Ada Apa dengan Nusaku
//
Tepat di hari itu
Seketika langit berduka
Semesta dan segala isinya berkabung
Pada mulanya yang mendamba sukacita
Serasa lenyap oleh dukacita
Nusaku sedang tak baik-baik saja
Nusaku sedang kalut
Gelisah dan resah menyelimuti
Hati merintih pedih
Ada luka pada setiap insan yang menjerit
Tanah yang elok
Kini adalah tempat yang mengerikan
Rumah tempat rindu berpulang
Kini tak lagi nyaman sebab yang tersisa hanya puing kehancuran
Raga yang perkasa takluk pada murka semesta
Ada kehilangan
Ada kerinduan
Ada sesal mendalam
Ada luka yang menjalar menusuk perih
Air mata jatuh berderai
Seribu tanya dalam benak
Kepada Sang Maha
Ada apa dengan Nusaku
Di Atas Sajadah
//
Telah tiba waktunya
Sayup-sayup terdengar
Yang berkumandang
Memanggil lirih agar segera bergegas
Langkah tertatih disusuri jalan
Tiada cemas sebab kerinduan akan terobati
Oleh Dia yang nantinya bertemu
Yang Maha Menenangkan Jiwa
Allah Maha Segala
Lalu ditanggalkan yang seharusnya
Dibersihkan segala gelisah
Agar pantas bersua
Dan tepat di atas Sajadah
Lantunan ayat-ayat suci terucap
Pada sujud yang paling teduh
Ada syukur yang menggebu
Juga mohon agar dihapuskan yang salah dari antara silih
Hingga dihantarkan kepada amin
Untukmu Cinta Pertama
//
Aku mencintaimu sungguh
Setiamu kuteladani penuh
Ajaranmu kekal mengalir dalam jiwa
Kau imani Dia Sumber segala begitu juga aku
Pada jemari yang tak seelok dahulu
Kau genggam tanggung jawab yang teramat berat
Sepanjang langkah kaki yang Kau tapaki
Terselip harapan luhur lagi mulia
Juga setiap peluh yang bercucuran
Ada angan yang terus ingin Kau penuhi
Kepada jemari yang tak seelok dahulu
Ku pinta genggam erat jemari ini
Ajari aku bagaimana memaknai kehidupan sesungguhnya
Tetap bersamaku hingga waktunya tiba
Saat perlu Kau lepas untuk yang menyayangiku seperti dirimu padaku
Kepada jemari yang tak seelok dahulu
Ajari aku agar tetap menjadi yang bersahaja
Tetap tegar untuk bahu yang tak lagi kekar
Tetap lapang untuk hati yang selalu tabah
Aku mencintaimu
Pengalaman
//
Adalah milik semua orang
Tua ataupun muda
Laki-laki dan perempuan
Kaya hingga miskin papah
Tak terbatas selama masih ada napas
Yang terus ada dalam ingatan
Selama ada niatan untuk tak berhenti menapaki jejal kehidupan
Ia mengajari segala hal
Setiap bahagia mengajarkan bagaimana patutnya bersyukur
Begitu pun kala duka derita menghampiri
Yang dengannya kita terlatih merawat luka
Tak jarang kita cemas pada kenyataannya
Jatuh pada kesalahan yang tiada bedanya
Belum lagi trauma yang melilit
Kalau-kalau yang sama persis akan kembali terulang
Namun dengan begitu dipahami bagaimana waktu bekerja
Menghargai setiap proses tanpa protes
Sampai akhirnya pantas disebut guru yang baik
Adalah pengalaman
Maumere, April 2021
Penulis adalah mahasiswa Universitas Terbuka, Jurusan Ilmu Perpustakaan