Borong, Vox NTT- Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur (Pemkab) bakal mengembangkan sektor pariwisata berbasis masyarakat dalam rangka peningkatan ekonomi baru.
Sekretaris Dinas Pariwisata Kabupaten Matim Albertus Rangkak mengatakan, pemerintah setempat sudah menetapkan lima desa pariwisata melalui keputusan bupati. Kelima desa tersebut sebagai pilot project dalam pengembangan desa wisata.
“Ini nanti kita lebih kepada pelatihan masyarakat untuk peningkatan SDM,” kata Albert kepada wartawan usai diskusi Forum Floratama yang digelar Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) di Kantor Kopdit KMT, Selasa (20/04/2021).
Sedangkan, terkait dengan pengembangan ekonomi kreatif, Dinas Pariwisata Matim bakal berkolaborasi dengan dinas teknis lainnya.
Senada dengan Albert, Bupati Matim Agas Andreas mengatakan, salah satu misi pemerintah kabupaten itu, yakni mengembangkan ekonomi unggulan berbasis pertanian berkelanjutan, pariwisata berbasis masyarakat, industri kecil, koperasi dan UMKM, serta mewujudkan pembangunan desa berbasis budaya lokal.
BACA JUGA: Mimpi BPOLBF di Balik TOT Lintas Sektor
“Dalam misi ini salah satu program yang kita kembangkan adalah desa wisata,” kata Agas dalam sambutannya saat menutup kegiatan Forum Floratama tersebut.
Menurut Bupati Agas, dalam membangun sektor pariwisata pihaknya sudah menetapkan lima desa wisata di Matim. Kelimanya antara lain, Desa Colol, Golo Loni, Compang Ndejing, Bamo, dan Nanga Mbaur.
“Ini artinya, kita mau tempatkan desa sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi. Supaya masyarakat bertahan di desa, tidak lagi bermigrasi ke kota,” jelas bupati yang berpasangan dengan Jaghur Stefanus itu.
Ia kembali mengingatkan bahwa untuk membangun sektor pariwisata berkelanjutan, pemerintah tentu saja hanya bertugas sebagai fasilitator, menyiapkan infrastruktur, dan menyiapkan sumber daya manusia (SDM).
Harus diakui menurut dia, dalam pengembangan pariwisata di Matim akses jalan masih menjadi masalah utama. Untuk mengatasi persoalan infrastruktur ini, Pemerintah Kabupaten Matim bakal meminjam dana dari pihak ketiga.
BACA JUGA: Gema Konsep “Pentahelix” ala BPOLBF
Bupati Agas menambahkan, persoalan lain yang masih menjadi kendala seperti listrik dan air minum bersih, serta informasi dan teknologi (IT).
“Target saya tahun 2022 listrik di Manggarai Timur sudah sampai di desa-desa. Sedangkan untuk air, setiap desa harus punya program sambungan air rumah tangga, bukan lagi sambungan air desa,” jelas Ketua DPD PAN Matim itu.
Ia pun mengakui, bahwa membangun pariwisata berkelanjutan pemerintah tidak bisa bekerja sendiri tanpa berkolaborasi dengan pihak lain. “Kalau ini berjalan saya yakin ke depan kita bisa bangun pariwisata,” imbuhnya.
Sementara itu, Direktur Industri dan Lembaga BPOLBF Neysa Amelia mengatakan, pihaknya tidak bisa menentukan potensi pariwisata di Matim yang hendak dikembangkan ke depan.
Bagi Neysia, Pemerintah Kabupaten Matim sendiri yang mengetahui persis potensi wisatanya, kemudian beragam persoalan yang perlu mendapatkan solusi bersama.
“Forum Floratama ini bertujuan untuk mendiskusikan kembali, berkoordinasi, berkomunikasi, berkolaborasi dengan Pentahelix,” jelasnya kepada sejumlah awak media.
Konsep Pentahelix sendiri sebenarnya salah satu tawaran dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam pengembangan pariwisata di Indonesia. Pentahelix bertujuan untuk memastikan kualitas aktivitas, fasilitas, pelayanan, serta menciptakan pengalaman dan nilai manfaat pariwisata.
Di bawah konsep ini, BPOLBF terus menghimpun berbagai unsur seperti, pemerintah, masyarakat, akademisi, komunitas, pengusaha, dan media massa untuk bersatu membangun pariwisata.
“Untuk mencaritahu apa sih yang perlu dikembangkan, lalu pokok persoalan seperti apa, misalnya SDM, infrastruktur dan yang lainnya. Dari sinilah kita tahu apa yang perlu dikembangkan di Matim. Mungkin masalah SDM tidak hanya di Matim, tapi mungkin seluruh Indonesia,” ujar Neysa.
Ia pun menegaskan, BPOLBF siap mendukung Pemkab Matim dalam mengembangkan potensi pariwisata dan ekonomi kreatif ke depan.
Penulis: Ardy Abba