Oleh: Yohanes A. Loni
Bangsa ini belum bisa menyatukan dirinya sebagai sebuah bangsa yang besar.
Persatuan yang diamanatkan dalam Pancasila belum bisa diemban dengan baik, bahkan muncul tendensi bahwa Pancasila semakin hari semakin digugat keberadaannya sebagai dasar negara.
Hampir setiap hari dalam media massa dijumpai berita tentang perilaku para elit politik yang lebih suka mengedepankan kepentingan pribadi dan kelompoknya.
Kepentingan masyarakat dan negara diletakan di tempat yang jauh lebih rendah daripada hasrat untuk berkuasa dan mendapat kekayaan.
Partai-partai politik ternyata lebih suka mengejar kekuasaan daripada memperjuangkan kesejahteraan rakyat.
Negara Indonesia mempunyai para pendiri yang buah pikirannya sangat brilian. Pada saat mempersiapkan kemerdekaan, mereka saling melontarkan gagasannya demi mencari dasar yang kuat berdirinya bagi bangsa ini.
salah satu tokoh yang hendak dijadikan rujukan utama dalam tulisan ini adalah Soekarno.
Soekarno pernah mengusulkan Pancasila. Bahkan ia merangkum Pancasila dalam satu kata:“gotong royong!”.
Soekarno ternyata merancang suatu paham negara gotong royong bagi bangsa Indonesia.
Aneka masalah antargolongan, suku dan agama akan disimak dalam kerangka negara gotong royong menurut Soekarno sehingga permasalahan akan menukik pada: pertama, apa sesungguhnya sehingga “gotong royong” yang diusung oleh soekarno (sampai-sampai paham “gotong royong” ini dijadikan sebagai sari pati dari Pancasila?; dan kedua, bagaimana kemudian mengontekstualisasikan semangat gotong royong sebagaimana dicita-citakan Soekarno dalam era dewasa ini menuju Indonesia yang lebih baik?
Aneka permasalahan bangsa Indonesia jangan-jangan disebabkan karena tidak ada atau menipisnya semangat gotong royong.
Gagasan Mengenai Pancasila
Pancasila ditawarkan oleh Soekarno sebagai philosofische Grondslag (dasar, filsafat, atau jiwa) dari Indonesia merdeka. Kemauan dan hasrat untuk merdeka, menurut Soekarno, harus mendahului perdebatan mengenai dasar negara. Mengapa? Karena buat apa membicarakan dasar negara jika kemerdekaan tidak ada?.
Dari sini bisa dimengerti logika berpikir Soekarno yang terlebih dahulu menggelorakan semangat untuk merdeka.
Soekarno dengan mengatakan bahwa prinsip negara ini adalah gotong royong, ia mau mengatakan bahwa tidak boleh ada lagi klaim-klaim golongan, pribadi, kelompok, dan kelompok apapun yang hendak memperjuangkan kepentingan mereka sendiri di atas kepentingan bersama.
Artinya, sebenarnya tidak boleh ada klaim mayoritas dan minoritas! Tidak boleh ada klaim warga pribumi atau peranakan! Tidak boleh ada lagi klaim kaya atas kaum miskin!
Mengapa? Karena kalau ada klaim-klaim tersebut, untuk apa Indonesia merdeka? Bukanlah semua itu bentuk dominasi dan penjajahan baru? Lebih dari itu, dengan mengatakan gotong royong adalah prinsip dasar negara Indonesia.
Soekarno hendak mengatakan bahwa Indonesia didirikan untuk menjamin kepentingan semua warga Indonesia, apapun agamanya, golongannya, sukunya, dan keadaan ekonominya.
Gotong royong bukanlah sikap kekurang beranian, kurang percaya diri, ataun sikap mandiri. Gotong royong tidak selalu berarti orang-orang sekampung menyambung ketika terkena musibah.
Gotong royong berarti bahu membahu dan saling bergandeng tangan. Ini adalah sebuah “kesadaran” bahwa semua negara adalah putra-putri ibu pertiwi, memiliki hak dan kewajiban yang sama, walaupun aplikasinya pelaksanaannya, penerjemahannya dalam hidup seharai-hari bisa berbeda.
