Oleh: Yohanes Mau
Hari pendidikan nasional (Hardiknas) hanyalah seremonial tahunan semata yang tidak membawa kemajuan signifikan di bidang pendidikan di negara NKRI.
Hal ini nyata dalam realitas minimnya semangat membaca dan menulis di kalangan guru dan peserta didik.
Di sini saya melihat adanya budaya malas tahu akan adanya besok yang baru.
Bisa diperhitungkan berapa pendidik dan peserta didik yang menulis di media lokal dan nasional.
Hal ini menunjukkan hilangnya pendidik dan peserta didik di tengah peradaban dunia kini.
Artinya, dunia kini dibiarkan hampa tanpa isi yang berarti. Inilah realitas suram pendidikan di negeri ini.
Negeri yang kaya akan segalanya, namun miskin dalam meninggalkan jejak abadi untuk generasi berikut.
Saya menulis dengan kata kunci besok yang baru. Besok yang baru itu adalah sesuatu yang digores hari ini dan diabadikan dalam tulisan di media lokal atau nasional akan hal baru bagi semua pembaca.
Lewat media orang akan tahu ternyata figur ini masih hidup walaupun jasadnya telah tiada.
Hal ini hanya terjadi lewat membaca dan menulis. Tanpa menulis maka selesailah ziarah seorang anak manusia tanpa jejak.
Perginya adalah hilang abadi. Tegahkah hatimu membiarkan pergimu sebagai lenyap tanpa jejak?
Besok yang baru menjadi baru bila generasi peserta didik dan guru yang mampu meluputkan diri dari sejarah lenyap.
Lenyap artinya setelah tiada dari dunia ini ia hilang dari sejarah hidup. Karena segala yang ada padanya ia bawaserta.
Tidak tinggalkan sedikit pun untuk anak cucunya. Betapa egois dan nyamannya manusia dengan segala totalitas diri hingga lupa generasi berkut.
Besok yang baru adalah saat guru dan peserta didik yang sedang tidak membiarkan keseluruhan totalitas diregut oleh suntikan Covid-19 dan aneka virus lainnya.
Besok yang yang baru seperti mereka yang selalu hadir dengan tawaran ide dan gagasan baru dan segar.
Sedangkan mereka yang tidak menulis dalam ziarah hidup adalah mereka yang sedang membiarkan dirinya mati secara perlahan, selanjutnya hilang bersama waktu di dalam sejarah hidup umat manusia pada fase berikutnya.
Para guru dan peserta didik, lantas apa yang mesti engkau tinggalkan untuk anak-anakmu nanti?
Cukupkah Anda hanya bercermin pada cermin orang lain? Barlah mereka cukup baca saja naskah Pancasila bersama para gurunya yang setia.
Naskah pancasila itu hasil karya orang lain bukan hasil karya guru. Guru hanya setia baca dan terus membaca tanpa ada rasa beban kapan mesti saya menulis dan orang lain bisa baca hasil karya saya?
02 Mei semonial tahunan tidak pernah meninggalkan jejak basah yang tetap basah. Jejak itu kering dan kering bersama musim yang tak menentu.
Momen 02 Mei antara ada dan tiada hanyalah goresan sejarah yang merangsang nafsu pendidik dan peserta didik hadir secara seremonial.
Mari kita berdoa supaya pendidik dan peserta didik masih ada di tengah derasnya badai musim.
Mari kita tunggu pendidik-pendidik dan peserta didik kreatif seperti yang dimiliki SMAK Regina Pacis Bajawa, Kabupaten Ngada, Provinsi NTT dan di beberapa sekolah lainnya di sekitar rumah Indonesiaku.
Penulis kini tinggal di Zimbabwe-Afrika