebentar lagi rapuh
Kataku berkata-kata pada mulut waktu
Saat angin lagi sibuk menerpa dedaunan di ujung kebunku
Aku tertunduk sambil membaca sepucuk surat
Entah apa yang kutemui disana,
Pun tak kupahami arti dari puisimu.
Aku menatap langit sambil berkaca pada bayangku
Dan mengira kau hendak berbincang sebentar lagi
Lagi aku pun kembali pada sanubari itu
Dan segera aku berpaling di sekelilingku dan tak kulihat apapun
Dan benarlah pula aku seorang penghitung waktumu.
Nita, 25-02-2021
Penulis adalah penikmat sastra dan penyuka kopi khas Kampung Dorata.