Oleh: Filmon Hasrin, jurnalis VoxNtt.com
Kesadaran tentang pendidikan untuk beberapa tahun terakhir cukup tinggi. Buktinya, sudah banyak anak yang mengenyam pendidikan.
Bahkan tidak peduli lagi dengan kondisi alam seperti panas terik, hujan, banjir, tanah longsor, dan angin kencang. Tidak lagi memandang ekonomi lemah dan cacat fisik, tetapi mereka tetap berjuang.
Artinya, kesadaran itu benar-benar tumbuh dan ingin menjadi petualangan intelektual di lembaga tertentu. Sebab, bekerja tanpa berpikir menuai banyak kejanggalan.
Setidaknya hal utama yang perlu dipelajari adalah membaca, menulis, memahami lalu mempraktikkannya.
Kemudian, apa yang ada di dalam pikiran mesti ada di lapangan, itulah kekhasan teori modern.
Selain pentingnya mengenyam pendidikan melalui lembaga tertentu, ternyata kegiatan ekstra lainya juga tidak kalah penting untuk perkembangan pendidikan anak-anak.
Misalnya, pentas seni, nobar, sebagaimana yang digiatkan oleh anak muda Desa Pong Ruan, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur dalam pelukan tema “Pendidikan Yang Membebaskan” pada Selasa, 20 April 2021 lalu.
Kegiatan ini diinisiasi oleh Orang Muda Desa Pong Ruan Lewat OMK Stasi Gulung. Di bawah tema tersebut disajikan film yang berjudul “Denias: Senandung Di Atas Awan.”
Tujuan kegiatan ini untuk menggalih respon masyarakat terhadap eksistensi Orang Muda Desa Pong Ruan, salah satunya orang muda peduli dengan kondisi Desa saat ini.
Adapun Pesan moral yang ingin disampaikan dalam dalam film ini yakni dari aspek pendidikan.
Pendidikan dinilai sangat penting untuk semua kalangan terlebih khusus generasi muda.
Aspek ekonominya, bagaimana untuk mendapatkan pendidikan yang layak bagi setiap insan generasi dan tentunya kondisi ekonomi bukan menjadi alasan sebagai faktor penghambat.
Lalu, faktor budaya. Setinggi apapun jenjang pendidikan yang kita tempuh tidak menjadikan kita asing terhadap budaya lokal.
Sementara itu aspek sosialnya, kesenjangan dan diskriminasi adalah konflik sentral yang harus dipecahkan dalam ruang lingkup kehidupan sosial masyarakat terlebih khusus Indonesia Timur.
Refleksi kondisi terkini untuk lembaga pendidikan yakni nasib tenaga pendidik yang kurang diperhatikan, akses yang sangat sulit, sarana dan prasarana yang minim, pemberlakuan kebijakan yang otoritatif, dan diskriminasi dalam ruang lingkup pendidikan semakin parah.
Sehingga harapan pasca-menonton film ini, cara pandang dan pikir masyarakat terhadap pendidikan perlahan berubah.
Selain itu, beberapa anak muda Desa Pong Ruan juga mengadakan Taman Baca Masyarakat (TBM) yang terletak di Kampung Kakang.
TBM ini tidak hanya ada di Desa Pong Ruan tetapi di desa tetangga yaitu Desa Ruan juga sudah ada dan saat ini sedang dalam proses pengadaan buku.
TBM Desa Ruan, “Lentera Ilmu,” digerakan oleh orang muda bernama Yon Sahaja.
Kegiatan seperti ini seharusnya tidak hanya dilakukan di kota-kota, tetapi di kampung-kampung juga harus menjadi agen utama untuk perubahan dunia.
Untuk mengadakan kegiatan seperti ini tentu tidak mudah dan tidak asal jadi karena di dalamnya butuh orang-orang progresif, yang benar-benar peduli dengan pendidikan.
Orang-orang progresif ini hadir membawaserta dengan latar belakang yang berbeda pula, baik dari segi pendidikan maupun pengalaman berproses di organisasi masing-masing seperti, PMKRI, GMNI, LMD, dan organisai lainnya atau yang tidak berorganisasi tetapi punya jiwa perjuangan.
Prinsip yang dibangun oleh anak-anak muda Desa Pong Ruan dengan menyatukan hati dan pikiran, membangun desa secara kolektif untuk perkembangan Sumber Daya Manusia (SDM) di desa.
Ketika SDM dinomorsatukan maka pembagunan lainnya akan terwujud.
Peneluran ide-ide bisa membidani perubahan pembagunan fisik dan cara pikir yang baik dan benar di tengah masyarakat.
Cara pikir yang baik dan benar mesti tetap ada lewat suara maupun gerakan di tengah ketidakberesan pemerintah di desa, kabupaten, provinsi maupun Indonesia seluruhnya.
Tidak perlu merasa heran ketika anak-anak sekolah sekarang memberikan komentar tentang infrastruktur jalan yang buruk atau mengomentari hal aneh lainnya yang terjadi di dalam sistem pemerintahan kita.
Artinya, apa yang telah dipelajari oleh anak-anak terbukti di tengah masyarakat meskipun masih dalam tahap awal untuk sebuah perubahan.
Pendidikan yang Membebaskan
Tujuan pendidikan adalah untuk membebaskan manusia dari segala ketidaktahuan, memperhalus perasaan, dan supaya mampu berdaya saing.
Pembebasan ini juga adalah salah satu cara untuk melawan cengkeraman para penguasa yang bertindak seenaknya terhadap masyarkat atau pekerja. Tidak tunduk pada kebohongan dan sikap memeras.
Selain itu, pendidikan juga bisa melawan napsu diri sendiri, melawan nafsu penguasa apalagi jika nafsu itu merugikan diri sendiri dan orang lain.
Kehadiran kaum muda di tengah masyarakat perlu diapresiasi jika tujuannya baik dan ingin berdemokrasi secara baik dan benar untuk membangun Indonesia dari desa.
Segala urusan untuk sebuah kemajuan desa mesti terlebih dahulu mengedepankan cara berpikir yang baik dan benar.
Jika perasaan seringkali meninabobokan para pelaku kejahatan di tengah masyarkat maka rombaklah itu dengan logika yang benar.
Berani melawan keburukan itu tentunya karena sudah dibekali oleh pengetahuan dan mental supaya bisa menyikapinya dengan baik dan benar pula.
Kaum muda di desa dan TBM adalah dua fakta yang tidak boleh tidak ada. Keduanya saling melengkapi, manusia cerdas karena membaca dan TBM ada karena manusia.
Karena itu, TBM tidak boleh dibiarkan krisis semisal buku kurang atau buku berkualitas tidak ada.
Di situlah kaum muda bergerak untuk mengadakan buku-buku tersebut supaya pembaca juga semakin banyak dan tentunya pengetahuan masyarkat semakin bertambah.
Cinta pendidikan, cinta perubahan, dan kaum muda adalah corong masa depan.