Oleh: Yohanes Mau
Memberi dan menyediakan lapangan kerja bagi orang lain adalah jenis perbudakan modern.
Dikatakan demikian karena manusia menjadikan sesama sebagai budak atas lahan kerja yang disiapkannya.
Kebebasan karyawan sering dikebiri demi keuntungan tuannya. Segala ruang geraknya dibatasi oleh aturan.
Seorang tuan atau bos yang berakal budi manusia mesti memandang sesama sebagai ciptaan Tuhan, maka ia tidak mempekerjakan orang lain sebagai karyawan yang nyatanya adalah budak modern.
Tuan memperlakukan aturannya dan memberikan gaji sesuai standar dan lain sebagainya.
Bahkan tuan pemilik perusahaan selalu bertindak sewenang-wenang untuk menentukan nasib seorang karyawan.
Di sini para karyawan tidak banyak protes akan segala tindak tidak adil dari bosnya.
Karyawan taat secara mutlak tanpa banyak berbahasa. Artinya karyawan bekerja dalam diam agar tetap bertahan hidup.
Ya, karyawan adalah mereka yang taat secara struktural walaupun sering tidak diperlakukan secara adil. Inilah realitas suram tak tersadari selama ini.
Mengapa aryawan dikatakan budak modern? Karena tuan pemilik lapangan pekerjaan pandai berlakon untuk mengais keuntungan demi kekayaan diri dan keluarga, serta ingin bersaing dalam sandiwara realitas hidup dengan yang lain.
Karyawan bekerja ikuti kemauan tuannya. Andai saja tuan pemilik perusahaan memiliki hati, maka ia tidak perlu merekrut karyawan.
Hal yang mesti ia lalukan adalah bagaimana membagi kemampuan sumber daya manusianya itu secara bijak agar sesama yang lain juga hidup mandiri tanpa harus menjadi budak di lahan kerjanya.
Bila ada pemimpin negeri yang berpikir seperti ini maka terpujilah dia.
Tuan yang berakal budi adalah dia yang mampu melihat wajah Tuhan dalam diri sesama dan menaruh belaskasihan agar hidupnya menjadi berkat bagi dunia.
Tuan berhati adalah dia yang tidak melihat sesama sebagai aset untuk memperkaya diri dan keluarganya.
Tuan yang baik adalah dia yang mencairkan segala totalitas diri demi bahagia yang lain.
Ia relah menjelmakan segala kemampuannya demi bahagia yang lain.
Ia yang mampu menaburkan kebaikan kepada sesama agar hidup tetap ada dan layak dihidupi hingga saat itu tiba.
Kapan perbudakan modern akan berakhir? Pembudakan modern tak akan pernah terkalahkan dan berakhir karena para pemilik lapangan kerja adalah mereka yang rakus dan tamak akan nikmat dunia.
Mereka haus dan lapar tanpa kenal waktu dan musim. Mereka selalu mencari dan terus mencari untuk puas.
Bahkan semakin banyak mendapatkan kelimpahan, hasrat mereka semakin menggebu. Mata mereka tersilau oleh cahaya harta duniawi. Hati tertutup oleh timbunan kekayaan.
Mari kita buka wawasan sesama dengan cara yang sederhana yakni memberdayakan mereka untuk mandiri di atas kaki sendiri.
Karena hakekatnya Allah menciptakan manusia sebagai sahabat atau rekan dalam mega proyek yang disebut keselamatan umat manusia.
Coba tengoklah hal konkret yang sedang terjadi di Manggarai Raya. Cara komisi Justice, Peace and Integrity of Creation (JPIC) SVD Ruteng memblokir kemiskinan dengan cara memberdayakan orang kecil lewat berkoperasi, bertani dan berkebun secara modern.
Inilah cara sederhana yang ditawarkan oleh para tim JPIC SVD Ruteng di Manggarai Raya.
Membuka wawasan orang-orang kecil dan memberdayakan mereka untuk berdiri di atas kaki sendiri.
Kalau mau menghapus perbudakan modern mari kita belajar dari JPIC SVD Ruteng.
Mereka telah memulainya dari hal kecil yang selalu luput dari keseharian hidup kita.
Kita bercermin diri bahwa hidup hanyalah sementara dan kita adalah cinta.
Segala yang ada pada kita anugerah cuma-cuma dari sang Hidup, maka berikanlah dengan cuma-cuma pula agar kita tak merasa nyaman dengan apa yang ada pada kita.
Mengorbankan rasa nyaman bagi yang lain adalah cara mulia bagaimana untuk mendapatkan kenyamanan abadi bila saat nanti tiba.
Jadikanlah hidup ini berguna bagi yang lain. Jangan menjadikan hidup untuk mendapatkan hal-hal yang tak perlu untuk didapat. Mari cairkan hati dan berikanlah. Jangan tahan-tahan.
Penulis warga Lamaknen-Belu Utara
Kini sedang bertualang di Zimbabwe-Afrika.