Gotong royong adalah prinsip yang dinamis, bahkan lebih dinamis dari kekeluargaan. Gotong royong menggambarkan suatu usaha bersama dan saling bantu demi kepentingan bersama.
Lebih lanjut, secara tegas soekarno hendak mengusung dimensi kerja sama dari semua bawahannya tanpa memandang partai, golongan, dan agama. Gotong royong ini tidak memihak siapa pun, terutama mayoritas:
Saya menghendaki sekedar perdamaian nasional. Saya sekedar ingin mengadakan cara pemerintah gotong royong dengan tidak memihak sesuatu pihak.(Seokarno)
Jiwa gotong royong dan semangat kekeluargaan adalah nilai pontensial yang ada di bumi Indonesia. Semangat gotong royong karena terdorong oleh panggilan dan kodrat manusia karena bulatan panggilan sejarah yang sama.
Gotong royong merupakan keseimbangan antara kebutuhan/kepentingan individu dalam hubungannya dengan kepentingan masyarakat yang terjadi secara timbal balik. Mengapa demikian? Karena hidup manusia (teruatama Indonesia) mengalami kepenuhannya dalam relasi dengan masyarakatnya.
Hal demikian tercermin secara mengagumkan lewat mekanisme musyawarah untuk mencapai mufakat dalam mengatasi setiap masalah supaya tidak terjadi benturan antar individu.
Gotong Royong menggambarkan secara filosofis manusia dan bangsa Indonesia. Gotong royong mengandaikan pengakuan akan yang lain (manusia dan Tuhan), kebersamaan, kerja sama demi keadilan, dan musyawarah.
Gotong royong merupakan simbol kekhasan masyarakat Indonesia yang mengedepankan kebersamaan. Keberagaman diakui dan kesatuan sebagai bangsa dijunjung tinggi di dalam alam kebersamaan. Gagasan kebersamaan, kebangsaan, keadilan, dan kesejahteraan menjadi idaman rakyat dan tujuan negara ini.
Pancasila, yang dijiwai oleh semangat gotong royong, melebur segala perbedaan sosial. Inilah letak keunggulan Pancasila sebagai landasan ideal bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, bahkan bermasyarakat.
Analisis filosofis menunjukan bahwa gotong royong adalah filosofi hidup yang mengakar lama dalam budaya Indonesia, dan kemudian diusulkan menjadi dasar negara.
Bangsa Indonesia dahulu memang belum berpikir mengenai suatu filsafat yang sistematis bagi hidup bersama, akan tetapi nilai-nilai filosofis yang berkembang sejak dulu kala kemudian dististematisasi oleh Soekarno, dan kemudian diringkasnya menjadi gotong royong.
Makna gotong royong yang didengungkan oleh Soekarno sebenarnya konsisten dengan pidato pada 21 Februari 1957 ketika membentuk Kabinet Gotong-Royong menggarisbawahi betapa bangganya Soekarno kepada nilai-nilai Indonesia ini, di dalamnya tercermin jiwa bangsa Indonesia:
“…Yang mengenai Kabinet Saudara-saudara, ialah hendaknya diadakan kabinet Gotong Royong. Dan saya dengan sengaja memakai perkataan Gotong royong, oleh perkataan gotong royong ini adalah perkataan asli Indonesia yang menggambarkan jiwa Indonesia yang semurni-murninya. Kabinet yang di dalamnya semua partai-partai atau fraksi-fraksi dalam parlemen…” (Soekarno: 1957:435)
Hal ini selaras dengan analisis simbolis terhadap pidato Soekarno pada 1 juni 1945 yang mengatakan bahwa gotong royong merupakan simbol kekahasan akan kebersamaan dalam kesedrajatan tanpa pandang bulu. Gotong royong menjadi jiwa dari bangsa Indonesia.
Penulis adalah mantan ketua Ikatan Mahasiswa Manggarai di Maumere- Mahasiswa STFK Ledalero- Asal: Manggarai Timur