*Puisi
Oleh: Maxi L Sawung
Mosi Tidak Percaya
Dunia sedang tidak baik-baiknya ketika mereka jatuh cinta
Seperti sepasang manusia di dalam taman
Yang terisolir dari chaos dunia luar
Mereka bahkan sangat menikmati malam pertama.
Suatu pagi yang perempuan bertemu seorang loper koran
Dibujuknya perempuan untuk membaca berita
“Bacalah maka kamu akan dapat membedakan baik dan keburukan”
Perempuan itu membuka halaman pertama matanya menyala
Pada sebuah judul berita ,”Tuanmu Telah Memanipulasi Kebenaran”.
Dibacanya berita itu, ditelannya dengan dua tiga gigitan, siapakah Tu(h)an?
Cepat lekas ia menemui lelakinya yang sedang lelap karena lelah bercinta
Semalaman suntuk ia menghabiskan hasrat bersama buku dan tubuh
Pagi tanpa kopi membuat matanya seperti lampu kurang daya.
“bangun, kita harus keluar dan turun ke jalan. Jangan lelap dalam zona nyaman”
Diberikannya koran berita pagi kepada Adamnya, matanya ikut menyala
Dikenakannya pakaian perjuangan dan menjinjing spanduk penolakan
“Mosi tidak percaya” tertulis dengan tinta merah.
Di jalanan mereka meneriakkan kebenaran
Namun bagi para dewa(an) itu hanya hasil khayalan
Dari anak kuliahan yang lebih banyak rebahan di dalam kos-kosan
Kalau bukan karena kelaparan pasti mereka kepanasan karena kasmaran
Maka mudah saja dipatahkan argumen yang dipaparkan.
Bagi kaum cendekiawan itu merupakan usaha pembodohan
Perlawanan memalukan diucapkan oleh orang yang takut kehilangan
Menyerang kekurangan sebagai jalan untuk menang
Menyebar kemaluan untuk menyuburkan kebencian
Menebar kegilaan biar menuai dukungan.
Namun mosi tidak percaya sudah dibentangkan
Sepanjang jalan
Ketidakadilan dipaparkan
Pembungkaman ditelantarkan
Penolakan dilawan dengan kepalan
Pulang membawa kekalahan adalah pantangan
Sampai usulan diterima
Kesepakatan diberitakan
Kemerdekaan dibiarkan
Sampai masa itu tiba
Mosi tidak percaya tetap dijaga nyalanya.
-2021
Penulis tinggal di Maumere, menyukai buku. Menghabiskan sisa waktunya di Facebook, @Maxi L Sawung.