*Oleh: Fritz Yofrilolis
/1/
Siti….!
Menuju jalanan penuh kenang
Jajaran dasi kusam
Mengapung
Sesekali menghamba
***
“Dahulu, tak ada tembok, jalanan masih rupa tanah namun kaki kita tak perlu berlumpur agar sampai ke seberang” kata seorang kakek tua, mengenang.
“Mungkin genangan menjadi kriteria sebuah kota dikatakan maju. Semakin luas genangan, semakin maju kota kita” sambar seorang tukang gerobak yang tertahan tak bisa lewat.
Seorang anak kecil yang mendengar percakapan itu menyambung: “Sebegitu dangkalkah iman kalian?” Sambil mengambil secarik kertas ia menulis:” Tuhan. Aku ingin menemani-Mu berjalan di atas air”.
/2/
Ada yang telanjang di sudut kota
Di atas sebuah gedung bertingkat
Ada yang merobek pakaiannya untuk sekedar terlihat menggairahkan
***
Sambil berlutut
Aku berdoa:
“Tuhan. Izinkanlah aku menjadi cawat bagi tubuh-tubuh yang runtuh tepat di depan kenisah-Mu”.
/3/
Di bawah kolong sebuah jembatan seorang pengemis berbaring telanjang
***
Sebuah mobil mewah melintas
Dan cipratan lumpur jatuh tepat pada mata pengemis
Seorang anak kecil mengambil sebuah kardus kotor dan menutupi tubuh pengemis itu
Setelahnya, anak itu berlari kepada ibunya yang sibuk memulung sampah
Sambil menunjuk pengemis yang tidur anak itu berkata:
“Ibu. Aku menemukan Tuhan dalam rupa yang lain”.
………
*Tentang Penulis:
Fritz Yofrilolis adalah mahasiswa semester VIII STFK Ledalero, anggota aktif PMKRI Cabang Maumere