Oleh: Yohanes A. Loni
“Pemimpin yang baik dalam sistem demokrasi bukanlah pemimpin panutan. Dia tidak usah berpretensi menjadi pemimpin yang tanpa cela atau bebas dari segala catat. Secara demokratis, pemimpin yang baik hanya perlu tunduk pada pengawasan publik, baik pengawasan melalui hukum yang berlaku, maupun kontrol sosial oleh para warga.
Pemimpin yang baik harus diandaikan bisa melakukan kesalahan, tetapi dia harus siap untuk dikoreksi. Legitimasinya harus terjamin kalau dia mempunyai moral courage untuk mengakui kesalahannya, memperbaikinya, dan bersedia menerima sanksi akibat kesalahan tersebut. Jalan ini jauh lebih menguntungkannya secara politik daripada kalau dia berkelit dengan berbagai dalih bahwa dia tak melakukan kesalahan apa pun (Ignas Kleden, kompas, 6 Juni 2006, hlm. 7.)
Secara pribadi saya belum pernah bertemu face to face dengan Agas Andreas, hanya sempat melihat fotonya di berbagai media sosial.
Sosok Agas Andreas hemat saya memiliki kepedulian sosial yang cukup untuk membangun Manggarai Timur.
Membangun Manggarai Timur merupakan suatu kewajiban yang harus dituntaskan oleh Bupati Agas Andreas dalam masa jabatannya.
Pemimpin yang bermoral baik terhadap rakyatnya merupakan tugas mulia untuk saling mengisi, melengkapi dan membangun komitmen pembangunan Manggarai Timur ke arah yang lebih baik.
Moralitas pemimpin Agas Andreas harus menjadi kekuatan etos dalam perjuangannya Manggarai Timur. Tak ada kata menyerah. Tak ada dusta.
Pemimpin berani bersumpah di hadapan masyarakat jika gagal membangun Manggarai Timur dan relakan tinggalkan garuda di dadanya.
Sebab pemimpin harus diperjuangkan dan terwujud aspirasi dari seluruh elemen masyarakat Manggarai Timur.
Aspirasi dari rakyat tentang masalah infrastruktur dan persoalan sosial lainnya yang sampai hari ini belum ditepati seharusnya dituntaskan sebelum masa jabatan berahkir.
Jabatan pemimpin hanyalah alat dan sarana pengabdian. Kepentingan rakyat menjadi obsesi seluruh tugas pelayanan.
Pemimpin adalah man the other’s. Karena itu, ketika bupati Agas Andreas gagal merealisasikan keinginan rakyat yang telah dijanjikan berarti mengkianati janji politiknya.
Manggarai Timur menjadi daerah otonom sebagai keberhasilan bersama, tidak berlagak pahlawan. Pemimpin Agas Andreas harus menerima kritikan menghadapi realitas sosial politik kemasyarakatan.
Moralitas Pemimpin: Sebagai Landasan Bertindak
Dalam politik, moralitas merupakan faktor sangat penting. Moralitas menjadi elemen yang menentukan karakter seorang pemimpin.
Karena nilai-nilai moral menjadi landasan dalam bertidak, dalam berperilaku, dan juga dalam membuat keputusan-keputusan.
Dengan nilai-nilai itu, seorang pemimpin akan dimampukan untuk memaknai jabatan yang dipercayakan padanya sebagai amanah dan tanggung jawab yang kemudian bisa diejawantahkan melalui keputusan-keputusan etis dan implementasi-implementasi yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan serta keadilan.
Seorang pemimpin itu harus bisa menjadi contoh, panutan, dan teladan bagi rakyat, juga bagi mereka yang ada di bawah struktur kepemimpinannya.
Dengan integritas yang dimiliki, seorang pemimpin dapat menepati kata-kata dan janji-janji untuk sebuah tata kelola pemerintahan yang baik untuk kondisi kerja suportif dan positif serta untuk hubungan kerja yang konstruktif dan bermartabat.
Tanpa identitas moral yang jelas, jika itu terbukti nyata dalam rekam jejaknya, landasan tindakan dan perilaku pemimpin dalam menjalankan amanatnya akan segera dipertanyakan.
Merujuk pada pemikiran Imannuel Kant bahwa moralitas dan politik itu adalah dua perkara saling berketergantungan, yang berarti tidak bisa dipisahkan satu sama lain, maka untuk sebuah praktik politik yang baik, seorang pemimpin tidaklah boleh cacat moral dan cacat perilaku.
Manggarai Timur: Singkirkan Virus KKN
Kedudukan Kabupaten Manggarai Timur dalam konteks ekonomi regional ke depan sangat menjanjikan.
Kabupaten Manggarai Timur akan membentuk tata jenjang pusat pelayanan yang didukung jaringan transportasi, sarana dan prasarana yang memadai.
Jaringan transformasi berupa sistem dan subsistem terpadu dengan memenfaatkan potensi wilayah yang pada gilirannya berdampak bagi masyarakat Manggarai Timur sendiri.
Kondisi itu pula, pada tataran pertumbuhan ekonomi konteks kabupaten dapat meningkatkan daya saing antara wilayah secara positif.
