*Puisi

Oleh: Fritz Yofrilolis

Beranjak dari Lembata Menuju Tepi Jemari Ibu

Lembata tampak lebih tua

Sebab menjadi muda tak menjamin napas lebih lama

***

Di bawah kaki Lewotolok

Duka menjadi lebih lama

Lutut-lutut tegar runtuh berkeping-keping

Kekasih tak lagi ramah

Ia tak punya rumah

Hingga senyumnya

Menjadi luka

‘Aku baik-baik saja,

Sebab ibu sudah tenang’

***

Tak ada lagi tanah lapang tempat kaki-kaki berlumpur mencari tawa

Tak ada lagi ‘ori

Tuk sekedar melepas lelah dan jumpa

Lewo sedang mencari wajah baru lebih muda, sebab ia sudah terlalu tua untuk berdandan dan sekedar menjaga isi lumbung’

***

Lelah tak butuh lekas

Luka tak ingin lupa

Hanya ‘Wata Nuro Tou’

Untuk sekedar lebih lama merawat kenang

Hingga kelak ala wato an’a

Lebih merdu terdengar

Tak lenyap

***

Ahh

Lewotana Lembata

Air mata tak punya mata

Namun ia tahu

Mata mana yang tepat untuk mekar

Duka tak punya rasa

Namun ia tahu

Luka mana yang tepat untuk lelap

“Beranjaklah, ada Ina dengan jemari tua menungggu

Agar bersama kita menuju cahaya”

_______________

* Ori: Gubuk-Pondok (Bahasa Lamaholot)

*Lewo: Kampung (Bahasa Lamaholot)

*Lewotana: Kampung Halaman (Bahasa Lamaholot)

*Wata Nuro Tou: Nasi satu sendok-Sesendok nasi (Bahasa Lamaholot)

*Ala wato an’a: Bunyi meniti jagung (Bahasa Lamaholot)

*Ina: Ibu

__________

*Fritz Yofrilolis adalah Mahasiswa STFK Ledalero dengan hobi ‘mencintai hal-hal yang mustahil, salah satunya kamu’.