Seandainya

Seandainya tidak kau tanam mawar pada ceruk matamu

Mungkin aku tak pernah berhasrat memetiknya

Hingga tanganku terluka karena durinya

 

Seandainya tidak kau pasang api pada ujung bibirmu

Mungkin aku tak pernah berhasrat memadamnya

Hingga kulitku terbakar karena panasnya

 

Seandainya tidak kau senandungkan rindu pada lagumu

Mungkin aku tak pernah merasakan cinta

Hingga jiwaku hangus karena rasa yang membara

 

Seandainya tidak kau hilangkan kata selamat tinggal dari kamus perpisahanmu

Mungkin aku tak pernah meneteskan air mata

Hingga hatiku hancur karena kenangan yang kau tinggalkan

 

Seandainya engkau menjadi aku

Mungkin kau akan merasa sepihnya hari tanpa diriku

Hingga perihnya luka yang aku sengajakan karena meninggalkanmu tanpa pamit

Tipumu

Malam ini, 

aku tak ingin lagi bersajak untukmu, pun berpuisi.

Engkau sendiri tahu, pagi tadi saat gerimis menyapa bumi, 

telah kukirim segenggam sajak untukmu 

sedang siang tadi saat gerimis telah pergi, telah kubaca 

sebait puisi untukmu.

 

Malam ini, 

aku tak ingin lagi berkisah denganmu, pun bercerita untukmu. 

Engkau sendiri tahu, senja tadi saat gerimis kembali hadir, 

kudapatkan dirimu di ujung taman dengan sepasang 

tangan melingkar pada pinggangmu.

 

Kutanya, ‘itu tangan siapa?’

Kau jawab segera,’ itu sahabatku’.

Lagi kutanya, ‘tapak siapa yang membekas pada jendela kamarmu?’

Engkau terdiam.

Mukamu memerah, amarahmu memanas, hasratmu

Membara!

 

Ah, engkau lupa menghapus jejaknya.

 

Penulis adalah Mahasiswa STFK Ledalero