*Oleh: Fritz Yofrilolis
Ayah
Ada duka yang kemarin
Terselip tenang pada jemarimu yang terkupas
Ada tangis hampir pecah
Menggantung tabah pada pelupuk matamu
Dan kau tersenyum
“Ayah masih sangat muda, nak.
Ambilkan ayah sebuah pacul
Ayah ingin menyiapkan rumah untukmu”
***
Setelah usai
Kau kembali dan mengajakku tepat di depan rumah yang baru kau selesaikan
“Nak, buatkan ayah sebidang tanah
Ayah ingin menitipkan tubuh kusam ayah di dalamnya
Sudah ayah titipkan berbagai keluh yang dahulu kau sesalkan
Dan tepat di depan pintu rumahmu
Ada doa ibu yang selalu menunggu kepulanganmu”.
“Kemanakah ayah akan pergi?” Tanyaku kebingungan
“Kenanglah ayah, bahkan saat kau tak mengingat rupaku lagi. Kisahkan kepada anak-anakmu kelak, bahwa kau tak pernah mendengar Tuhan menangis.”
***
Tanpa kata
Ayah lenyap lalu menjadi aku
Tentang Penulis:
Fritz Yofrilolis adalah mahasiswa semester VIII STFK Ledalero
Status: “Mencintai hal-hal yang mustahil, salah satunya kamu”.