My Little Prayer
Tuhan sekiranya aku mungkin dapat menyenangkan hati-Mu,
Biarkan doaku pagi ini, bergelinding ke pintu hati-Mu
Semogaku menjadi pintahmu, layakkanlah
harapku pada lenganMu
hingga Engkau tak lupa tuk
menjadikannya nyata.
*Oleh Aken Ruing
Mungkin pagi ini terlalu dini bagiku untuk membayangi-Mu.
Begitu sulit untuk kulampaui karena dialamnya menyimpan sejuta kenangan yang abadi.
Bukan sekedar janji tapi cinta yang luar biasa.
Ada tangis, tawa, kecewa, harapan, penantian juga keberhasilan.
Semua terekam dalam memori dan tersimpan dalam kalbu-Mu.
Kucari kau tanpa tahu persis harus ke mana, sebab dalam waktu kita adalah cawan berisi angur yang siapku teguk dalam bejana-Mu hingga aku terhanyut mampus terjala dalam cinta-Mu.
Sebab cinta akan membangunkan kita di suatu subuh pada suatu perjumpaan yang menyatukan hatiku dan hati-Mu, ketika kita sama – sama tersangkut dijala nelayan tua yang tidak benar – benar menangkap tapi juga tidak akan melepasku.
Dengan menjalin ikatan dengan-Mu, aku percaya, aku tak akan kembali mengulang sedih-Mu.
Sebab aku tak ingin menebak kebisuan-Mu, aku takut mematahkan sebuah harapan dalam doa yang bersembunyi.
Aku kembali menyebut namamu Maryam dalam puisi doaku, bukan karena ingin memaksa Tuhan untuk menyatukan aku dan kamu menjadi kita.
Tapi aku menyebut namamu dalam bait puisi doaku, tak lain agar kita selalu kuat dalam mencintai DIA kekasih jiwa kita. Sebagai orang yang mencintai dalam diam.
Tak berani mengungkapkan. Kecuali hanya bisa menyemogakan lewat suara doa menjadi amin, aku menuliskannya dalam bentuk aksara bersama lingkaran bulan di atas lembaran kertas putih yang disaksikan tinta penaku.
Ahh, , takdir. . . Aku percaya sepenuhnya. Pertemuan dan perpisahan, adalah bagian dari takdir Cinta kepada DIA dalam mencintai-Nya.
Sore ini ku intip jendela kamarku, kulihat semburat warna langit yang cerah berwarna kuning keemasan.
Indah, tapi aku tak begitu suka karena aku pernah mengatakan kepadamu “aku tak mau memandang dua keindahan Tuhan sekaligus”.
Tapi nyatanya, dunia ini tidak ada kebetulan hanya ada takdir…
Namun Maryam.. Tuhan terlebih dahulu menyapamu dalam diam dan heningnya malam; “Apakah kamu benar – benar bersedia memberikan nyawamu sendiri untuk mencinta-Nya,?”
Maryam tanpa ragu sedikit pun menjawab: “Yah”
Dengan pedih hati, Tuhan menarik napas;
“Apakah kamu menyesal..?”
Dengan suara yang tertatih Maryam menjawab “Tidak”
“Memang cinta tak harus memiliki, memang cinta butuh pengorbanan, memang cinta adalah salib… Dan semua itu terjadi padanNya”.
Maryam…!
Sejuk mu begitu luruh ku pandangi dalam gelap malam, sebenarnya aku tak sengaja mencintaimu, tapi tak terduga rindu padamu, hingga tak terencana Tuhan terlebih dahulu memilikimu.
Tapi beginilah yang di atas menakdirkanmu untuk jadi milik-Nya. Walau rasanya aku berat meninggalkanmu.
“Banyak yang mengatakan makna cinta sendiri itu sebenarnya apa?”
Entalah aku sendiri pun tidak tahu pasti apa makna itu sebenarnya tapi yang pasti disini aku menuliskan lewat puisi doaku bercerita tentang cinta yang terdalam, ada banyak jenis cinta yang didunia ini, begitu pun cinta yang paling terdalam yaitu “Cinta Dia yang Tersalib”.
Pada dinding langitku yang biru, kuingin menorehkan sajak – sajak rinduku padamu Renjani agar saat engkau tengadah, rinduku tersampaikan padamu.
Di antara bintang – bintang, ingin kutulis tentangmu yang selalu menggodaku dengan secercah senyuman pada bibir manismu.
Hingga pada akhirnya bila,
masih mungkin, ingin kurangkai moga
dan pintaku bersama doa sucimu hingga kelak terukir kita dalam keabadian.
Maryam…Tak apa untukmu aku rela mati bersamaNya
Maafkan aku yang mencintaimu
tapi kadang lupa untuk tahu diri.
Mencintaimu aku seutuhnya untuk disalahkan.
Kadang Mencintaimu orang bilang hal yang bodoh tapi bagiku mencintaimu adalah yang patut ku syukuri bahwa mengenalmu aku mengerti apa arti salib sesungguhnya.
Meski kenyataan itu sering membuatku sakit hati tapi paling tidak mencintaimu mengajariku menerima remah – remah yang jatuh dari meja tuan dengan lapang dada untuk tahu diri, bukan memaksa perasaanku sendiri.
Cinta-Mu anugerah terindahku. Seperti halnya mencintai-mu tak perlu banyak basa – basi yang tak perlu ku jelaskan aku ingin menenggelamkan diriku.
Cintamu selalu bisa menenangkan segala hal yang gusar itulah sebab mengapa aku selalu mengajakmu berdoa dan duduk berlama – lama, terkadang diam membisu, kita hanya menikmati udara sambil saling menatap seperti menatap tabernakel dalam kita berkata – kata di dalam hati kita masing – masing.
Masihkah kau ingat aku mengajakmu ke Katedral untuk mengunjungi sakramen semua itu aku ingin kau seperti tubu Tuhan dalam rupa roti yang senantiasa utuh di dalam monstran.
Dalam hati aku selalu memanjatkan doa agar aku selalu menetap dalam hatimu. Aku suka segala tentang-Mu terlebih dalam mencintai semua tanpa memilih. Ingin rasanya ku peluk dan tidak kulepas berlama – lama.
Cintamu adalah langit yang teduh dan meneduhkan begitulah aku selalu terpesona oleh cintamu.
“Maryam. . . Kehilanganmu adalah takdir, mencintai DIA tidak mesti memiliki, namun memiliki dan mencintai Dia harus benar baik – baik memiliki-Nya”.
@Tuhan sang penggoda
Maumere, Kamis 22 April 2021
Profil Penulis:
Yoakim Lango Ruing lahir di Lerahinga – Lembata NTT. Aken Ruing adalah nama pena dikenal sebagai seorang yang puitis. Menulis menjadi cita – citanya karena dengan menulis Yoakim Lango Ruing bisa lepas dari penderitaannya.