Aku Teracuni
Beku anginkah ini yang Kau kembalikan padaku sepenuhnya?
Dingin…
Kilau bintang mendadak gaib… hilang tak berbekas
Punah…
Di bawah payung langit Aku teremuk menantimu
Ah, lagi Kau mencumbui otak dengan bibir beracunmu
Hangat pelukmu juga hanyalah kepalsuan
Hembusan sepoi angin yang Aku hirup membuatku lumpuh
Aku teracuni…
Dingin anginmu menusuk sumsum tulangku
Aku teracuni…
Gelap malammu melunturkan warna hidupku
Aku teracuni…
Yang Aku peluk bukan kehangatan
Itu hanya kepalsuan
Ternyata sudah lama Kau berniat membunuhku
Hingga mati rasa
Di Sudut Ruangan
Sanbil melipat sajak usangmu dari dalam saku
Aku duduk terdiam di sudut ruangan ini
Meramu puing-puing kisah yang berdebu termakan waktu
Dalam kebisuan yang sunyi
Di sudut ruangan ini
Aku duduk berteman kenangan
Sepintas teringat waktu pertama kita bersua
Sebelum kepergianmu yang mengundang luka
Di sudut ruangan ini
Aku kini hanya mengenang pertemuan bertahun silam
Saat aku mengintip sajakmu pada ilham pertama puisi
Sebelum kau pergi, berpisah tanpa surat dan titipan alamat
Waktuku ikut termenung sendiri
“sudah berapa dermaga hati yang kau singgahi
Dengan janji alan bertemu kembali?”
Ah, sudahlah… Toh itu hanya isengnya saja
Kini biarlah aku ini
Mengkhusyuki sajakku sendiri
Yang aku tulis di sudut ruangan ini
Dengan tinta kenangan dan secarik janji yang telah kau tinggalkan
Senja, Kau dan Aku
Senja ini… seperti senyummu yang merekah kala itu
Saat aku menitipkan hati kepadamu di halaman rumah
Agar kasih dan sayangmu dapat menghangatkannya
Seperti itu juga pertemuan kita
Senja ini… udara jadi harum mawar
Menghirupnya melayangkan kasihku di atas lamunan langit sayang
Mengingatkan hati yang kutitipkan padamu
Apa kabar hatiku di sana?
Senja ini… aku mengais kenangan pertemuan kita kala itu
Aku ingin menanam benih cinta, saudara kasih dan sayang itu pada hatimu dan hatiku
Agar percintaan kita tak lagi asing oleh kasih dan sayang kita
Seandai waktu masih merenda dan memihak kita
Jika nanti kau, aku, kita bertemu
Kan kusanding benih cinta bersama kasih dan sayang
Agar kau,aku menjadi kita
Senja ini… seperti senyummu yang merekah kala senja itu.
Biodata Penulis
Nama: Emanuel Ervano Bei Meo
TTL: Boawae, 24 Desember 1999
Tempat Tinggal: Jl. Manuwait, Biara Scalabrinian Desa Lalat, Nita, Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur 86152
Pendidikan: Mahasiswa STFK Ledalero Maumere
Nomor HP: 085237065659
Email: ervhanno24@gmail.com
Sekilas tentang penulis:
Penulis adalah seorang pegiat sastra yang aktif dalam menulis puisi dan opini. Beberapa karyanya pernah dimuat dalam beberapa media online dan media cetak, sperti VoxNTT, Flores Editorial, Fajar NTT, Banera, Media BMR FOX Manado dan beberapa media lain.