*Oleh: Yohanes Mau
Debu
Aku bukanlah siapa siapa
mungkin aku adalah dia yang dilukis
termasuk kau dia dan mereka
tapi tentang aku tak pernah kau tahu,
hanya satu yang pasti
aku hanya rangkaian debu syukur
yang masih setia berjaga bersama
semesta karena hidup
bagai kedipan mata
rumit dipahami
Dari debu tanah
Oleh debu tanah
Dan kembali ke asalku debu tanah.
Rahim yang melahirkan dan membentuk aku
Susu yang menyusuiku hingga besar begini
Bahu yang menggendongku
Dan kelak kepadamu aku kembali
Entahlah sampai kapan
Aku tak tahu.
Iluizwi, 26/03/2021.
Bergegas
Pagi datang tawarkan terang hidup
Percik tetes indah baluti tubuh bunga
gerogoti enggan terlepas apalagi pergi
sisa embun malam bekukan hati
bergegaslah mohon agar tak dingin bersama suhu.
Ilizwi Biclical Centre-Zimbabwe, 23/03/2021.
Tanpa Sisa Katun
Senja hanyut di peluk malam pekat
dingin menggerogoti pada sudut sunyi
cinta hadir beratap langit
dan berselimutkan embun tanpa sisa katun
rindu hanya satu agar pasir
dan semak belukar semakin subur
menjalar ke gurun Kalahari
tak lekang mati.
Ilizwi Biclical Centre-Zimbabwe, 25/03/2021.
Akulah Anakmu
Anak adalah darah daging yang menyatu oleh tetesan energi cinta
Setiap basah keringat mengalir di setiap tapak menjadi saksi bisu
Ziarah panjang di jalan sunyi
Menangis piluh di tengah musim tak menentu
agar anak tetap tegar hadapi badai hidup
Anak tak pernah mengeluh
Ayah dan bunda, aku tak bisa lagi
Anak tetap kokoh berjalan melawan arus gelombang menuju tepian telaga
Di sanalah bahagia menanti
Darah dan daging itu berpadu
menjadi cinta mengalir
Sejukkan setiap hati yang gundah
deras terpaan gulungan riuh similir
pada gurun gersang
tapi sayang aku masih di sini
Akulah anakmu
ada untukmu.
Ilizwi Biclical Centre-Zimbabwe, 20/03/2021.
Yohanes Mau adalah salah satu penulis buku Antologi Puisi, “Seruling Sunyi Untuk Mama Bumi.” Kini ia sedang bertualang di Zimbabwe-Afrika.