Untuk mencapai tujuan itu, strategi dan dan titik star menata Manggarai Timur sangat menentukan. Dari mana harus mulai membangun Manggarai Timur sangat berpengaruh keberhasilan kelak.
Pola yang perlu mendapat perhatian adalah menata kembali semangat kebersamaan, jiwa pejuang pemimpin, dan daya saing sehat antara pemerintah, dunia usaha dan civil society.
Tiga komponen ini menjadi medium utama dalam menyukseskan pembangunan di Manggarai Timur dengan beran sebagai obyek sekaligus subyek pembangunan.
Di samping itu perlu dukungan pengolahan keuangan daerah dan negara secara profesional dan akuntabel.
Caranya melalui alokasi dan komposisi dana lebih proporsional berdasarkan basis kinerja.
Basis kinerja hanya mungkin apabila ada dukungan penataan birokrasi pemerintahan yang profesional pula.
Jika semua komponen dan strategi dikelola secara baik, maka pola pembangunan kolegial berpartisipatif bisa tercapai dengan baik. Rakyat sejahtera, adil dan makmur.
Kita harus pahami bahwa Manggarai Timur di bawah kepemimpinanan Agas Andreas ibarat ‘sebuah perahu’ raksasa yang hendak berlayar.
Dengan disahkan Manggarai Timur menjadi daerah otonom oleh DPR RI, Selasa tanggal 17 Juli 2007 (Pos Kupang, 18 Juli 2007) maka perahu Manggarai Timur mulai hak berlayar.
Pada saat berlayar pembentukan kebersamaan dan keterlibatan semua komponen agar ‘penumpang’ rakyat Manggarai Timur aman dan damai.
Aspek kesehatan, pendidikan, infrastruktur, fasilitas umum dan khusus, penerangan listrik air, pengembangan usaha ekonomi produktif dan kebutuhan lainnya harus berjalan serentak.
Kita bangga, cita-cita kesejahteraan di semua aspek itu didukung potensi yang besar pula.
Ada jagung, padi, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, tomat, lombok, kentang, bawang merah, kopi arabika, kopi robustha, cengkeh, dll.
Ada ada kawasan wisata seperti danau Ranamese, Cepi Watu, air terjun Gunca Celo, danau Rana Gepeng, Ngadong, Rana Kulan.
Liang Tago perkampungan Kalong, taman laut Kurbaja, dan laut Wae Wole.
Ada juga cagar budaya dan sejarah seperti bukit perisai, ujung Rotok, batu tonjong, Compang Watu, gua Cin Coleng, Gola Munga dan Tiwo Cewo.
Itulah sebagai potensi yang harus diberdaya secara maksimal agar bernilai ekonomis.
Namun, untuk mengatur kesimbangan pembangunan yang dicita-citakan itu pembentukan pejabat dan dukungan SDM birokrasi yang baik dan memadai.
Kita butuh desainer, yang handal, bukan karbitan, balas jasa atau figur ambisi mau jadi pejabat.
Figur pejabat yang harus dipercayakan punya visi dan misi dan obsesi. Figur pelayan bukan ambisi dan bermental KKN ‘perahu raksasa’ bernama Manggarai Timur akan berlayar menuju dermaga peraduan dan cita-cita bersama.
Kita butuh figur yang memiliki kapabilitas pribadi seimbang. Cerdas secara ilmu dan emosional, konseptual dan rasional ramah dalam cara dan komitmen dalam pengabdian.
Figur yang tahu bagaimana titik berangkat menghidupkan mesin perahu Manggarai Timur.
Sebab titik star akan menentukan keberhasilan Manggarai Timur ke depan. Bukan tipe yang urus perut sendiri, keluarga dan kroni-kroninya.
Kita sadar daerah Manggarai Timur rawan ‘segala penyakit’ penyakit KKN, gizi buruk pelayanan. Bisa saja ada pejabat hanya singgah sebentar di Manggarai Timur hanya mau dongkroak jabatan eleson.
Bisa saja ada pejabat hanya cari keuntungan di Manggarai Timur, lalu berbalik arah merebut kursi nomor satu di Kabupaten Manggarai.
Ada juga pejabat cari enak. Kita harus waspada. Manggarai Timur bukan terminal singgah bagi PNS. Salah memulai, Manggarai Timur akan hancur berantakan berkeping-keping, masyarakat tetap miskin (Pos Kupang, 24 Juli 2007).
Kita harapkan pemimpin/figur yang bersih, sehat jasmani, dan rohani. Tugas pemimpin harus melakukan kunjungan kerja ke seluruh pelosok daerah serta memberi motivasi kepada masyarakat tentang makna pemekaran.
Sangat disayangkan jika visi pemekaran tidak tercapai hanya karena kekeliruan menentukan figur penjabat.
Penjabat harus memiliki kompetensi yang jelas, kemampuan perencanaan dan komitmen tulus untuk kepentingan rakyat Manggarai Timur di bawah kepemimpinan bupati Agas Andreas.
Penulis adalah mahasiswa Awam STFK Ledalero. Dia juga Ketua Ikatan Mahasiswa Manggarai di Maumere (IMAMM)